Share

Act 14. Petunjuk Dari Ramona

Rae bermimpi dalam tidurnya. Ia bertemu neneknya, Ramona, dengan pakaian yang serba putih, rambutnya yang berwarna putih, dengan bola matanya yang berwarna coklat tua, serta wajahnya yang tidak menua. Ramona lalu menatap Rae dan tersenyum kepadanya.

Rae terkejut melihat neneknya tersenyum, karena sejak ia berhasil menyegel Demona dengan kepingan-kepingan hatinya, yang Rae tahu adalah Ramona sama sekali tidak bisa tersenyum, apalagi merasakan cinta, kesedihan, kesepian, kekecewaan, dan perasaan-perasaan lainnya.

Ramona yang tersenyum kepada Rae, berkata, "Rae, kau tidak pernah menemuiku karena aku sudah lebih dulu meninggal sebelum kau lahir namun, sepertinya orang tuamu menceritakan semuanya tentang diriku kepadamu, Rae."

Rae langsung berlari, kemudian memeluk neneknya yang bahkan tidak pernah ia temui itu.

Setelah memeluk neneknya untuk beberapa saat, ia lantas berkata, "Nenek! Aku akhirnya bisa bertemu denganmu, untuk pertama kalinya! Ah, apakah kau sudah tahu bahwa Demona sudah bangkit kembali? Seseorang sudah berhasil membuka segelnya, dan Demona, ia membunuh orang-orang, termasuk orang yang membuka segelnya, dan menggunakan tubuhnya untuk dijadikan fisiknya sendiri!"

Ramona hanya tertawa kecil mendengar cerita dari cucunya itu.

"Nenek, apa karena segel Demona yang sudah terbuka, kau mendapatkan kembali kepingan-kepingan hatimu, dan sekarang kau bisa tersenyum lagi? Mereka bilang kepadaku bahwa kau sampai akhir hayat pun, tidak tersenyum sama sekali!" tanya Rae dengan rasa penasaran.

Ramona menatap cucunya, membelai kepalanya, lalu menjawab, "Rae, kau sudah besar sekarang. Aku minta maaf tidak bisa memberikanmu cinta ketika kau masih kecil, karena aku harus pergi terlebih dahulu. Namun, Rae, ini adalah mimpi. Aku tidak mendapatkan kepingan-kepingan hatiku kembali, tapi, ini adalah mimpi, dan mimpi, tidak mempunyai batasan. Aku bisa tersenyum kepadamu, hanya di dalam mimpi ini."

Rae yang mendengar jawaban dari neneknya, lalu bersedih, dan berkata, "Nenek, mereka tidak memperbolehkanku menari lagi. Aku kesal, kesal sekali! Mereka menyalahkan tarian-tarian balet yang indah itu, hanya karena Demona!"

Ramona tertawa kecil, kemudian mengatakan, "Rae, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Akan kuberitahu saja dengan cepat. Segel yang kubuat untuk Demona, akan ku akui, tidak begitu kuat. Aku tidak mempunyai perasaan sekuat itu, lagi pula, yang bisa membuka segel Demona adalah seseorang yang memiliki kegelapan dalam hatinya yang sangat kuat. Siapakah orang yang telah berhasil membuka segel Demona? Pastilah ia mempunyai ambisi yang besar dan kuat."

Rae lalu menundukkan kepalanya setelah mendengar perkataan neneknya. Ramona lalu memeluk Rae, dan setelah beberapa saat, ia mengajak cucunya tersebut untuk berjalan-jalan, entah ke mana tujuannya

Ramona, sambil menggandeng tangan kiri Rae, ia berkata, "Suatu saat nanti, pertikaian antara penyihir-penyihir hitam dan penyihir-penyihir putih, akan mengakibatkan jatuhnya korban dari para penyihir netral yang tidak ikut dalam organisasi mana pun, baik hitam maupun putih."

Mendengar perkataan neneknya, Rae langsung membalas dengan wajah sedih, "Nenek, apa tidak ada cara lain untuk menghentikan Demona? Walaupun aku keturunan nenek langsung, namun, kekuatanku tidak sebesar itu. Aku tidak ingin terlibat dalam semua ini, aku hanya ingin menari, nek."

Ramona tersenyum mendengar perkataan cucunya itu, lalu menggandengnya semakin erat, kemudian berkata, "Rae. Dengarkan aku. Di suatu hari nanti akan ada seorang anak gadis yang terlahir dari rahim seorang penyihir netral, yang mencintai manusia. Anak gadis tersebut akan memiliki sebuah kekuatan yang bisa menghancurkan Demona, namun, di awal-awal kehidupannya, semua akan terasa berat untuk dirinya. Ia mungkin saja dan bisa saja, tidak akan mau menolong dunia penyihir, karena takut akan kekuatannya sendiri. Ia harus bisa mengendalikan kekuatannya tersebut, dan dengan demikian, Demona bisa dikalahkan."

Rae tiba-tiba saja berhenti melangkah, membuat Ramona sedikit kaget, dan menoleh kebelakang, lalu menatap Rae dengan ekspresi terheran-heran, kemudian Ramona bertanya, "Ada apa, cucuku? Mengapa kau berhenti melangkah?"

Rae langsung bertanya kembali kepada neneknya, "Nek, jika memang anak gadis itu ditakdirkan untuk melawan Demona, jika ia berhasil menyegel Demona kembali, bukankah suatu saat nanti, kejadian ini akan terulang lagi? Maksudku, akan ada yang membuka segel Demona kembali, dan kita akan terus, berulang-ulang, mengalami pertikaian tanpa akhir?"

Ramona tersenyum, dan langsung menjawab, "Tidak, sayang. Jika anak gadis tersebut setuju untuk membantu dunia penyihir, ia akan bisa menghancurkan Demona selamanya, dan dunia penyihir akan kembali tenang dan damai. Ah, iya, aku ingin kau menyampaikan hal ini kepada Yvoxy. Bisa jadi kalian akan kehilangan anak gadis tersebut, karena ia sadar ia bukan seorang penyihir, melainkan manusia, walaupun ia terlahir dari rahim seorang penyihir."

Rae yang semakin kebingungan, lalu bertanya lagi, "Bukankah kau berkata barusan bahwa anak gadis tersebut memiliki kekuatan sihir, lantas mengapa ia bukan seorang penyihir?"

Ramona lalu membelai kepala Rae, kemudian menjawab lagi, "Nak, kau tidak mengerti. Manusia itu makhluk yang menarik. Kekuatan mereka memang bukan kekuatan sihir, namun, kekuatan yang mereka miliki adalah perasaan, emosi, dan akal budi…"

Tiba-tiba saja Rae terbangun dari mimpinya tersebut. Ia sudah kembali ke dunia nyata. Karena terkejut akan perkataan neneknya di dalam mimpi tadi, Rae langsung terduduk di pinggir ranjangnya, dengan ekspresi sangat terkaget-kaget.

Keringat dinginnya mulai mengalir turun ke wajahnya, dan ia langsung bergumam sendiri, "Anak gadis itu… harus berhasil kutemukan. nenek mempercayakannya padaku. Aku harus menemukannya, tapi, bagaimana? Bagaimana caranya aku tahu anak gadis siapa dan di mana? nenek…"

Rae langsung berdiri dari ranjangnya, dan berlari keluar dari kamar, membuka pintu tanpa menutupnya kembali. Ia langsung memakai sepatu, dan membuka pintu depan rumahnya, sejurus kemudian, ia berlari keluar rumah setelah membanting pintunya.

Ia berlari menuju rumah Yvoxy, namun, ia melihat banyak burung-burung gagak hitam yang berterbangan kesana dan kemari, serta langit yang masih gelap, tanpa matahari sama sekali.

Tanpa memperdulikan hal itu, Rae meneruskan langkahnya dengan cepat, berlari menuju rumah Yvoxy.

Ketika ia sudah sampai di depan rumah Yvoxy, ia langsung mengetuk pintunya dengan sangat keras sehingga Yvoxy yang sedang beristirahat, terkejut mendengar suara ketukan pintu tersebut dan dengan segera membukanya, lalu terkejut melihat Rae yang sudah berdiri sambil terengah-engah menarik nafas karena berlari terlalu cepat.

"Rae! Aduh, kau ini bodoh atau polos? Kau ini penyihir! Mengapa berlari? Kau bisa memakai kekuatanmu, kan?" tanya Yvoxy dengan ekspresi wajahnya terheran-heran.

Rae tersenyum mendengarnya, dan setelah ia selesai mengambil nafas panjang, ia lalu membalas Yvoxy, "Aku lupa bahwa aku adalah seorang penyihir, sejak aku bisa menari. Ah, Yvoxy, nenekku menyampaikan sesuatu, aku bertemu dengannya di dalam mimpi."

Mendengar perkataan Rae barusan, Yvoxy langsung tersenyum lebar, dan mempersilahkan Rae untuk masuk ke dalam rumahnya, lalu mengajak Rae untuk duduk di atas lantai bersamanya di samping perapian.

"Jadi, apa yang dikatakan Ramona?" tanya Yvoxy dengan ekspresi wajah yang senang.

Rae lalu mendekati Yvoxy, dan berbisik dengan sangat pelan, "Yvoxy, nenekku mengatakan bahwa kita tidak perlu mengulang-ulang terus menerus keterpurukan ini. Menyegel Demona akan percuma karena suatu saat nanti ia bisa kembali bangkit jika ada seseorang yang memang mempunyai ambisi dan niat jahat yang kuat dalam dirinya. Namun, nanti, akan ada waktunya, ketika lahir seorang anak gadis yang akan bisa mengalahkan Demona selamanya!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status