0. Prologue
Bibir Rain mengulas senyum sinis, tatapan matanya menyipit menatap saudara kembarnya yang baru saja mengatakan akan menikahi wanita yang baru saja dikenalnya beberapa bulan.
"Aku tidak tahu bagaimana wanita itu mencuci otakmu." Itu adalah kalimat yang sarat dengan nada jijik.
Ryan menepuk pundak Rain. "Aku tidak memintamu berpendapat tentang calon istriku, aku juga tidak meminta restu darimu. Aku datang untuk memberikan undangan pesta pernikahan kami."
Rain menanggapi ucapan saudaranya dengan senyuman masam. Ia sama sekali tidak menyentuh kertas undangan yang diletakkan oleh Ryan di depannya, hanya ekor matanya melirik sekilas lalu pandangannya kembali tertuju pada layar laptopnya.
Pernikahan? Permainan konyol macam apa itu? Sedikit pun Rain tidak yakin jika pernikahan saudara kembarnya akan bertahan lama. Ia berani bertaruh akan hal itu. Apa lagi jika....
"Cloudy tidak seperti yang kau pikirkan," ucap Ryan sembari menjauh dari Rain kemudian menarik kursi yang berada di depan meja kerja Rain.
Ryan seperti bisa membaca pikiran Rain. Ya, tentu saja. Mereka kembar identik sehingga Rain sama sekali tidak terkejut. Ia tersenyum sinis seraya mengangkat kedua alisnya. "Jadi namanya... Cloudy?"
"Namanya Claudya dan biasa dipanggil Cloudy. Kau pernah bertemu dengannya, kau pernah berjabat tangan dengannya."
Di mana dan kapan? Rain sama sekali tidak ingin bertanya kepada Ryan karena ia tidak berminat mengingat perjumpaannya dengan Cloudy. Baginya itu tidak penting. Di dalam ingatan Rain hanya ada beberapa orang penting seperti rekan bisnis dan kompetitor. Tidak ada satu pun wanita yang namanya pernah disimpan Rain di dalam memori otaknya. Kecuali Alyssa dan Anita. Dua wanita yang membuat Rain menjadi antipati terhadap wanita.
Rain mengedikkan bahunya, jemarinya menggeser kursor laptopnya ke kolom pencarian di internet. "Siapa nama keluarga wanitamu?"
"Dia calon istriku, bukan sekedar wanitaku." Ryan memicingkan sebelah matanya ke arah Rain. "Kau harus menghargainya."
Rain mengalihkan tatapannya ke arah Ryan. "Kau hanya cukup menjawab pertanyaanku."
"Jangan pernah bersikap sinis di depan Cloudy nanti," sahut Ryan. "Dan kau tidak perlu memata-matai calon istriku dengan mesin pencarian data buatanmu itu."
Bersikap dingin dan sinis adalah keahliannya apa lagi di depan wanita. Rain menaikkan sebelah alisnya. "Siapa nama keluarganya?"
Ryan mendengus. "Claudya Avery."
Rain kembali mengalihkan tatapannya ke laptop dan jemarinya dengan cepat mendapatkan seluruh data diri Claudya. "Kau akan menikahi seorang psikopat?"
Ryan menggelengkan kepalanya. Ia tidak pernah terkejut dengan apa yang terlontar dari mulut Rain, bahkan ucapan pedas dan blak-blakan sekali pun. "Dia ahli forensik di kantor polisi, bukan seorang psikopat."
Rain tersenyum sinis. "Seorang ahli forensik, bekerja di kantor polisi, dan memilih menikahi seorang pria dengan asal usul yang tidak jelas, tetapi memiliki fasilitas mewah?"
Ryan menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Kau pasti berpikir jika dia adalah salah satu agen yang menyamar untuk menyelidiki perusahaan kita."
"Perusahaan kita bersih."
"Ya."
"Tapi, kompetitor kita ingin mencari celah pertahanan kita. "Rain menatap wajah Cloudy di layar laptopnya. "Dan jika iblis kecil ini terbukti berasal dari kompetitor kita, kau tahu aku tidak akan segan meski kau meminta pengampunan dariku."
Ryan menyandarkan punggungnya ke punggung kursi. "Kau pikir otakku sedangkal itu? Jika Cloudy adalah salah satu orang dari kompetitor kita, aku pasti telah lebih dulu menangkap basahnya."
"Kau dibutakan oleh kecantikan," ucap Rain seraya menggeser kursor laptopnya dengan enggan tetapi matanya mengamati seluruh data-data yang berhasil ia dapatkan. "Bukankah aneh jika putri seorang pengusaha di bidang perangkat lunak lebih memilih bekerja sebagai ahli forensik?"
Hola, Mi Amor.
Ingat ya... Dimohon untuk tinggalkan jejak komentar biar Cherry semangat.
Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
Chapter 1One and Only Holter'sManhattan, New York.Rain memijat batang hidung di antara matanya. "Sialan," desahnya."Rain, apa aku harus memberitahu istri Ryan?" tanya Robert, asisten Rain."Ah, iya," gumam Rain yang nyaris melupakan jika saudara kembarnya memiliki istri sekarang dan wanita itu sedang mengandung. "Biar aku yang mengurusnya."Rain merogoh ponsel dati dalam saku jaketnya, tetapi ia tidak segera menekan kunci tombol layar ponsel di tangannya. Ia hanya menimang-nimang benda itu kemudian masukannya kembali ke dalam sakunya dan menghela napas dalam-dalam seraya menatap jenazah Ryan."Siapkan pemakamannya secepatnya," ucap Rain kepada Robert."Kau belum memberi tahu istrinya." Robert menyahut karena ia jelas
Chapter 2 Independent Woman Lower Manhattan, New York. Rasanya malam menjadi sangat panjang dan sedikit pun ia tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya karena memikirkan suaminya yang sedang berduka karena kehilangan saudara kembarnya. Rain di matanya adalah pria yang lumayan hangat dan ramah meski tidak banyak bicara, nyaris seperti Ryan. Ya, tentu saja Rain seperti Ryan karena mereka kembar identik. Cloudy tidak terlalu mengenal Rain karena ia hanya pernah berjumpa dua kali dengan saudara kembar suaminya. Pertama saat Ryan mengenakannya pada Rain dan kedua kalinya adalah saat pernikahannya dan sayangnya ketiga kalinya justru saat pemakaman pria malang itu. "Kau sepertinya tidak dalam
Chapter 3Ágape MouRain melirik Cloudy yang datang tepat saat jenazah Ryan hendak dimasukkan ke dalam liang lahad. Wanita itu datang menggunakan pakaian panjang berwarna hitam dan kerudung yang di letakkan di atas kepalanya dilengkapi dengan kacamata hitam dari merek Gucci.Dari balik kacamata hitamnya sorot mata Rain menyiratkan kesinisan yang luar biasa, ia menebak jika Cloudy adalah penggemar barang bermerek dan tidak segan menghabiskan uang suaminya."Babe, aku turut berduka cita atas kepergian saudaramu," ucap Cloudy seraya mengelus lengan Rain.Rain berdehem pelan. "Ya," sahutnya kaku."Aku juga turut berdukacita atas kepergian saudaramu, Mr. Holter," ucap Axel yang datang bersama Cloudy."Terima kasih," sahutnya datar.Namun, ia sama sekali tidak merasa
Chapter 4Rain's PastRain menatap layar ponselnya kemudian menekan tombol di samping kiri ponselnya untuk menonaktifkan dering ponsel."Cloudy menghubungimu lagi?"Rain mengedikkan kedua bahunya dengan malas. "Aku akan menjawab panggilannya nanti.""Setelah tiga hari kau belum menjawab panggilannya."Rain tidak bereaksi. Salah satu alasan ia tidak menjawab panggilan telepon Cloudy adalah karena menumpuknya pekerjaannya yang menjadi dua kali lipat karena pekerjaan Ryan yang kini menjadi urusannya. Juga ia belum sepenuhnya siap bertemu Cloudy dan menjadi Ryan di depan wanita itu."Kau benar-benar keterlaluan." Marcus berkacak pinggang di depan Rain. "Kau tidak memikirkan bagaimana perasaan istri Ryan jika ia tahu suaminya telah tiada? Ya T
 ✔ RATE️✔️ Comment✔️Share✔ Happy Reading  Chapter 5 Magic Spell Cloudy menghela napas berat, hari ke tujuh suaminya tidak kunjung kembali ke tempat tinggal mereka dan Ryan juga tidak menjawab panggilannya. Wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kerjanya. "Perlu tumpangan untuk kembali?" Suara itu membuat Cloudy membuka matanya. Ia kembali menghela napasnya dengan berat kemudian menegakkan punggungnya. "Jika kau tidak
Chapter 6 Marcus's Friend Kondominium yang menjadi tempat tinggal Rain masih sama seperti saat Cloudy datang terakhir kali. Ruang tamu dengan dinding kaca menghadap pemandangan gedung-gedung tinggi di Manhattan, sofa berwarna abu-abu tua berpadu dengan warna abu-abu muda dan hiasan lampu kristal yang menggantung di tengah ruangan yang ditata nyaris menyerupai tempat tinggal Cloudy dan Ryan. Seorang pelayan menghampiri Cloudy dan mengangguk hormat padanya kemudian berucap, "Nyonya, silakan duduk. Tuan akan segera menemui Anda." Sedikit aneh kedengarannya karena ia seperti orang asing di tempat itu. "Di mana dia?" "Tuan ada di kamar dan baru selesai mandi," sahut pelayan. Mandi? Tidak biasanya Ryan mandi sore, sepanjang yang Cloudy tahu suaminya biasanya mandi sebelum mereka istirahat dan setelah bercinta.
Chapter 7 Our Home Rain tidak akan takut bekerja sendirian, Alyssa tahu betul siapa Rain. Pria itu jauh melampaui perkiraannya, otak Rain berisi gagasan cemerlang yang mungkin tidak pernah dipikirkan oleh kebanyakan orang dan di mata pria itu terdapat jejeran kode-kode komputer. Ketika ia menendang Rain dari perusahaan yang mereka berempat bangun, nyatanya tidak memerlukan waktu lama pria itu kembali bangkit dari keterpurukannya dan kini perusahaan milik Rain selalu menjadi bayangan bagi Contemporary Scurity. Tanpa Ryan, ILP akan baik-baik saja. Alyssa yakin jika sesuatu yang sedang Rain sembunyikan dan nilainya lebih berharga dibandingkan perusahaan. "Apa kau menyelidikinya lebih jauh?" "Rain memakamkan Ryan di GREEN-WOOD CEMETERY." Alyssa James tersenyum dengan lembut. "Kau mendapatkan rekaman CCTV di tempat itu?" Ello Hurley men
Chapter 8 Devil's Wishper Cloudy merasakan aneh pada sikap Ryan, baru saja suaminya itu bersikap lembut, tetapi dalam sekejap sikap Ryan menjadi kaku bahkan menjauh dan meninggalkannya sendiri tanpa mengatakan apa pun. Lima menit kemudian Rain keluar dari walk in closet dan telah berpakaian rapi, ia menghampiri Cloudy yang masih berdiri di tempat semula dan berucap, “Aku akan memberitahu Bride untuk mengurus semua keperluanmu di sini.” Amarah Cloudy yang tadinya telah meredup berganti perasaan iba seketika muncul kembali. “Kita belum selesai bicara.” Rain mengerutkan alisnya. “Maksudmu?” “Aku belum sepakat untuk tinggal di sini.” “Kau akan tinggal di sini.” “Kau tidak bisa mengambil keputusan tanpa bertanya padaku," ucap Cloudy dengan nada sedikit meninggi. Rain tidak perlu bertanya pada Cloudy, tidak kepada siapa pun. Ia adalah pendiri dan pemilik tunggal ILP Scurity, ia pria cerdas dan kaya yang tidak memerl