Lima bulan kemudian…
Kalila tidak pernah membayangkan akan menjalani kehidupan seperti ini. Tidak di anggap menjadi bagian keluarga dan di tinggalkan begitu saja oleh orang yang di cintainya.
“Aw!” Seketika jari telunjuk Kalila terkena pisau saat dia tengah memotong beberapa buah di hadapannya.
“Kamu kenapa, Lila? Melamun apa?” Tanya Sisca menghampiri.
"Aku kepikiran keluarga aku, Bu. Aku kangen sama mereka, udah hampir enam bulan aku gak pernah balik ke rumah.”
"Kamu gak mau coba untuk balik ke rumah?"
"Aku pengen kesana, Bu. Tapi aku takut."
"Ibu anterin mau gak?"
Kalila merespon Sisca hanya dengan menggelengkan kepalanya. Rasanya sudah tidak ada harapan lagi bagi Kalila untuk kembali ke rumah dan di terima setelah kesalahan yang sudah dia lakukan.
"Kamu coba balik ke rumah dan minta maaf sama keluarga kamu, Lil. Walaupun mereka masih gak maafin kamu, setidaknya rind
Kandungan Kalila terlihat sudah semakin membesar. Bagaimana tidak, beberapa minggu lagi Kalila sudah bisa melahirkan bayi yang dia kandung selama ini."Lo kenapa mau mempertahankan anak dari Mas Janu, sih, Lil? Dia aja gak mau calon bayi ini ada." Ucap Tina kesal"Sekarang cuma dia yang aku punya, Tin." Tegas Kalila"Gue ada lowongan kerja bagus nih, Lil. Tapi, di law firm ini persyaratannya belum boleh menikah. Sementara kandungan lo udah gak mungkin di tutupi lagi, kan?" Tanya Tina dengan wajahnya yang masih kesal."Pendaftarannya buka sampe kapan?""Gue baca di koran batasnya sekitar dua bulan lagi.""Kemungkinan gue bisa. Gue di prediksikan sepuluh hari lagi udah lahiran sama dokter.” Jelas Kalila."Lil, lo serius? Bayi lo masih kecil banget kalo seandainya lo diterima kerja." Ucap Tina seakan tidak yakin dengan keadaan Kalila dan calon bayinya nanti."Gue bisa pikirkan itu nanti. Gue gak enak harus tinggal d
Seperti janji yang sudah dilakukan Kalila bersama Tina sebelumnya, Kalila melamar pekerjaan di salah satu law firm yang berada di Jakarta setelah dua minggu Radit di lahirkan. Hari itu, Kalila dan Tina pun mendapatkan panggilan interview dari law firm tersebut. Kalila memang berbakat dan memiliki banyak pengalaman saat kuliah bersama Tina. Sehingga tidak menutup kemungkinan mereka bisa dengan mudahnya mendapat panggilan interview. "Pengalaman kamu cukup bagus ya." Ucap Keenan, Manager law firm, yang terlihat sudah memberikan beberapa pertanyaan kepada Kalila. "Kami membutuhkan orang seperti kamu. Tapi kamu harus ingat, untuk bekerja disini kamu belum boleh menikah minimal dua tahun. Kamu siap dengan persyaratannya?" Kalila tersenyum sejenak dan menjawabnya dengan sangat professional. "Saya siap, Pak. Lagi pula saya juga belum terpikir untuk menikah." "Baiklah kalau begitu. Kita bertemu mingg
Dua Tahun kemudian… "Bu, Aku gajian setiap tanggal 5. Seterusnya aku bayar setiap tanggal 5, ya, Bu.” Jelas Kalila kepada pemilik kontrakannya. "Oke, tapi harus tepat waktu ya." Ucap pemilik kontrakan Kalila. Kalila memutuskan untuk pindah dari rumah Sisca karena jarak tempuh dari rumah Sisca menuju ke kantor sangat jauh. Akibatnya, Kalila selalu kembali bekerja sekitar pukul sembilan malam, bahkan terkadang sampai jam sepuluh. Sementara di pagi harinya Kalila harus berangkat pukul lima subuh agar tidak terlambat sampai di kantor. Di samping bekerja, Kalila juga harus menyelesaikan pendidikannya untuk melanjutkan profesi menjadi hakim. Profesi yang selama ini di cita-citakannya. Oleh sebab itu, Kalila harus tinggal di sebuah kontrakan yang berada di dekat kantor agar bisa menghemat waktu dan khususnya bisa melihat Radit lebih lama. Kalila menjelaskan hal itu kepada Sisca, untungnya Sisca bisa memahami Kalila karena dia juga melihat Ka
“Jadi itu alasan kamu menolak cinta aku selama ini?” Ucap Eliot Mallory, pemilik Handoko law firm tempat Kalila bekerja, yang sedaritadi mendengar percakapan yang dilakukan oleh Kalila dan Keenan.Eliot Mallory, seorang pria yang tergila-gila dengan Kalila saat Kalila resmi menjadi karyawan di firma hukumnya. Eliot memiliki perawakan yang hampir sama seperti Janu, sama-sama bertubuh tinggi, kekar, dan dada yang bidang. Bahkan Eliot pun terpaut enam tahun dengan Kalila, sama seperti Kalila dan Janu.“Ka-kamu? Kenapa kamu harus tahu semua masalah hidupku dan sampai menguping seperti ini?” Ucap Kalila kesal kepada Eliot. Ya, saat Kalila dan Eliot berdua, Kalila memang sudah tidak menyapanya dengan sebutan ‘Pak’ atas permintaan Eliot sendiri.“Karena aku cinta kamu.” Ucap Eliot padat dan jelas“Tapi aku gak bisa, Eliot. Aku udah—”“Punya anak? I don’t care.
Beberapa bulan kemudian cita-cita yang di impikan Kalila selama ini akhirnya tercapai. Wanita itu sudah menyelesaikan pendidikan profesinya menjadi hakim dan saat ini dia terlihat tengah melaksanakan sidang di pengadilan.Deg!Jantung Kalila seketika berdegup kencang saat melihat laki-laki yang menjadi pengacara dalam kasus yang dia tangani memerhatikannya sedaritadi. Kalila menatapnya dengan tatapan nanar, dia tidak akan pernah bisa melupakan laki-laki yang sedang berada di hadapannya. Ya, dia adalah Rangga, adik kesayangan Kalila.Persidangan pun akhirnya di mulai. Kalila dan Rangga terlihat berusaha semaksimal mungkin menangani kasus itu dengan profesional sesuai dengan latar belakang profesi mereka masing-masing.Saat persidangan selesai, Kalila ingin menghampiri Rangga namun langkahnya terhenti karena dia tahu, pasti Rangga saat ini masih membencinya. Lagipula, baik Rangga maupun keluarganya tidak pernah berusaha mencari Kalila selama ini. K
Dokter Adrian tampak tengah melihat hasil CT Scan otak Kalila dan melihat perkembangannya sembari menjelaskan kepada Janu.Disisi lain, Radit dan Dila tengah berada di halaman rumah. Seketika Radit melihat Rangga, adik Kalila turun dari mobil bersama salah satu pria yang umurnya terlihat lebih tua dari Rangga dengan berjalan menggunakan tongkat.“Dil, Om Rangga dateng tuh. Jangan main hp mulu.” Ucap Rangga menyadarkan Dila.“Halo, Om Rangga.” Sapa Radit dan juga Dila.“Mama kalian dimana?” Tanya Rangga“Oh iya. Ini abang aku dan Kak Kalila, Bang Adam. Kalian pasti belum pernah ketemu, kan?” Ucap Rangga, sementara Radit dan Dila terkejut sembari menyenggol siku satu sama lain saat melihat Adam. Mereka memang tahu bahwa Kalila memiliki Kakak yang bernama Adam. Namun karena masalalu pahit itu, Radit dan Dila sampai saat ini memang belum pernah bertemu dengan Rangga.Seketika tatapan Radit da
Janu tampak sangat bahagia memandangi Kalila saat dia tengah membimbing Kalila untuk mengingat kenangan serta membantu Kalila untuk melatih otaknya dengan membaca buku.“Mas, ini cara bacanya gimana?” Tanya Kalila menunjuk kata yang ada di buku.Walaupun Janu sudah tidak bisa melihat kata dengan jelas, dia tetap mengajari Kalila dengan lembut sembari membuka kacamatanya dan menyipitkan mata untuk memastikan kata per kata yang ditanya oleh Kalila.Saat Janu terlihat tengah fokus melihat satu persatu kata tersebut, tiba-tiba Kalila menatap Janu dengan tatapan murka "Kamu ngapain disini, Mas?!" Tanya Kalila ketusJanu pun sontak terkejut mendengar ucapan Kalila “A-aku—""Radit!!! Dilaaa!!!” Teriak KalilaDokter Adrian, Radit, dan Dila yang tengah asik mengobrol pun langsung bergegas menuju ruangan Kalila.“Mama kenapa?” Tanya Radit yang langsung memeluk Kalila saat Kalila tengah memukul Janu.
Kalila tampak tengah duduk di taman bermain sembari sibuk dengan beberapa dokumen yang ada di hadapannya. Ya, setiap sore Kalila selalu menyempatkan waktu untuk menemani Radit bermain di taman di samping dia harus menyelesaikan pekerjaannya. Radit pun seketika menghampiri Kalila dengan membawa satu potong kue yang ada di tangannya "Radit, kuenya dari siapa?!" Tanya dengan membelalakkan matanya. "Tadi Radit ketemu sama Om baik, Ma. Om itu kasi Radit kue ini." Jawab Radit polos sembari menunjukkan sepotong kue coklat yang ada di tangannya. "Radit, Mama kan udah bilang jangan ngomong sama orang asing dan jangan ambil makanan dari mereka!" Ucap Kalila kesal "Tapi, Ma—" "Sini kuenya, Mama beli yang lain. Jangan di makan!" Kalila pun langsung mengambil kue yang ada di tangan Radit yang masih polos itu. Seketika seorang laki-laki datang menghampiri Radit dengan membawa balon ke hadapannya "Halo Radit, balon kamu ketinggalan." Radit pu