Aktor maupun aktris memang dituntut untuk profesional, kalau tidak sanggup jadi kukang saja sana - Davichi Park
____________________
Huuuufftt
Davichi menyandarkan punggungnya di atas kursi. Ia melihat para kru yang masih pontang panting menyiapkan adegan berikutnya. Ia sendiri sedang istirahat sambil membaca naskah yang entah kenapa tidak menarik.
Matanya menelusuri seluruh bagian hutan. Hanya ada segelintir orang yang berjalan-jalan, ada juga yang sedang memunguti strobilus. Mereka disini refreshing, tapi dirinya malah sibuk syuting. Nasib-nasib.
Moodnya hari ini sudah sangat buruk gara-gara ditinggal oleh Dimas. Pria itu seenaknya kabur dari sini dan memilih membantu Ais menata schedulenya. Kurang ajar kan? Ia jadi uring-uringan, bahkan sampai memarahi para kru. Untung saja ia sudah meminta maaf pada mereka tadi. Maafkan atas sikap Davichi yang tidak professional.
Angin yang berhembus kencang membuat Davichi meringis. Rambutnya yang bergerak karena angin terasa sakit dan ngilu. Kalian tau kan sebabnya? Ya gara-gara gadis gila itu.
Ia tidak menyangka Alea akan benar-benar menyerangnya. Padahal niatnya tadi hanya bercanda. Tenaganya yang bak kingkong mengamuk itu sudah pasti bisa membuat kepalanya botak. Ya ini memang salahnya sih.
Gara-gara kejailannya, sekarang ia sendiri yang rugi. Andai ia tidak kelewatan bercanda seperti itu, pasti sekarang Alea sedang memijitnya. Duh, bodoh memang.
Dan lagi, kemana gadis itu? Apa dia langsung pulang ke kota? Apa jangan-jangan dia sudah menyerah untuk meminta ttd darinya? Jangan sampai itu terjadi, bisa habis ia dipukul oleh sang manager.
Sutradara sudah membunyikan sirine yang menandakan bahwa syuting akan dimulai kembali. Davichi menghembuskan nafas pelan, kemudian bangkit dari duduknya.
Seminggu ke depan Davichi akan menghabiskan waktu disini. Ia diberi job untuk ikut bermain di mini drama. Ya memang hanya 2 episode, tapi syutingnya sangat menguras tenaga.
Bagaimana tidak, mini drama ini bergenre fantasi action, dan ia sendiri memerankan adegan yang lumayan berbahaya. Mulai dari berantem, terbang, guling-guling, bahkan sampai nyungsep. Bayangkan saja, bagaimana capeknya.
Tadinya ia akan menggunakan pemeran pengganti, tapi ia urungkan. Davichi adalah aktor profesional. Jika ia menggunakan peran pengganti, bagaimana nanti reaksi para fans nya. Dan lagi, ia bisa belajar untuk mengasah dan menambah ilmunya dalam dunia acting.
Sebenarnya Davichi tidak mau mengambil job ini, tapi sang manager kurang ajar itu seenaknya memutuskan sepihak. Gila kan? Dia bilang, ingin Davichi bersantai di alam bebas. Tapi apa? Ia malah tersiksa disini.
Adegan kali ini ia perankan bersama seorang aktris yang memang sedang naik daun sekarang. Davichi baru pertama kali bermain dengan dia. Ya semoga saja, ada yang bisa ia pelajari dari bakat acting aktris ini.
"Satu, dua, tiga, action"
"Maksudmu apa tiba-tiba menyerang Dion? Harusnya kau ingat perjanjian yang sudah kita tulis 100 tahun lalu"
"Cih, kau sendiri yang sudah mengkhianati perjanjian itu" ucap Davichi penuh penekanan.
Jika kalian penasaran, mini drama ini bercerita tentang manusia abadi yang memiliki batas wilayah kekuasaan di Bumi. Drama ini juga dibumbui komedi dan percintaan yang dijamin akan membuat penonton baper. Ia saja sampai senyum-senyum sendiri saat menyaksikan pengambilan adegannya.
"A-apa ma-maksudmu? Ja-jangan mengalihkan pembicaraan" gadis itu berteriak tepat di wajah Davichi. Buset, untung tidak bau jigong.
"Berpura-pura tidak tau memang keahlianmu. Kau butuh bukti?"
"Aaaaa-aku..."
"Cut. Take ulang. Satu, dua, tiga, action"
"Berpura-pura tidak tau memang keahlianmu. Kau butuh bukti?"
"Bu-bukti? Bukti apa? Mahesa tid.."
"Cut. Fokus, jangan salah dialog" nah kan salah lagi. Duh, Davichi sudah lelah Tuhan.
"Satu, dua, tiga, action"
"Berpura-pura tidak tau memang keahlianmu. Kau butuh bukti?" Ucap Davichi lagi untuk yang ketiga kalinya.
"Hah?" Ya ampun. Aktris ini benar-benar....
"Cut. Take ulang" dengan penuh kesabaran, Davichi lagi-lagi mengulang ucapannya. Ia ingin syuting ini segera berakhir.
"Cut"
"Cut"
"Cut"
Telinganya terasa pengang mendengar kata cut sampai 13 kali. Iya benar, gila kan? Pak sutradara saja sampai emosi dan langsung mengakhiri pengambilan adegan ini.
Davichi sendiri langsung duduk kembali di tempatnya. Ia merenggangkan ototnya yang kaku. Tubuhnya terasa remuk sekarang. Tadi ia sempat mendengar, bahwa aktris itu sedang dalam keadaan patah hati, jadi dia tidak bisa acting dengan maksimal.
Jujur, Davichi ingin marah. Seharusnya seorang aktor maupun aktris harus profesional. Mau itu urusan hati, ginjal, usus, semuanya harus diabaikan dan fokus untuk syuting.
Ah sudahlah, Davichi hanya ingin rebahan. Adegannya untuk hari ini telah usai. Ia akan kembali ke tenda untuk meredakan emosinya.
Davichi memasuki tenda dengan langkah lemas. Kakinya seakan tidak menapak di tanah. Begitu melihat kasur angin, ia pun langsung menjatuhkan badan di atasnya. Lelahnyaaa...
Ia mengambil hp yang sedari tadi tergeletak di atas koper. Terdapat beberapa pesan dan panggilan tak terjawab dari Dimas dan Ais. Ada apa ini?
Panggilan telfon kembali Davichi terima. Ia pun langsung mengangkatnya. Semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi.
"Halo, ada apa Dim?"
"Kayaknya gue ngga bisa kesana hari ini. Mbak Ais lagi sakit, jadi ngga ada yang ngurus schedule lo" ucap Dimas diujung telfon. Ia sungguh tidak enak membiarkan aktornya sendirian di kaki gunung.
"Schedule gue berubah lagi?"
"Iya, ada meeting dadakan sama agency"
Duuh, ada apa lagi sih ini. Kenapa sering sekali ada rapat dadakan? Ingin rasanya Davichi pindah agency. Tapi kemana?
"Ok deh. Tenang aja, gue disini ada babu baru. Jadi lo ngga usah khawatir" ucapnya sambil tersenyum. Ia hampir lupa jika ada Alea disini. Gadis itu sudah setuju menjadi babunya tadi saat di lokasi syuting. Ya meskipun gadis itu sedang merajuk, tapi bisalah jika ia membujuknya lagi.
"Babu? Siapa? Lo ngga nindas anak orang kan?" Davichi meringis mendengar ucapan Dimas. Bagaimana dia tau?
"Gue capek mau tidur"
Tut
Ini solusi paling aman untuk menghindari pertanyaan Dimas. Bisa gawat jika Dimas sampai mengadu pada managernya kalau ia benar-benar menindas orang, seorang gadis pula. Sebaiknya Davichi mulai hati-hati sekarang.
Mata Davichi mulai berat sekarang. Ah, tapi perutnya sudah keroncongan lagi. Cacing peliharaannya ini memang tidak bisa diajak kompromi.
Dengan malas, Davichi keluar dari tenda dan memperhatikan sekitar. Disini hanya ada warung yang berjejer dari ujung ke ujung. Hm, sepertinya Davichi memasak mie saja. Lebih simpel.
Wait
Oh god, tidak ada kompor disini. Melihat beberapa orang membawa kayu bakar membuat Davichi memutar bola mata malas. Mending ia beli saja di warung daripada repot-repot mencari kayu bakar. Laparnya sudah menyerang sampai ke otak.
Seorang pria yang Davichi yakini sebagai pacar Alea berjalan dari arah barat sambil membawa beberapa kayu bakar. Dia menaruh kayu bakar itu kemudian masuk ke dalam tenda.
Davichi yang ingin membeli makan pun sontak mengurungkan niatnya. Barangkali pria itu akan memasak, ia akan ikut menumpang. Lumayan kan ia tidak perlu pergi jauh-jauh ke warung.
Detik berikutnya pria itu keluar dari tenda dan disusul oleh seorang gadis dengan rambut yang sedikit berantakan. Davichi hampir menyemburkan tawa saat mengetahui bahwa itu adalah Alea.
Ia langsung mengambil hp dan mengabadikan momen itu. Jika Alea tidak menuruti perintahnya, ia bisa menggunakan foto ini sebagai ancaman.
Melihat pria itu yang sedang menyusun kayu bakar, membuat Davichi keluar dari persembunyiannya. Ia mendekati pria itu dan ikut jongkok di depannya.
"Boleh saya ikut masak? Cuma mie kok" ucap Davichi sopan. Perutnya benar-benar kelaparan sekarang.
"Santai bro. Ikut aja. Gue juga mau masak mie" akhirnya, ada juga yang berbaik hati padanya. Davichi pun langsung menata kayu bakar. Sedangkan pria itu masuk ke dalam tenda untuk mengambil kitchen set.
Mata Davichi mencuri-curi pandang ke arah Alea. Gadis itu sedang duduk lesehan di atas tenda dengan mata terpejam. Jika begini, dia lebih mirip kukang daripada kingkong.
"Aaal" Davichi langsung menoleh ke sumber suara. Gadis bernama Alea itu sedang memeluk kaki sebelah kanan pria yang berbicara dengannya tadi. Ah gadis itu benar-benar kukang ternyata.
*****
Jangan mendekati singa jika ingin nyawamu selamat - Alea Zahira____________________Emosi Alea benar-benar tidak stabil sekarang. Ia sudah mencoba memikirkan hal-hal baik tapi masih saja hatinya dipenuhi dendam terhadap pria iblis itu.Ia menyesal tidak meninju pria itu tadi. Kenapa baru kepikiran saat dirinya sudah di tenda. Tuh kan, emosi Alea jadi memuncak lagi hanya karena mengingat si aktor gila itu.Sabar-sabar. Alea sampai bosan mengelus dada karena darah tinggi. Sepertinya ia harus membeli minum dengan ekstra es batu. Kepala dan tubuhnya yang panas harus segera didinginkan.Melihat kontrak di tangannya yang masih bersih tanpa satupun coretan membuat Alea menghembuskan nafas pelan. Jika begini terus, bagaimana ia bisa menyelesaikan tugas negara. Alea memang harus mengontrol emosinya dengan baik.Ia pun keluar dari tenda untuk menuju salah satu warung yang berjejer. Melihat minuman kemasan kopi favoritnya membuat Alea tersenyum. Ia pu
Ternyata pemandangan yang ini lebih indah dari alam - Davichi Park____________________Mata Alea masih mencuri-curi pandang ke arah Davichi. Pria itu entah kenapa menjadi akrab dengan Alvin. Apa terjadi sesuatu diantara mereka saat ia tidur? Patut dicurigai."Uda lama bergelung di dunia acting?" Alea mengalihkan matanya ke arah Alvin. Kenapa sih pria itu sok kenal dengan si iblis. Ia kan jadi kesal karena tidak diperhatikan sejak tadi."Lumayan, sekarang masuk tahun ke tujuh" ucap Davichi sambil mengaduk mienya. Ingin rasanya Alea menumpahkan mie itu ke rambut aktor gila. Duuh, ia masih belum bisa mengatur emosinya.Alvin hanya mengangguk paham. Tenyata lumayan asyik juga bercengkrama dengan pria ini. Ia mengalihkan matanya ke arah Alea. Gadis itu hanya diam sejak tadi sambil memakan mie. Ia jadi sangsi kalau Alea sedang bertengkar dengan Davichi."Woy, diem aje lo" Alea hanya menatap Alvin malas kemudian kembali memakan mie nya. Ia sedang
Malu itu berat, mending pingsan saja - Alea Zahira____________________Alea menghembuskan nafas kesal. Bodoh memang. Bagaimana bisa ia tidak hati-hati dan terpeleset. Jadi basah kuyup kan bajunya. Untung saja ia jatuh ke sungai, kalau ini bebatuan pasti kepalanya sudah hancur.Dan lagi, kenapa iblis itu ikut menertawakannya. Memangnya lucu kalau ia terkena musibah seperti ini. Ah lupa, pria itu kan memang suka melihatnya tersiksa."Syukurin, pake ngga mau segala sih" kurang ajar sekali kan temannya itu. Ia kan sudah berniat tidak mandi hari ini. Kalo kejebur begini mana mungkin ia tidak sekalian mandi. Ah, Alea mageeeer."Gue mau beli cemilan dulu" Alea hanya mengangguk pelan. Pasti Alvin membeli makanan micin. Itu tuyul memang tidak bisa lepas dari snake, eh snack maksudnya.Karena sudah kepalang basah, ia pun memutuskan untuk bermain air. Aaaah, segarnya. Airnya dingin dan sangat jernih. Padahal sungai bagian sini memang untuk mandi. Tapi A
Nikmati semua keuntungan selagi masih ada - Davichi Park____________________Jantung Davichi masih belum berdetak normal sejak tadi. Bayangan tentang tubuh dan aset Alea yang tercetak jelas membuatnya tidak bisa tertidur. Padahal jam di hpnya sudah menunjukkan pukul 10. Dan besok ia ada syuting lagi mulai jam 7. Ok Dav, mau tidak mau harus tidur sekarang.Pria itu langsung duduk kembali sambil mencebikkan bibir. Tiap kali memejamkan mata, lagi-lagi bayangan itu berputar ulang. Astaga, ia bisa gila kalau begini terus.Kalian pasti tau bagaimana respon tubuh pria normal sepertinya jika disuguhi pemandangan seperti itu? Tentu akan terusik kan. Itu yang Davichi alami sekarang. Bahkan sudah sekitar 6 jam kejadian itu berlalu, tapi asetnya ini masih belum tidur. Ia harus apa sekarang?Tidak mungkin kan ia memuaskan diri disini. Kalau ada makhluk penunggu gunung yang tidak menyukai hal itu, ia pasti akan diteror. Masih mending diteror, kalau ia mati kan
Lawan paling berat bagi seorang pria adalah nafsu - Davichi Park____________________Kepala Davichi terasa pening begitu melihat baju Alea yang berwarna putih. Apa sih maksud gadis itu. Dia tidak tau saja, ia mati-matian menahan hasrat agar tidak menerkam Alea. Bahkan asetnya yang sejak semalam belum dipuaskan kembali turn on sekarang.Davichi memberikan hoodienya pada Alea. Biar saja ia kedinginan daripada kepanasan karena menahan gairah.Hari ini, Davichi akan take adegan perkelahian. Semoga saja semuanya berjalan dengan lancar. Ia sedikit ngeri saat berada di tengah kobaran api yang menggila. Bukannya apa-apa, tapi ia takut mati disini. Davichi tidak mau jadi arwah penunggu gunung. Tidak epic sekali.Ia langsung tersenyum puas saat mendengar sutradara mengatakan 'cut'. Akhirnya, selesai juga adegan ini. Tidak sia-sia latihannya kemaren yang sampai membuat kakinya sakit.Pandangan Davichi langsung mengarah pada Alea yang sedang memejamkan
Wahai kaum wanita, apa semua golongan kalian suka menjambak saat emosi? - Davichi Park____________________Bodoh bodoh bodoh. Bisa-bisanya Alea duduk di pangkuan si iblis itu. Ya ampun, kenapa ceroboh sekali sih dirinya. Kenapa tidak melihat dulu sebelum duduk. Kan ia jadi semakin malu.Lebih parahnya lagi, Alea merasakan sesuatu yang besar dan keras menusuk pantatnya. Ya ampun, berdosa sekali dirinya. Pasti Davichi sangat marah padanya. Bagaimana ini? Bisa saja pria itu malah menikmatinya. Heh, tidak boleh.Bayangan tentang masalah kemarin masih menganggu pikirannya. Aset atasnya sudah tidak perawan lagi. Dan sekarang, pantatnya juga sudah tidak perawan. Tuhan, Alea ingin reinkarnasi saja.Setelah momen canggung tadi, ia langsung mengucapkan kata maaf dan pergi begitu saja menuju lokasi syuting. Mau taruh dimana mukanya jika berlama-lama bersama Davichi.Pria itu sedang take adegan sekarang. Tubuhnya yang telanjang dada membuat Alea menela
Ah ternyata negatif thinking itu sudah mendarah daging dengan jiwa dan batin - Alea Zahira____________________"Iiichi inch, aku padamu. Kami setiaaa, terus mendukungmuu""Iiichi inch, aku padamu. Kami setiaaa, terus mendukungmuu"Mereka bisa diam tidak sih? Telinga Alea rasanya ingin pecah sekarang. Dan lagi, lagu apa yang mereka nyanyikan? Kenapa bawa-bawa nama si iblis itu. Sepertinya Alea harus lebih cermat dan teliti mendengarkannya. Entah kenapa ia jadi kepo begini."Iiichi inch, aku padamu. Kami setiaaa, terus mendukungmuu"Ya ampun, Alea ingin guling-guling sekarang. Lagu itu ternyata adalah yel-yel, mungkin bisa dibilang hymne. Duh, kocak sekali. Berarti masyarakat ini adalah fans dari Davichi, begitu?Malam ini Davichi ada syuting di dekat sungai. Entah adegan apa yang akan diambil di lokasi itu, pada malam hari lupa. Jujur, ia sedikit merinding. Untung saja disini ramai. Setidaknya jika ada penampakan, banyak juga yang mel
Tugas seorang fans adalah menyerang para haters - Alea Zahira ____________________ "Jangan kabur lo. Kejaaar" entah berapa jumlah pasukan yang mengejar Alea. Setelah ketahuan menjambaknya, gadis itu langsung kabur. Melihatnya yang lari terbirit-birit membuat tawa Davichi menyembur dengan kencang. "Daaav, tolongin gue" teriakan itu semakin membuatnya tertawa. Bahkan para kru juga tidak bisa menahan tawa melihat Alea diserbu oleh pasukan barbar. Ya memang, sejak dulu Inch memang terkenal begitu karena terlalu sayang dengan aktornya. Tak hanya itu, jika mereka menemukan bukti bahwa pacar Davichi bukan wanita baik-baik, mereka akan menerror gadis itu hingga dia mau mengakhiri hubungan dengannya. Seram sekali kan? Melihat Alea yang berlari ke arahnya membuatnya melotot. Heh, apa-apaan gadis itu? Jika para Inch tidak bisa mengerem dan menabraknya bagaimana. Astaga, gadis itu benar-benar gila. Dengan seenak jidatnya Alea bersembunyi di