Share

Bab 2 Bersitegang

Aubrey mengepal tangan kanannya, tampak kilatan kemarahan di kedua matanya. Dia pun langsung mendorong Tony ke arah Dominique. Reaksinya yang tiba-tiba, membuat Dominique terhuyung hendak jatuh ke belakang. Aubrey tampak tidak peduli, dia gegas mengambil kunci motor dan jaketnya untuk meninggalkan kafé tersebut.

“Hei, Crazy girl. Aku belum selesai bicara, mau kemana kau, hah!” seru Cassandra berapi-api.

Dominique yang melihat itu, langsung menghentikan Cassandra dan menyuruhnya untuk membantu dia memegangi tubuh Tony.

“Ingat, Cass. Cukup satu Tony saja yang menggila, kau jangan ikut gila dengan membuat keributan.”

“Aku akan mencari cara untuk mengeluarkan kita dari kerumunan parade di depan sana. Kau duduk di sini menjaga Tony sampai aku kembali, ingat jangan membuat kekacauan dan menambah pening kepalaku.” Tony memperingati Cassandra.

Dominique bergegas meninggalkan kafe dan mencari cara agar mobilnya bisa diparkir di depan kafe untuk membawa Tony.

Di depan kafe, dia melihat Aubrey berbicara kepada seorang pria. Tidak lama kemudian, gadis itu berlalu dari hadapannya tanpa membawa motor. Tampaknya Aubrey menitipkan motornya kepada salah satu karyawan kafe tersebut.

Dominique pun ikut menghampiri pria tersebut dan menanyakan bagaimana caranya untuk melewati kerumunan parade. Pria itu berkata ‘kerumunan akan bertambah ramai sepanjang malam, satu-satunya cara yaitu menginap di hotel dekat sini.’ Setelah menanyakan hotel tersebut, Dominique kembali ke dalam kafe dan menghampiri Cassandra yang tengah menjaga sepupunya.

“Ayo, Cass. Tampaknya kita tidak bisa menggunakan kendaraan di tengah keramaian ini. Aku akan memesan kamar di hotel dekat sini, cepat bantu aku memapah bocah tengik ini.”

Mereka pun berjalan selama sepuluh menit dan sampai di depan hotel mewah jalan Bourbon. Dominique langsung memesan dua kamar untuk mereka dan meminta bantuan bellboy untuk memapah Tony.

Saat akan memasuki lift, mereka bertemu lagi dengan Aubrey. Cassandra yang tadi sempat bersitegang dengan Aubrey pun langsung menghampiri dan hendak ingin membuat kekacauan.

Bellboy yang melihat kejadian tersebut ingin segera merelai. Mengingat siapa Aubrey di Hotel Bourbon ini. Aubrey yang melihat bellboy tersebut langsung mengisyaratkan untuk tidak mencampuri urusan mereka, karena dia tidak ingin identitasnya diketahui mereka.

“Dunia ini sempit sekali, ya? Di mana pun aku melihat kau. Oh, I see, sepertinya kau mengikuti kami, yah?” tanya Cassandra dengan tatapan merendahkan.

Aubrey menatap tajam ke arah Cassandra. Kemudian, dia hendak meremas mulut Cassandra. Namun, sayangnya Dominique menghalau aksinya.

Mereka hanya saling bertatapan tanpa berkata sepatah kata pun. Dengan penuh amarah, Aubrey akhirnya mengalah dan meninggalkan mereka.

“Sial, kenapa aku harus mengalah dengan pria itu, sih. Rasanya aku ingin merobek mulut wanita ular itu,” gerutu Aubrey sambil meninggalkan lobby hotel.

Malam semakin larut dan jumlah pengunjung penikmat Mardi Gras semakin bertumpah ruah. Aubrey akhirnya memutuskan pergi ke Porchantrain Lake untuk menikmati pemandangan malam hari di sana.

Pemandangan di Porchantrain Lake malam itu tampak begitu indah. Meskipun, banyak pemuda-pemudi di sekitarnya, tetapi tidak mengganggu Aubrey sama sekali. Dirinya larut dalam kerinduan dan kesepian.

Terlihat dari dekat tempatnya duduk, Dominique sepertinya ikut menikmati suasana danau malam itu. Karena ketampanannya yang luar biasa, dirinya pun menjadi pusat perhatian para kaum wanita di sekitaran danau.

Tampak beberapa wanita-wanita muda mencoba mencuri perhatian dari Dominique. Namun, sang empunya karisma begitu dingin dan tidak menghiraukan sekitarnya.

Aubrey yang sedari tadi memandangi danau pun teralihkan oleh riuhnya wanita-wanita yang menggoda Dominique. Dia memijit pelipisnya diiringi helaan napas. Tampaknya dia sudah lelah harus terus berurusan dengan pria itu.

Aubrey pun memicingkan matanya menatap ke arah Dominique, seperti memastikan sesuatu. Dalam hatinya bergumam ‘sepertinya wanita ular yang selalu menempel padanya tidak ikut serta, kalau ikut sudah pasti wanita-wanita itu akan kena cacian satu per satu.’

Tidak ingin mencari masalah, Aubrey gegas bangkit dan meninggalkan tempat tersebut. Dia tidak mau mengambil resiko jika nanti harus bertemu Cassandra kembali. Dia takut kali ini emosinya tidak akan terkendali, mengingat Cassandra selalu mencari perkara pada dirinya.

Tiba-tiba, entah dari mana datangnya Cassandra. Teriakannya yang memekakkan telinga mampu membuat semua orang yang berada di sekitar danau itu menoleh ke arah Aubrey dengan tatapan yang merendahkan. Tampak orang-orang di sekitar danau berbisik-bisik.

Sumpah serapah diucapkan dan dituduhkan kepada Aubrey oleh Cassandra. Kemudian, dia tiba-tiba melayangkan tangan kanannya hendak menampar pipi Aubrey. Untung saja Dominique sigap menangkap pergelangan tangan Cassandra dan menghentikan kegilaan yang dibuat olehnya.

“Cass, stop it. Kenapa kamu seperti ini, sih. Buat malu saja. You see, semua orang melihat kita dan menjadikan kita sebuah tontonan. Are you insane?”

“Sorry, Dominique. Aku benci kamu selalu dekat dengan wanita ini. Lihat, di mana pun kau berada, dia selalu ada disekitarmu. Sepertinya bukan kebetulan, tidak ada sebuah kebetulan Dom, ini semua pasti akal-akalan dia saja.”

Aubrey sesaat memejamkan mata, memijit pelipis, dan menghela napasnya. Dia tampak lelah dengan keadaan yang tengah terjadi secara terus menerus. Dirinya sudah lelah akan masalah yang menimpa sebelumnya dan harus ditambah dengan masalah baru lagi yang bahkan bukan kesalahannya.

“Crazy girl.” Sambil tertawa Aubrey mengucapkan kata yang selalu dilontarkan oleh Cassandra.

“Hei, kau terus meneriakkan kata itu kepadaku. Bukankah di sini yang gila itu kau. Lihat kelakuanmu, seharusnya sebelum melakukan ini semua kau harus bercermin. Jadi kau tidak seenaknya saja melimpahkan kesalahan kepada orang lain,” lanjutnya.

“Dengar, aku sudah sangat lelah malam ini. So, be a nice girl and get lost from my way.”

Aubrey menekankan setiap kata yang terucap. Dengan sorot mata yang mengintimidasi, dia sedikit membuat nyali Cassandra menciut. Namun, bukan Cassandra jika harus mengalah pada orang lain. Dengan gaya angkuhnya dan menantang, dia menatap kembali ke arah Aubrey.

“Oke, Girl, be calm down. Kita sudahi perdebatan ini dan kembali ke hotel. Kau Cassandra, ayo sudahi masalah yang kau buat malam ini.” Dominique menengahi perdebatan mereka.

“Kau, urus gadismu yang gila ini, kalau tidak aku akan mematahkan rahangnya sampai dia tidak dapat berbicara lagi.” Aubrey menimpali.

“Dengar Gadis sombong, jangan besar kepala. Sedari tadi aku diam bukan membelamu, tetapi aku muak berurusan dengan wanita seperti kau. Ingat, you are not my type. Jadi tidak mungkin aku tertarik padamu dan berhentilah untuk mencuri pandang denganku.” Dominique dengan angkuhnya merendahkan Aubrey.

Aubrey yang geram dengan kata-kata Dominique, hanya bisa terdiam dan tidak dapat berbuat apa-apa, karena mereka berlalu pergi begitu saja dan Aubrey tentu saja tidak ingin menambah masalah lagi. Cassandra pun tersenyum puas atas yang dilakukan oleh Dominique terhadap Aubrey.

Pada akhirnya, Aubrey pun ikut pergi dari danau tersebut menuju hotel untuk melepaskan lelah yang telah bersarang di tubuhnya

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status