Ow ow ow... di paragraf terakhir kayaknya ada keputusan sulit yang diambil seseorang, ya? Penasaran nggak sih? Tulis ulasan teman-teman, ya. Kita belum punya satu pun nih. Plus, bener juga. Waktu aja ternyata belum cukup ya buat kita percaya sama sahabat kita. Beruntung banget kalau kalian punya sahabat kayak Lia.
Yura masih duduk di tempat yang sama saat terakhir Ari meninggalkan Yura untuk menjemput Lia. Yura sedikit mendongakkan kepalanya sambil memikirkan kejadian hari ini.Memikirkan bagaimana hal selanjutnya yang akan terjadi kepada Yuda. Seluruh kampus saat ini sudah mengetahui tentang orientasi seksual Yuda. Sesuatu yang sangat sulit diterima oleh banyak orang."Huuft…"Yura hanya bisa menghela nafas panjang. Sambil sesekali memijat kepalanya yang mulai terasa pusing.Suara mulai terdengar dari pintu yang dibuka. Dengan refleks Yura menegakkan duduknya dan melihat ke sumber suara tersebut. Terlihat ada seorang wanita muda keluar dari ruang UKM. Wanita tersebut adalah salah satu petugas kesehatan. Memang biasanya saat jam istirahat, beberapa petugas kesehatan akan keluar dari ruang UKM untuk sekedar makan siang. Yura yang melihatnya langsung berdiri dan mulai berbicara dengan petugas tersebut."Kak, aku boleh minta izin untuk menemani mahasiswa yang sedang ada di ruang UKM itu? Dan seka
Di sebuah kamar yang hanya di sinari satu lampu tidur. Terlihat ada satu orang yang tengah asyik menatap layar laptopnya. Yang membuatnya masih terjaga hingga tengah malam. Orang tersebut sibuk mengutak-atik sebuah halaman F* milik salah seorang mahasiswa yang berkuliah di Universitas Harapan Bangsa. Mencoba mencari tahu lebih dalam tentang akun F* tersebut. Mencari informasi yang mungkin bisa memberi tambahan informasi yang bisa dia gunakan nanti. Suatu informasi yang bisa membantu untuk melancarkan rencananya. "Apa tidak ada lagi yang menarik? Mengapa begitu sedikit, hal yang aku butuhkan ini?" ucapnya saat tidak bisa menemukan informasi yang dia harapkan. "Hem… si manusia gay ini. Kenapa kamu hanya memposting sedikit, sih?" Kembali dia berucap dengan hati yang kesal. Bip bip Orang itu kemudian mengalihkan perhatiannya dari layar laptop ke arah jam digital yang terletak dekat dengan laptop. Jam digital berbentuk kubus yang selalu berbunyi setiap satu jam sekali. Dan saat ini ja
Ari POV: Hari ini aku sangat terkejut dengan berita yang aku terima. Suatu berita yang tidak pernah aku sangka sebelumnya. Berita yang membuat aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Aku sangat takut saat melihatnya. Ingin rasanya tidak percaya dengan apa yang aku lihat, akan tetapi itu benar-benar nyata. Suatu kenyataan yang pada akhirnya membuatku menjauhi teman baikku sendiri. Dengan tega aku pergi begitu saja tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. Aku pun membiarkan orang-orang menghina dan mencaci maki teman baikku itu. Aku hanya melihatnya dari kejauhan saat dia berkelahi dengan salah satu teman dikelas. Aku sempat pergi keluar kelas hanya untuk menenangkan pikiranku. Hingga tiba-tiba aku mendengar keributan yang mengarah ke ruang kelasku. Dan ya… Aku melihat teman baikku yaitu Yuda Irawan yang tengah bersusah payah untuk bangkit dan melawan seorang teman sekelasku bernama Bima Cahyo Utomo. Bima memang sudah terkenal menjadi anak yang selalu bermasalah. Dia sanga
Setelah makan siang bersama di ruang UKM, Ari dan Lia sudah kembali ke kelas mereka masing-masing untuk melanjutkan pelajaran. Kini hanya ada Yuda, Yura, dan satu petugas kesehatan di ruangan tersebut. Hanya saja sang petugas berada cukup jauh dari tempat mereka berdua. "Kamu kenapa nggak lanjut mengikuti mata kuliah hari ini Ra?" Yuda memulai pembicaraan sambil sedikit memperbaiki duduknya untuk mendapat posisi senyaman mungkin. "Nggak apa-apa kok, Yud. Aku cuma mau temenin kamu aja disini." Yura tersenyum manis, tapi tetap tidak bisa menutupi mata sembabnya dari Yuda. Yuda sangat ingin bertanya mengenai keadaan Yura yang sebenarnya. Pastinya Yura juga mengalami hinaan yang sama seperti yang Yuda alami. Yuda POV: 'Kenapa kamu menangis, Ra?' 'Apa mereka menyakitimu begitu berlebihan?' Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam pikiranku sangat ingin aku ucapkan. Melihat mata Yura yang layu dan wajahnya yang sedikit pucat, membuatku sangat khawatir. Tapi sekali lagi, aku hanya seoran
'Semoga semua ini segera berakhir' … Aku dan Yura saat ini sudah berada di dalam taxi. Di kursi belakang, aku sedikit menyandarkan tubuhku di jok mobil dengan Yura yang berada disampingku. Sesekali Yura sibuk dengan ponselnya hanya untuk membalas pesan dari Lia. "Nanti aku anterin kamu dulu ya, baru aku lanjut ke rumah." ucapku memecahkan keheningan. "Kamu nggak apa-apa nanti Yud?" "Iya, nggak apa-apa kok. Aku sudah memberitahu Pak Soleh untuk membantuku nanti." Pak Soleh adalah salah satu orang yang bekerja di rumahku. "Oh gitu, ya udah Yud. Tapi jangan lupa kabarin aku ya kalo sudah sampai rumah." "Iya Ra." jawabku halus dengan sedikit memberi senyuman kepada Yura. "Emh, ... Yud?" panggilnya. "Kenapa Ra?" Terlihat Yura seperti memiliki keraguan untuk berbicara. "Boleh aku bertanya sesuatu?" Entah kenapa aku merasa mengerti apa maksud dari hal yang ingin Yura tanyakan padaku. "Apa kamu masih berhubungan dengannya?" "Iya Ra." jawabku singkat. Kami memang masih berhubungan.
Aulia POV: Ketika aku berusia 15 tahun, aku mulai merasa berbeda saat aku menatap lawan jenis. Ada rasa seperti debaran yang begitu cepat berdegup di jantungku saat bersama seorang pria. Tapi anehnya, tidak semua pria membuat jantungku berdebar cepat. Hanya sebagian kecil pria di dekatku yang aku rasa sedikit berbeda. Mungkin itu yang dinamakan jatuh cinta? Ya… Akhirnya aku meyakinkan diri bahwa itu adalah rasa cinta. Aku sering melihatnya di serial drama percintaan kesukaanku. Di mana saat jantungmu berdebar begitu cepat ketika bersama seseorang, maka kamu sedang menyukainya. Suka… Mungkin bisa dikatakan separuh hatiku sudah dimilikinya. Seorang pria yang mulai aku sukai. Dari banyak pria yang membuat jantungku berdebar, hanya dialah yang membuat perasaanku merasa semakin bahagia. Dia selalu berada di dalam pikiranku. Melayang-layang dengan begitu syahdunya di dalam ingatanku. Senyumnya… Suaranya… Bahkan aroma tubuhnya. Begitu membuatku tidak bisa mengontrol pikiranku. Sea
Langit Jakarta perlahan-lahan mulai redup. Menciptakan warna abu-abu gelap yang sebelumnya berwarna biru terang. Perubahan cuaca yang ekstrem membuat sebagian orang merasa khawatir. Sebagian dari mereka sudah ada yang menyiapkan payung dan ada juga yang memakai jas hujan. Tapi ada juga yang sibuk berlari mencari tempat berteduh agar nanti tidak kehujanan. Angin mulai berhembus kencang, meniup dedaunan yang berserakan di jalan. Dia juga dengan sedikit menggoyangkan pohon-pohon disekitar. Tak berapa lama kemudian, sedikit demi sedikit, tetesan air hujan mulai turun dari langit. Awalnya kecil, lama kelamaan menjadi hujan yang cukup besar. Menciptakan hawa dingin yang begitu menyengat di tubuh. Membuat siapa saja yang merasakan kedinginan itu ingin segera bertemu dengan tempat hangat yang mereka miliki. Ada juga sebagian orang yang berhenti di salah satu coffee shop dengan memesan secangkir kopi hangat. Setidaknya hal itu bisa sedikit membantu untuk menghangatkan tubuh mereka. "Halo?
'Aku sangat ingin bertemu dengannya lagi.' … "Aku tidak suka ini datang lagi." gumamnya yang kini sudah beranjak dari tempat yang dia duduki tadi. Kini dia tengah menatap pemandangan kota dibalik kaca jendela yang basah karena air hujan. "Seharusnya aku tidak memberi ide itu padanya. Itu bisa saja akan membahayakan dirinya!" Reno merasa gelisah akan ide yang dia katakan tadi kepada si penelepon. Tapi di lain sisi, dia tidak bisa melakukan banyak hal. Si penelepon sudah memberikan bayaran yang cukup padanya untuk informasi yang dia berikan. Bayaran yang bisa meringankan beban biaya kuliah dan juga biaya sewa apartemen. Reno berkuliah di Universitas Teknologi Hanjaya, jurusan Teknik Informatika. Sejak kecil Reno terlahir dari keluarga sederhana, hingga akhirnya saat lulus SMA dia mulai bekerja paruh waktu di beberapa tempat. Setidaknya gaji yang dia terima bisa membantunya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dan saat si penelepon meminta Reno untuk mencari informasi m