Mikaila turun dari kereta kudanya, ia menatap menara sihir dihadapannya.
Sesaat, terbesit keraguan dalam pikirannya, bukan tanpa alasan, menara sihir bukanlah tempat yang bisa dikunjungi oleh sembarang orang, bahkan Raja pun tidak bisa sesuka hati untuk pergi ke menara sihir.
Jika saja bukan karena si penyihir agung satu-satunya orang yang bisa membantunya, Mikaila terlalu malas untuk datang ke tempat seperti ini.
Kedatangan Mikaila disambut dengan penjaga menara sihir, buru-buru Mikaila mengeluarkan token sebagai tanda persetujuan masuk.
Para penjaga yang melihat token Mikaila, langsung membiarkan Mikaila masuk.
Dengan langkah anggun, Mikaila berjalan memasuki menara sihir, dapat Mikaila lihat bangunan yang begitu indah dan megah, bahkan lebih megah dari istana.
Mikaila melangkahkan kakinya menuju ruang khusus penyihir agung.
Kemarin Mikaila sudah mengiri
"Aku ingin berkerjsama denganmu, untuk menghancurkan seseorang," ujarnya dengan senyum mengerikan di wajah cantiknya.Anhard menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya-tanya orang sial mana yang menjadi musuh Lady gila yang ada dihadapannya ini."Seseorang? Siapa?" tanya Anhard yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya."Intinya orang itu adalah orang yang paling ku benci sampai mati," jawab Mikaila dengan tatapan mata penuh dendam dan kebencian."Kalau aku tidak mau?"Mikaila tersenyum miring ketika mendengar jawaban Anhard, "Jika kau tidak mau yasudah, padahal awalnya aku ingin mengajak kau berkerjasama untuk menghancurkan orang yang sudah membantai keluargamu 15 tahun lalu,"Anhard menatap Mikaila seakan terkejut, fikirannya bertanya-tanya. Darimana gadis ini tau orang yang sudah membantai keluarganya 15 taun lalu? Dia saja yang sudah mencari dalam 15 tahun terakhir aka tetapi tidak bisa menemukan orang itu.15 taun la
Mikaila menatap malas pada tumpukan gaun yang sudah Marry siapkan.Hari ini adalah jadwal rutin kunjungan dirinya yang menjabat sebagai Putri mahkota ke istana kerajaan.Sebagai Putri Mahkota kerajaan ini, Mikaila diwajibkan mengunjungimu istana setiap seminggu sekali, dan hari ini adalah harinya.Jika itu Mikaila yang dulu, mungkin saat ini ia sudah berjingkrak-jingkrak kesenangan karena akan bertemu Carlos di istana, ya ... meskipun berakhir dengan Carlos yang memilih bersama Helena dibanding bersama dengannya.Namun kali ini tidak lagi, melihat wajah Carlos saja ia benar-benar tidak bisa menahan hasrat ingin membunuh bajingan menjijikan itu, apalagi hari ini ia harus bersama Carlos seharian?Mikaila hanya berharap, semoga hari ini berjalan lancar tanpa ada gangguan.Jika bisa saja memilih, ia tidak ingin datang ke istana, akan tetapi mau bagaimana lagi? Peraturan tetapl
Selepas meninggalkan istana, Mikaila langsung menuju menara sihir, ia ingin menanyakan perihal rencananya dengan Anhard, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia tidak sabar untuk membalas semua rasa sakit yang ia terima."Lady Mikaila anda datang lagi rupanya hari ini," ujar Anhard seraya tersenyum manis."Bagaimana rencananya?" tanya Mikaila to the point.Anhard tertawa pelan ketika mendengar Mikaila yang langsung ke inti, "Seperti yang diharapkan, Lady Mikaila memang bukan orang yang suka berbasa-basi.""Aku sudah memantau orang-orang itu, akan tetapi mereka belum melakukan pergerakan yang mencurigakan," lanjutnya lagi."Terus pantau orang-orang itu, mereka bermain terlalu licik dan berhati-hati bahkan pihak kuil dan kerajaan pun tidak menaruh rasa curiga pada mereka," kata Mikaila dengan datar seperti biasanya."Tenang saja Lady, aku sudah memantau mereka d
Mikaila tidak bisa menahan sumpah serapahnya ketika ia mulai memasuki kamar, air mata tidak bisa lagi ia sembunyikan.Tubuh Mikaila menyeluruh ke ubin yang dingin, sekuat tenaga ia mencoba menahan rasa sakit tepat di ulu hatinya.Mikaila mulai terisak pelan, mati-matian ia menahan tangisannya karena ia tidak ingin ada orang lain yang melihatnya dalam kondisi terlemah.Ia pikir mungkin ia sudah mati rasa, akan tetapi ia salah besar, rasa sesak nan menyakitkan itu masih terasa nyata. Sekuat apapun ia berusaha, ia tidak bisa menghilangkan bayang-bayang kematian dirinya yang begitu tragis.Setiap hari, setiap hari ia selalu merasakan bahwa dirinya tidak berharga. Sebagaimanapun perjuangan Mikaila untuk keluarganya, mereka hanya akan tetap memandang dirinya sebagai makhluk hina."Astaga Nona." Marry berteriak panik ketika melihat kondisi Mikaila yang sudah menyedihkan, hatinya ikut merasa sakit
"Nona ada kiriman surat dari Grand Duke Acherron," lapor Marry pada Mikaila yang saat ini sedang terduduk seraya membaca salah satu buku yang ia pinjam di perpustakaan."Taruh di mejaku Marry," ucap Mikaila tanpa mengalihkan atensinya dari buku yang ia baca."Baik Nona." Marry langsung menuruti perintah Mikaila, ia langsung menaruh surat itu di meja yang Mikaila suruh.Perlahan, Mikaila menutup buku yang ia baca, ia mulai bangkit dari duduknya. Lalu ia berjalan kearah meja dan mengambil surat yang dikirimkan oleh Xavier.Dibukanya surat tersebut, lalu ia mengambil isi surat dan membacanya.'Datang ke guild informasi lagi, aku sudah menemukan notaris terbaik di kerajaan ini.'Tertanda : Xavier Grizan de AcherronSenyum miring tercetak jelas di wajah cantik Mikaila, akhirnya ia menemukan satu orang lagi untuk membantunya dalam permainan balas dendam ini.
Selepas meninggalkan guild informasi Mikaila sengaja berjalan melewati pasar, ia ingin melihat secara langsung para rakyat yang tengah melakukan transaksi jual-beli.Selama bertahun-tahun ia hidup, jujur saja ia tidak pernah menginjakkan kakinya di pasar yang menurutnya sangat kotor dan menjijikan saat itu. Sebagai seorang putri bungsu Duke, meskipun ia selalu diabaikan oleh keluarganya, tentu saja semua keinginannya tercukupi. Jadi Mikaila tidak pernah menginjakkan kakinya di pasar sekalipun.Gadis cantik itu terus berjalan-jalan di sekitaran pasar, mengamati keadaan dan suasana di sana, rupanya tak seburuk yang ia duga.Melihat para penjual makanan, membuat Mikaila lapar, akhirnya gadis cantik itu berjalan kearah si penjual."Berapa satunya?" tanya Mikaila pada si penjual tersebut."5 koin tembaga," jawab si penjual.Sontak saja Mikaila merasa kaget ketika mendengar harga yang disebutkan oleh si penjual, harga makanan ringan di
"Nona anda sudah pulang?" tanya Marry tepat setelah melihat Mikaila datang menggunakan sihir teleportasi.Mikaila hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu kemudian gadis cantik itu melepaskan jubah yang ia kenakan dan memberikannya kepada Mary.Gadis cantik itu memilih untuk duduk di dekat jendela, mengambil sebuah buku di meja dan perlahan mulai membacanya."Nona ada surat undangan pesta teh dari Nona muda Deorwine," lapor Marry pada sang majikan seraya Menyodorkan sebuah surat yang sudah tercap lambang burung merpati. Lambang keluarga Marquess Deorwine.Mikaila menaruh bukunya, ia menatap Marry kemudian. "Dari Lady Serena?" tanyanya."Iya, Nona," jawab Marry sembari mengangguk hormat.Tanpa basa-basi Mikaila segera membuka dan membaca isi surat tersebut.Selintas pemikiran muncul diotaknya, ia akan memanfaatkan pesta teh ini untuk member
Mikaila turun dari kereta kuda. Memasuki Mansion, dia melihat Carlos yang kini tengah berbincang-bincang dengan sang Duke. Entah apa yang mereka bicarakan, kemungkinan besar yang mereka bicarakan kali ini adalah politik kerajaan.Ya ... tak heran, Duke Arundell pendukung nomer satu Putra Mahkota. Dan bagi Putra Mahkota itu sendiri Duke Arundell sumber kekuatannya. Maka tak heran, Putra Mahkota mau bertunangan dengannya. Mengingat sikap serakah lelaki itu, Carlos mana mungkin mau bertunangan dengannya, meskipun dia tau bahwa Mikaila hampir mati berkali-kali hanya untuk menyelematkan nyawanya.Awalnya Mikaila ingin melewati mereka begitu saja, akan tetapi Mikaila merasa penasaran dengan reaksi Carlos saat tau bahwa Mikaila kini pulang dalam keadaan selamat."Salam kepada sang cahaya matahari kedua kerajaan, Putra Mahkota kerajaan Valcke. Semoga dewi cahaya memberkati anda.""Dan salam kepada Yang mulia Duke Arundell semoga dewi cahaya memb