Demitrio dan Renata tengah menunggu kliennya di resto Orchid, tak berapa lama datang tiga orang laki-laki tegap dan seorang wanita cantik dengan langkah elegan mendekati Demitrio.
Melihat kliennya datang Demitrio langsung berdiri menyambut, cipika-cipiki dengan wanita cantik di depan Renata yang masih begong melihat kelakuan atasannya.
Renata hanya bisa meracau melihat kejadian hari ini, melihat kebiasaan sang atasan yang kadang mesum tidak tahu tempat.
Ingin rasanya Renata mengakhiri sore ini, karena sudah begah dengan pemandangan yang mengotori matanya.
"Sudah nunggu dari tadi, Dem?" tanya seorang wanita cantik.
Demitrio tersenyum manis, menatap manik indah wanita yang terus menatapnya. Demitrio mendorong kursi dan mempersilahkan kliennya untuk duduk di sampingnya, dia adalah Nyonya Velove. Nyonya Velope tertarik menanamkan modal di perusahaan Agashi Building Company.
"Gak kok, baru sampai...," ucap Demitrio.
"Kamu, mau makan?" tanya Demitrio matanya terus menatap manis Nyonya Velope.
"Kamu sudah tahu, apa yang aku mau, Dem?" Nyonya Velope menjawab dengan pertanyaan kembali.
Demitrio mengerti dengan pertanyaan Velope, karena dia tahu betul apa yang diinginkan kliennya ini.
Obrolan tentang bisnis dengan Demitrio bagi Nyonya Velope yang terkenal dengan bisnis raksasanya di periklanan, mungkin hanya sebuah alasan untuk berdekatan dengan Demitrio.
Ketika Renata mengeluarkan file kontrak kerjasamapun, Nyonya Velope tidak melihatnya dengan seksama. Dia hanya melihat sesaat dan langsung menandatangani dengan cepat.
Setelah satu jam berlalu, pertemuan mereka selesai. Dan menghasilkan kontrak kerja dengan nominal yang fantastis.
Renata hanya bisa melihat aneh dengan pertemuan yang baru saja terjadi, aneh ya memang aneh. Pantas saja atasannya tidak pernah mengajak Renata, ketika meeting dengan klien. Biasanya Alex yang setia menemaninya.
Mungkin seperti ini yang terjadi, duh orang kaya mah bebas mau ngapain aja. Tinggal jentikkan jari semua yang diinginkan akan didapat, batin Renata terus membeo.
"Aku tunggu nanti jam delapan malam di hotel, untuk louncing brand food. Aku harap kamu datang tepat waktu...," kata Demitrio mengingatkan Nyonya Velope.
"Aku pastikan, aku tepat waktu. Dan kamu harus ingat setelah acara berakhir, kita akan kemana?" jelas Nyonya Velope, menanyakan sesuatu.
Dalam hati Renata hanya bisa bergidik melihat dan mendengar kejadian di depannya. Renata hanya tahu bosnya ini selalu berganti wanita, tapi menjerat wanita untuk bisnis, dia tidak pernah mengetahuinya.
Setelah Nyonya Velope pergi, Renata dengan cekatan membereskan semua file kedalam tas khusus.
"Maaf Pak ... Setelah ini, bapak mau ke apartemen atau langsung ke hotel?" tanya Renata yang masih sibuk membenahi tasnya.
"Kita ke butik!" jawab Demitrio singkat.
"Kenapa butik?" tanya Renata, jarinya terus menggaruk leher yang tak gatal.
"Saya tidak ingin pergi dengan wanita yang kumal dan lusuh, kayak gini!"
Renata melihat sesaat tubuhnya, dia merasa tidak ada yang salah dengan penampilannya. Walaupun baju yang dia beli tidak pernah menggunakan merek-merek terkenal, tapi cukup sopan untuk dipakai.
"Memang apa yang salah dengan pakaian saya, Pak?" tanya Renata masih bingung dengan ajakan atasannya.
"Nona Renata Prameswari kamu mau kemana? Kerja? Kita menghadiri acara besar dan di sana banyak klien saya. Muka saya mau ditaruh di mana, kalau saya bawa perempuan macam kamu!" jelas Demitrio seperti petasan merepet di telinga Renata.
"Terserah bapak saja." Tangan Renata mengambil tas dengan kasar.
Demitrio berjalan menuju parkiran diikuti Renata.
Di dalam mobil Renata masih bingung, takut sesuatu terjadi padanya. Wajah ayu Renata terlihat tegang duduk di samping Demitrio.
Demitrio melihat Renata dari kaca spion yang tergantung di mobil sedan mewah nya.
"Kenapa kamu?" Santai saja, saya tidak tertarik dengan perempuan kerempeng kayak kamu...," ejek Demitrio dengan santai.
Apa kerempeng? Badan langsing gini, dibilang kurang makan. Ahh ... Andai ada pilihan lain, Renata lebih memilih bekerja dengan setumpuk file daripada menemani manusia minus rasa di sampingnya ini.
"Terserah bapak mau ngomong apa? Saya tidak akan sakit hati dengan ucapan bapak, yang penting bapak kasih bonus lebih ke rekening saya!" ucap Renata dengan tegas.
Hahahaha ... Tawa Demitrio semakin membuat kesal Renata.
"Apa? Kamu sakit hati karena ucapan saya ... Saya kira kamu perempuan terbuat dari tembok," sindir Demitrio.
Renata menyampingkan badan, matanya tajam melihat Demitrio.
Demitrio masih terkekeh, melihat Renata yang semakin kesal karena perkataannya.
"Bapak bisa gak sih, sehari saja gak bikin saya kesal...,"
Pletak ... Satu jitakan mendarat mulus di dahi Renata.
"Jangan ngomong yang aneh-aneh!" bentak Demitrio, matanya fokus melajukan mobil.
Tak berapa lama mereka telah berada di sebuah butik yang terkenal dengan barang-barang brandednya.
"Tolong pilihkan gaun malam untuk perempuan ini," ujar Demitrio kepada pegawai butik dengan name tag Meta.
"Mbak mau pilih yang mana? Saya bantu pilihkan untuk mbak?" tanya meta yang sibuk memilihkan gaun yang pas untuk Renata.
"Terserah Mbak saja, yang penting nyaman dipakai," balas Renata, yang masih celingukan melihat gaun-gaun indah yang tertata rapih.
Dengan cepat Meta memilihkan gaun hitam panjang dengan manik kecil tersulam indah, belahan sampai lutut tampak mewah dan berkelas.
"Coba dulu, Mbak," kata Meta menawarkan.
Renata masuk ke dalam ruang ganti, sesaat kemudian keluar dengan gaun yang cantik. Lengan putih, samar terlihat di balik kain tipis yang membalutnya.
Demitrio masih setia menunggu Renata berganti pakaian, melihat Renata keluar dengan gaun indah. Sesaat menghipnotis, cantik kata yang tercetus dalam benaknya.
"Pak, gimana? Saya ambil yang ini saja,"
"Ya sudah, kalau kamu nyaman berarti ambil yang ini. Jangan buang-buang waktu!" jawab Demitrio dengan nada tinggi.
***
Demitrio dan Renata telah sampai di hotel yang dituju, Renata dibawa ke kamar deluxe.
"Pak, mau apa? Bukannya acara diadakan di Ballroom, kenapa jadi ke lorong kamar?" tanya Renata dengan cemas.
Demitrio tidak mendengarkan semua perkataan Renata, kakinya melaju dengan cepat menuju kamar.
Ceklek ... Pintu kamar hotel dibuka Demitrio.
Renata ikut masuk ke dalam kamar, yang tampak indah di matanya. Baru kali ini Renata masuk dalam kamar mewah, dia hanya melihat di sinetron televisi. Sedangkan Demitrio berlalu meninggalkan Renata, menuju kamar mandi.
Renata terus berjalan melihat hiasan-hiasan indah, menyejukkan mata. Memang dengan uang, kita bisa membeli apa yang kita mau? Renata membayangkan, dia mempunyai pasangan yang kaya raya. Membawa dirinya tertidur lelap, di kasur king size hotel dengan taburan bunga. Senyum terus terkembang, di bibir tipisnya.
Demitrio keluar dari kamar mandi, dengan kimono handuknya. Dia melihat Renata yang sedang duduk di depan cermin.
"Malah ngelamun, mandi sana!"
Renata tersentak melihat Demitrio yang berdiri di hadapannya, wajah segar dan aroma soft gentle sesaat menghipnotis indra penciuman Renata.
"Hah, Bapak! Kenapa mengotori mata dengan pakaian seperti itu?" teriak Renata memekakkan telinga.
"Kenapa, kamu suka?"
Demitrio mendekati Renata, dia terus berjalan mendekat. Renata mundur beberapa langkah, tanpa terasa bulir-bulir bening mengalir di pipi mulusnya.
"Tolong Pak! Jangan kayak gini...," lirih Renata. Tangan kecilnya menyilang memberi kode, supaya Demitrio menjauh.
Demitrio mendekati Renata, dia terus berjalan mendekat. Renata mundur beberapa langkah, tanpa terasa bulir-bulir bening mengalir di pipi mulusnya."Tolong Pak! Jangan kayak gini...," lirih Renata. Tangan kecilnya menyilang memberi kode, supaya Demitrio menjauh.Tapi langkah Demitrio, semakin dekat dengan tubuh ramping Renata."Hah!" teriak Demitrio, mengagetkan Renata.Alhasil tubuh Renata menabrak sofa dan terpelanting ke belakang, tangan Renata refleks menyambar kimono Demitrio.Bruugh ...Tubuh kekar Demitrio ikut terjatuh di atas Renata."Kamu yang membawa sendiri tubuhku, Renata Prameswari." Tangannya mulai membelai lembut pipi mulus Renata.Dengan napas yang tak beraturan Renata terus meronta, takut, cemas, kesal kata yang ada di dalam hatinya.Begitu santai bosnya mengatakan hal itu."Maaf pak, tolong menjauh!" teriak Ren
Setelah acara selesai Demitrio menemui Nyonya Velope, yang sedari tadi duduk dengan elegan. Mereka berbincang sesaat, Demitrio hanya mengangguk setelah Nyonya Velope membisikkan sesuatu di telinganya.Demitrio memberitahukan pada Renata, kalau dia tidak bisa mengantarnya pulang. Karena hari semakin malam, Demitrio menyarankan Renata untuk tidur di hotel."Pinjam HP kamu!""Kenapa Pak?""Jangan banyak tanya!" Demitrio mengetik sesuatu di ponsel Renata."Jaga diri kamu. Jangan sampai ada seseorang yang masuk ke dalam kamar!""Ihh! Emang saya perempuan apa?" Renata menimpali dengan pertanyaan.Setelah berbincang sesaat, akhirnya Renata mengiyakan apa yang dikatakan Demitrio, dia berpikir daripada pulang ke rumah tengah malam, mending menikmati kamar super mewah. Kapan lagi dia bisa guling-guling sendiri, di atas kasur king size?Renata menuju kamar s
Malam terasa hangat, sehangat kebersamaan Demitrio Agashi dan Renata Prameswari.Demitrio enggan melepaskan pelukannya, dia memangku Renata ala bridal styleke atas kasur king size.Dengan lembut Demitrio menurunkan Renata, tangan kanannya membelai lembut wajah Renata yang terpaku dengan perlakuannya. Baru kali ini Renata merasakan nyaman sentuhan seorang pria, karena selama ini Renata selalu menutup diri dengan penampilan yang tampak kaku."Aku menginginkanmu, Re." Suara Demitrio semakin serak dan tercekat. Bibirnya mulai menyentuh bibir tipis Renata.Renata yang tak terbiasa, hanya bisa diam terpaku."Kamu belum pernah melakukannya, Re?" tanya Demitrio, melihat wajah tegang Renata."Sudah satu kali, itupun sama bapak tadi sore," kata Renata dengan suara tercekat.Demitrio mulai melumat bibir Renata yang terasa manis, Renata tak membero
Renata terbangun dari tidur lelapnya dan terkejut dengan pemandangan punggung Demitrio, tanpa sehelai kain menutupinya. Dan yang lebih membuat Renata terkejut lagi, Demitrio tertidur di sampingnya."Bapak bangun!" teriak Renata. Tak ada pergerakan berarti dari Demitrio yang masih tetap tertidur pulas.Mata Renata langsung mengarah pada tubuhnya, jangan-jangan malam hari bosnya melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, batin Renata bergumam.Tapi Renata sedikit lega, karena baju tidurnya masih terpasang rapi. Dia beranjak dari ranjang untuk membersihkan diri."Ehm...." Tangan Demitrio memeluk tubuh Renata.Renata terbelalak dengan kelakuan atasannya ini, dia langsung membawa guling untuk dijadikan senjata."Ciaaattt terima ini!" Renata berteriak dan memukuli Demitrio yang masih tertidur."Aduh ... Apa sih?" tanya Demitrio kesal dan terbangun karena ulah Renata.Tapi apa yang dilakukan Renata setelah Demitrio terbangun, dia
Dalam perjalanan menuju kantor, baik Renata dan Demitrio tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun, mereka sibuk dengan pemikirannya sendiri.Untuk mengurangi suasana horor dalam mobil, Demitrio sengaja memutar lagu rock dengan volume yang sangat keras.Dia hanya ingin mendengar protes Renata, yang masih diam membisu.Musik terus menghentak menggetarkan seisi dalam mobil, Renata hanya diam walaupun suara musik terdengar memekakkan telinga. Demitrio semakin kesal dengan sikap Renata yang berubah menjadi gunung es, diam tak bergerak. Matanya kosong melihat jalanan yang telah ramai dengan mobil-mobil egoisme.Dengan kasar Demitrio mematikan sound musik di mobilnya."Re! Tolong jangan bikin saya bingung," ketus Demitrio membuka obrolan dengan Renata yang masih terdiam seribu bahasa.Tak ada umpatan atau teguran dari seorang Renata, biasanya dia yang selalu menghiasi telinga Demitrio dengan suara ketusnya."Renata Prameswari, bicara!" 
Brugh ...Alghara Fredicson mendorong Renata ke dinding, telapak tangannya dijadikan bantalan ketika kepala Renata hampir terbentur tembok.Mata Renata semakin jijik melihat perlakuan Alghara, Renata mengangkat tangannya. Setidaknya memberikan perlawanan kepada Alghara yang mulai mendominasi dirinya."Mau tampar aku lagi?" tanya Alghara. Matanya mulai menggoda, hidung mancungnya dia dekatkan dengan batang hidung Renata.Samar semilir angin halus terasa di wajah Renata, dia hanya bisa menatap tajam, pria yang tengah menggungkungnya. Renata hanya bisa mendengus kesal, perlawanan yang dia lakukan hanya lah sebuah kesia-siaan."Tolong Pak Al, saya harus kembali bekerja!" tegas Renata, mata huzelnya terus melihat tajam, menusuk ke dalam mata Alghara."Bekerja denganku saja, sekali pelayanan yang kamu berikan. Aku akan berikan segala yang kamu inginkan," ucap Alghara, yang terus memancing Renata dengan sentuhan-sentuhan halusnya. Bibir Alghara mul
"Dem!" Teriak seorang wanita dengan tampilan elegan, riasan natural selalu terpoles rapih di wajah cantiknya. Walaupun usianya telah menginjak 40 tahun, tapi tak ada garis-garis penuaan di wajahnya. Seakan wanita muda yang selalu terjaga dengan indah. Renata dan Demitrio terkejut mendengar teriakan di balik pintu, Demitrio langsung menghentikan aktivitas panasnya bersama Renata. Sedangkan Renata dengan cepat berdiri dan merapikan baju yang sudah tak beraturan. "Velo?" tanya Demitrio tampak gusar karena Nyonya Velope memergoki kelakuannya. "Kenapa kamu? Takut melihat saya!" bentak Nyonya Velope dengan menenteng tas mahalnya. Dengan senyuman yang terkembang Demitrio mendekati Nyonya Velope, tanpa basa-basi, dia menarik tangan Nyonya Velope ke dalam pelukannya. Renata yang masih dalam ruangan Demitrio hanya bisa tersenyum ketus, satu tamparan mungkin layak disandangkan padanya. "Renata kamu hanya butiran debu di hati Demit
Tiing ...Pintu lift menuju apartemen Demitrio terbuka, Renata langsung menuju block tempat bosnya tinggal. Sebuah apartemen mewah, lantai paling atas. Begitu luas mungkin satu helikopter bisa mendarat hanya di halamannya saja.Renata segera membuka kode untuk membuka kunci pintu yang di jaga ketat, karena CCTV terpasang di pintu depan.Renata hanya bisa menghela napas ketika melihat apartemen yang telah berubah menjadi kapal pecah, kulit kacang berserakan, baju-baju seperti terlempar dari angkasa. Berhambur entah apa yang terjadi, hanya butuh dua hari tidak tersentuh tangan Renata, apartemen mewah berubah bak tong sampah."Hadeuh pulang kerja masih aja nge-Ijah!" kata Renata kesal, tangan mungilnya cekatan membersihkan ruangan.Suka tidak suka, Renata bisa sabar dengan perjalanan hidupnya. Terperangkap bersama atasannya yang terkadang menjadi seseorang yang manis tapi bisa berubah dalam sekejap menjadi monster teraneh sejagad raya.Renata m