Ezra menutup matanya tenang di atas kasur. Ia pulang kencan lebih cepat daripada pasangan lainnya, karena Ia memang tidak punya rencana apapun selain museum. Padahal, Ezra dan Kesha merupakan pasangan yang paling lambat untuk pergi karena mereka menunggu jam agak siangan. Diliriknya jam telah menunjukkan pukul 7 malam. Ternyata sudah cukup lama pria itu terlelap.
Sesuai aturan, seharusnya sebentar lagi Kanaya akan pulang, mengingat aturan kencan hanya dibatasi sampai pukul 8 malam. Ia memutuskan untuk keluar dari kamar dan menemukan Kesha tengah sibuk melakukan--hal yang tidak Ezra pahami sebagai kaum pria.
Menghias kukunya semerah darah.
"Eh? Udah bangun, Za?" Kesha berujar dengan nada riangnya. Semenjak pulang dari kencan, wanita itu berubah menjadi seterang mentari. Mungkin karena ketertarikannya kepada Ezra semakin besar setelah berkencan dengannya. Kesha menyadari bahwa Ezra tidak sedingin yang Ia kira. Meskipun pria itu hanya bicara singkat-
Nina turun dari mobil saat Adam membukakan pintu untuknya. Tampaknya belum usai kejutan untuk Nina hari ini, Adam tiba-tiba saja menggandeng tangannya dengan erat. Nina terkesiap dan reflek melepaskan genggamannya dari Adam, "Eh?""Oh, maaf. Kamu nggak nyaman?" Tanya Adam dengan anda khawatir."Err--nggak enak sama yang lain," Nina terlihat sungkan."Nggak apa-apa. Kita harus pamer sama mereka," Adam menautkan jemari mereka dengan perlahan, sambil menunggu penolakan kedua dari Nina. Namun wanita itu tampak diam saja, seperti menerima genggaman Adam. Adam diam-diam tersenyum kemudian membukakan pintu dan mempersilahkan Nina untuk masuk terlebih dahulu."Nina! Ayo sini kita makan!" Ajak Kanaya."Duluan aja. Kita baru aja makan kok," Tolak Nina dengan halus."Oh, yaudah ikut nyemil aja sini," Ajak Kesha kemudian.Nina kemudian duduk di sebelah Kanaya. Sayangnya kursi kosong hanya tersisa di sebelah Chelsea, sehing
DAY 4Saat ini keempat wanita sedang merias diri di kamar Chelsea dan Nina sambil mengobrol. Meskipun tidak ada jadwal kencan hari ini, para wanita tetap mempertahankan penampilannya mengingat mereka direkam 24 jam oleh kamera dimana-mana. Nina yang sedang fokus mencatok rambutnya hanya menyimak percakapan yang tidak jauh-jauh tentang para pria."Kamu juga suka Ezra, Kak? Sekarang Ezra tiba-tiba populer ya." Gumam Kesha yang masih bisa didengar oleh ketiganya."Bukan suka, cuman mau mencoba kenal aja. Kemarin kan aku udah jalan sama Ikbal tuh. Aku kepengen kenal mereka satu-satu biar aku tahu harus milih yang mana," Jawab Chelsea. Nina memperhatikan Kanaya dari balik kaca yang kini juga telah menatapnya."Emangnya kamu nggak suka Kak Ikbal Ce?" Akhirnya Kanaya membuka suara."Hm, jujur aja aku baper sih soalnya dia manis banget selama kencan semalam. Tapi aku bosan, soalnya kebanyakan cerita tentang dirinya sendiri. Bag
"Lagi ngapain di dalam kamar, kok pada nggak ke ruang makan?" Nina berjalan bersisian di tepi kolam renang bersama Adam. Adam memutuskan untuk menyantap sarapan bersama Nina di tempat duduk santai sembari menikmati hari yang cerah."Pada ngobrol. Biasalah cewek." Nina kemudian menyuap sarapan kecilnya, "Hm, enak. Makasih ya.""Sama-sama. Hari ini bisa temani aku sebentar? Sekalian makan diluar. Aku mau ngajak kamu ke tempat langgananku," Ajak pria itu.Tentu saja mata Nina langsung berbinar terang, "Mau, tapi--emangnya kita boleh keluar? Soalnya nggak ada jadwal dari staf kan?""Ah, masa acara dating show melarang finalisnya buat kencan sih," Ujar Adam santai."Hah? K-kencan?" Tanya Nina lagi, memastikan pendengarannya tidak salah.Adam kemudian mengangguk, "Terus apa? Study tour?" Ujar Adam dengan nada bercanda. Kemudian jemarinya menyeka saus yang setia menempel di sudut bibir Nina. "Pelan-pelan aja makannya, aku nggak akan
Nina menyajikan hidangan yang telah dimasaknya dibantu oleh Kanaya yang tengah menata meja. Makanan malam ini sangat penuh karena ukuran kakap yang cukup besar. Nina merasa senang setiap kali menyajikan makanan hasil jerih payahnya sendiri. Menurutnya makanan adalah sebuah karya yang tidak bisa dimiliki oleh semua orang. Ia merasa puas kala teman-temannya, terutama Adam menatap hidangan dengan tatapan kagum. Nina sadar bahwa selera makan mereka bertambah."Wah, ini lo yang masak, Nin?" Mata Ikbal terlihat berbinar. Ia memotret hidangan dengan berbagai angle agar terlihat aesthetic."Ayo dicobain semuanya." Nina menyuruh mereka semua untuk segera mencicipinya, terutama Adam. Kini, Nina mendorong sedikit masakannya ke arah Adam agar pria itu leluasa untuk mengambil potongan ikan."Hm, enak banget!" Kesha memuji dengan tulus. Tak terhitung berapa kali teman-temannya memuji masakan Nina. Bahkan Ezra sekalipun mengakui bahwa Nina adalah chef yang andal. Nina tersenyu
Ternyata kegiatan merangkai bunga tidak semudah yang Nina kira. Ia pikir, hanya perlu menyelip-nyelipkan berbagai bunga cantik yang Ia mau ke dalam vas bunga. Namun sang florist mengatakan bahwa setiap bunga memiliki simbol. Jika kau memasukkan bunga asal-asalan, maka tidak akan menciptakan hal yang bermakna.Nina bolak balik membuka internet untuk mencari berbagai arti bunga yang sesuai dengan kemauannya hari ini. Adam dan Nina memutuskan untuk saling memberikan bunga yang dirangkai untuk satu sama lain, oleh karena itu, Nina harus membuatnya dengan serius.Rangkaian bunga Adam tidak terlalu banyak memadukan warna, jika dilihat sekilas, tidak terlihat menarik namun sangat rapih. Seperti, Adam telah memiliki konsep yang sudah diaturnya dalam kepala.Bunga Edelweiss melambangkan keabadian, kemudian diselipkan bunga baby's breath ke tepi-tepinya. Tak lupa bunga krisan yang berarti kesetiaan mendominasi bagian tengah, dan lavender mempercantik kedua
Kini mereka semua kembali berkumpul di sofa ruang TV setelah Ikbal membeli sebuah permainan Jenga dengan konsep truth or dare. Nina yang tadinya tidak mood kini kembali bersemangat kala mendapatkan pesan dari Adam, bahkan Ia mendapatkan dua pesan malam ini. Entah siapa satunya, Ia pun tidak peduli."Jadi, setiap balok ini ada pertanyaannya. Balok yang kalian pilih itu yang harus kalian jawab," Jelas Ikbal sembari menyusun balok satu persatu."Ada-ada aja sih lo punya mainan," Sean menggelengkan kepala. Mungkin Ia merasa sudah tidak pantas lagi karena telah menginjak kepala 3."Ck, emangnya lo pada nggak bosan apa kegiatannya itu-itu mulu," Keluh Ikbal."Jangan kelamaan mainnya, Ham. Besok beberapa dari kita harus berangkat kerja," Ujar Adam.Ikbal mengangguk dan dengan semangat menyusun balok bersama Ezra. Ezra sesekali mengernyit kala mengintip berbagai pertanyaan di dalam balok. Namun, pria itu tidak melayangkan protes apapun da
Nina tidak bisa tidur meskipun jam telah menunjukkan pukul tengah malam. Ia memutuskan untuk menjernihkan pikirannya sejenak di tepi kolam renang. Setidaknya dia masih bisa tenang karena kini Sean, Ezra, dan Ikbal masih mengobrol di ruang TV. Sehingga Nina tak sepenuhnya sendirian terjaga.Suara langkah kaki terdengar mendekat, kemudian ikut duduk di tepi kolam bersama Nina. Riak air yang tadinya tenang agak bergelombang ketika kaki pria itu memutuskan untuk ikut masuk."Kenapa belum tidur? Nggak ngantuk?" Tanya Adam sambil menjentikkan jemarinya ke depan wajah Nina. Sebab Nina terlalu larut dalam lamunannya.Nina tersentak, sebelum kemudian menyadari bahwa itu adalah Adam, "Eh? Aku pikir kamu udah tidur.""Aku tadi mandi, terus mau ikut ngobrol sama anak-anak, tapi malah lihat penampakan disini," Kata Adam."Maksud kamu aku penampakan?" Mata Nina memicing."Bukan kamu, tadi emang ada penampakan kok," Ujar Adam dengan santai, yang justru ber
Day 5Para penghuni asrama tampak sibuk setelah mendapatkan pesan untuk bermain satu permainan di pantai. Hadiah yang diberikan jika memenangkan permainan adalah kesempatan untuk menjadi penguasa, dimana penguasa berhak untuk mengatur seluruh pasangan kencan termasuk untuk dirinya sendiri. Tentu saja rasa lelah setelah pulang bekerja langsung sirna setelah pengumuman tersebut.Nina memutuskan untuk pergi menunggu yang lain di ruang tamu. Barang-barangnya sudah siap karena Ia hanya perlu membawa satu baju ganti dan sedikit make up, untuk berjaga-jaga jika mereka akan melakukan permainan air.Baru saja Nina membuka pintu pembatas antara dapur dan lapangan hijau di tengah gedung bangunan, Nina menemukan pemandangan yang cukup membuat sakit matanya. Adam dan Chelsea tengah bersenda gurau bersama, bahkan Chelsea sesekali memukul bahu Adam seolah-olah pria itu adalah pelawak nomor 1 di Indonesia.Apakah Adam pernah te