Share

6. Ke Rumah Emak

Jangan lupa like, komen dan subscribe ya.. Biar makin semangat updatenya.. Dan jangan lupa juga beri rating bintang 5... Happy reading dear....

******

Getaran dari ponselku mengejutkanku. Kuambil gawai ku yang masih tersimpan di dalam tas. Ku usap layar dan ku lihat ada panggilan masuk dari Emak

"Assalamualaikum nduk..." Suara Emak diujung sana

"Waalaikumsalam mak, gimana kabarnya?" Tanyaku

"Alhamdulillah Emak dan Bapak sehat semua nduk. Kamu sekelurga juga sehat-sehat saja kan?" Jawabnya

"Alhamdulillah enggeh mak.. Kita semua sehat."

"Kamu kapan pulang nduk, Emak Bapak kangen. Sudah dua bulan kamu ga kesini." Nyuuuut aku merasakan dada ku terasa nyeri kala Emak berbicara seperti itu.

"Insyaallah secepatnya ya Mak, tapi untuk beberapa hari ini Ida belum bisa kesana. Soalnya pesanan kue Ida masih ramai." Kataku dengan sedih

"Oalah yasudah nduk ga papa. Yang penting kalau sudah ada waktu longgar, pulanglah. Emak juga sudah kangen dengan cucu Emak yang cantik." Sambung Emak dengan suara sedih

"Enggeh mak, besok Ida ajak Anita nginap disana."

"Beneran ya nduk... Yasudah kamu lanjutin kerjaan kamu. Maafin Emak ganggu waktu kamu. Assalamualaikum." Ucap Emak sebelum menutup sambungan telepon

"Waalaikumsalam..."

Entah kenapa tiba-tiba air mataku jatuh tanpa bisa aku tahan lagi.  Aku memaklumi perasaan Emak yang rindu akan anak semata wayangnya ini. Karena setelah menikah dengan Mas Bowo, aku diboyongnya ke kota. Dan menempati rumah pemberian warisan dari almarhum bapak mertua. Sehingga Emak dan Bapak hanya tinggal berdua di kampung dan tetap bekerja mengolah ladang dan sawah mereka.

"Insyaallah Besok Sabtu Minggu, Ida kesana dengan Anita Mak.." Ucapku dalam hati

Segera ku buka aplikasi berlogo hijau di gawaiku, dan menulis sebuah statu yang berisi 'Mohon maaf, untuk hari Sabtu dan Minggu tutup PO ya.. Dan akan buka kembali pada hari Selasa, karena ada keperluan keluarga.'

Segera ku keluar kamar dan menghampiri Anita, memberitahukanya bahwa besok hari Sabtu Minggu aku berniat mengajaknya menginap dirumah neneknya. Dan meminta izin kepada Mas Bowo untuk menginap disana, tak lupa aku mengajaknya ikut serta. Tapi, dia selalu menolak. Memang, beberapa tahun terakhir ini, aku lebih sering mengunjungi rumah Emak hanya berdua dengan putri semata wayangku tanpa kehadiran Mas Bowo. Awalnya aku marah, tapi lama kelamaan aku terbiasa sehingga kubiarkan saja

********

Hari-hari kujalani seperti biasa. Hingga pada hari sabtu siang aku bersiap-siap akan berangkat kerumah Emak setelah Anita pulang sekolah. Walaupun Mas Bowo belum pulang kerja, setidaknya aku sudah izin dan dia mengizinkan.

"Sudah siap belum nduk?" Tanyaku kepada putri ku

"Bentar bu, lagi masukin baju ke dalam tas." Balasnya

"Yasudah ibu tunggu dimobil ya..." Kutinggalkan Anita menuju mobil dan mulai menghidupkan mesinya. Tak berapa lama Anita pun masuk kedalam mobil.

"Sudah siap semua kan?? Kalau gitu kita berangkat"

"Sudah bu, yuk berangkat. Anita juga sudah rindu Uti sama Kakung." Jawabnya

"Bismillah...." 

Akupun melajukan mobilku meninggalkan rumah, menuju rumah Emak. Memang jarak rumah Emak tak seberapa jauh. Hanya membutuhkam kurang dari dua jam kita sudah sampai dirumah Emak. 

Kulihat Emak sedang menyapu halaman rumah, sedangkan Bapak duduk di depan rumah meminum teh hangat. Karena memang ini sudah pukul setengah lima sore.

"Assalamualaikum Emak, Bapak.." Kataku seraya menghampiri mereka dan menyalami tanganya dengan penuh khidmat.

"Waalaikumsalam... ya Allah genduk ku cah ayu, sudah datang." Disambutnya kedatanganku dan putriku dengan ciuman bertubi-tubi

"Kirain masih beberapa hari lagi baru kesini. Tau gitu tadi kan Emak bisa masak enak buat kalian berdua."

"Gak papa mak, justru Ida gak bilang sama Emak. Biar Emak gak perlu repot-repot masak." Kataku

"Kasian cucu Uti nanti, kesini malah gak ada makanan enak." Dirangkulnya dan diciumnya kening Anita sama Emak

"Meskipun Uti masak tempe aja, Anita mah suka-suka aja Uti. Masakan Uti mah tiada duanya." Ucap Anita menyenangkan hati

"Bowo gak ikut lagi Da?" Tanya emak tiba-tiba

"U-ummmm enggak mak, Mas Boso sibuk. ada lembur."

"Woalah lembur kok terus toh Da. Sekali-kali suruh libur, ajak kesini. Kok y tega ngebiarin anak istrinya sendirian naik mobil kesini." Akupun hanya bisa diam tanpa menjawab pertanyaan Emak.

"Yasudah ayo masuk dulu. Kalian mandi-mandi dulu, terus kita makan malam sama-sama. Emak, siapin minuman hangat buat mereka ya!!" Kata Bapak memecah keheningan. Mungkin beliau sudah merasakan sesuatu yang tak beres dirumah tangga ku

Kita pun masuk ke dalam rumah sama-sama. Dan aku melangkahkan kakiku menuju kamar ku saat masih gadis dulu. Kurebahkan diri ini diatas kasurku yang masih empuk. Baru setelah itu aku mandi seusai Anita mandi.

*****

Adzan maghrib pun berkumandang, dan kita semua melaksanakan sholat maghrib berjamaah dengan di imami Bapak. Entah kenapa hatiku merasa tentram dan nyaman saar berada disini. Berbeda dengan suasana hatiku dirumah

Seusai sholat, aku dan Anita membantu Emak menyiapkan makan malam kita. Kulihat, Emak memasak ikan goreng, sambal terasi dengan lalapan timun dan terong. Benar-benar menggugah selera.

Akhirnya kita semua pun makan bersama. Begitu terasa enak walaypun menunya sederhana. Kulihat Anita juga begitu lahap menyantap makanan buatan Utinya.

"Nduk, habis ini Bapak mau bicara sama kamu tentang masalah sawah dan ladang Bapak." Degh, entah kenapa jantungku berdetak cepat

"Nduk cah ayu, tolong beresin ini ya. Sekalian cuciin semuanya. Uti sama Kakung mau bicara sama Ibumu." Perintah Emak ke putiku

"Enggeh uti..." Kulihat Anita dengan sigap langsung membereskan piring-piring dan membawanya kedapur untuk di cuci.

"Ada apa memangnya Pak? Apa ada masalah sama sawah dan ladang Bapak?" Kataku sambil melihat Emak dan Bapak

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status