Tanpa malu, Ardy memakai kaos itu di hadapan Keyra. Saat Ardy hendak membuka handuk yang melilit pinggangnya, Keyra segera kabur kedalam kamar mandi. Ia tak mau matanya yang masih suci ternodai dengan hal-hal yang lebih jauh lagi.
Jantung Keyra berpacu dengan kencang, ia melorot di bawah lantai kamar mandi. Ia membayangkan hal apa yang terjadi kalo tadi ia sampai melihat Ardy memakai celana di depannya.
Keyra jadi malu sendiri. Ia mulai membuka kebaya yang ia kenakan. Setelah mencoba membuka resleting dibagian belakang, ia kesal karena resletingnya malah susah diturunkan. Kalau ia meminta tolong pada suaminya, ia takut suaminya itu akan khilaf lalu melakukan hal yang tidak-tidak. Tapi kalau ia tidak meminta bantuannya, ia tetap kesulitan membuka resletingnya. Ia terus berusaha melepaskan kebaya yang melekat di tubuhnya dengan susah payah, namun resleting tetap tidak mau terbuka.
"Ardy..." panggil Keyra agak kencang, takut orang yang ia panggil tidak mendengar dibalik pintu itu.
"Iya."
"Tolong, resletingnya nyangkut. Aku kesusahan membukanya."
Beberapa detik kemudian, terdengar suara ketukan di pintu kamar mandi. Keyra segera membuka pintu kamar mandi sedikit agar tangan Ardy bisa membantu membukakan resleting kebayanya tanpa harus masuk kedalam.
Keyra tersentak, jantungnya berdebar kencang saat tangan Ardy menyentuh bahunya untuk menurunkan resleting.
Dengan sedikit susah payah, akhirnya resleting itu terbuka. Kini punggung putih Keyra terpampang di depan mata Ardy, ia segera memalingkan wajahnya agar tak semakin bergairah. Ardy berlalu pergi, kembali duduk di tepi ranjang dengan jantung yang berdebar kencang.
'Sial, kenapa aku begitu terkesima melihat punggungnya tadi?' Ardy mengacak rambutnya frustasi. Ditepisnya segala pikiran aneh itu. Jangan sampai ia tertarik dengan gadis yang kini sudah resmi menjadi istrinya.
"Makasih." ujar Keyra lirih. Ia kembali menutup pintu kamar mandi.
Astaga, itu adalah pertama kali ada laki-laki yang memegang punggungnya secara langsung walaupun sedikit. Saat Ardy menyentuhnya, kenapa ada getar-getar aneh di dalam hatinya???
Untuk mengatasi rasa gugupnya akibat sentuhan tadi, Keyra mencoba menarik napas sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya berulang kali. Kemudian ia segera merendam tubuhnya di dalam bathtub yang telah berisi air hangat agar bisa merilekskan sekujur tubuhnya yang terasa pegal seharian ini.
Ketika sedang asyik berendam, tak terasa matanya terpejam untuk beberapa saat. Ketika Keyra membuka kedua matanya, ia sontak kaget saat mendapati Ardy sudah berdiri di depan pintu kamar mandi dan tengah melihat tubuhnya dengan ekspresi yang sulit dimengerti. Ia tidak menyadari bahwa pintu kamar mandi lupa ia kunci dari dalam.
'Bodoh, aku lupa mengunci kamar mandi tadi.' Keyra yang malu segera meringkuk di dalam bathtub nya yang tinggal menyisahkan sedikit sabun untuk menutupi tubuhnya yang polos.
“Ngapain kamu? Mau ngintip ya?” sarkas Keyra.
"Aku kira kamu pingsan. Cepat mandinya, ada yang ingin aku bicarakan!" Ardy berkata dengan suara yang agak berat, serta pandangan mata yang tidak fokus mencoba mengalihkan pandangannya dari tubuh Keyra yang terlihat menggoda.
Ardy segera melangkah keluar dari kamar mandi dengan menutup pintu agak keras sehingga menimbulkan suara debuman yang cukup kencang.
'Setelah tadi aku menyentuh punggungnya, kenapa sekarang aku harus melihat tubuhnya yang tidak memakai apa-apa? Astaga...' Ardy mencoba mengenyahkan segala pikiran kotornya. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang, mencoba memejamkan matanya namun pemikiran gilanya berkata lain, ia membayangkan bagaimana hangatnya tubuh Keyra jika tadi ia ikut masuk kedalam bathtub itu. Saling meraba, memberikan kecupan ringan di area leher hingga membuat mereka terhanyut lebih dalam.
'Ahhhh, sial! Bagaimana mungkin aku membayangkan sejauh itu.' Ia harus segera keluar dari kamar itu, sebelum ia lepas kendali.
***
Keyra langsung membilas tubuhnya dengan cepat lalu memakai piyama nya dan melangkah keluar kamar mandi dan tak mendapati Ardy di dalam kamarnya.
‘Kemana dia? Tadi menyuruhku segera mandi, sekarang malah menghilang.’ gumam Keyra.
Keyra menaiki ranjangnya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Hari ini ia benar-benar lelah.
Cklek
Pintu kamarnya terbuka, Ardy masuk ke dalam kamar itu.
Keyra bangun dari posisinya yang sedang tiduran, “Kamu kan tau kalo tadi aku lagi mandi, ngapain tadi kamu …”
“Siapkan barang-barang kamu, besok kita pindah kerumahku,” potongnya cepat.
“Apa? Aku masih mau disini.” tolak Keyra sambil menyilangkan kedua tangannya diatas dada, “Kalo kamu mau pulang, pulang aja sendiri.”
“Saya tidak suka dibantah. Bukankah tadi papah kamu bilang kalau perintah suami harus dituruti?” Ardy menatap tajam kearahnya.
Keyra bangkit lalu melangkah keluar dari kamarnya ingin segera menemui orangtuanya untuk menanyakan hal itu. Tidak mungkin ‘kan kalau Keyra akan langsung meninggalkan rumahnya bersama orang yang tidak dicintainya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana suasana yang akan terjadi kalau nanti mereka tinggal serumah. Keyra pasti akan merasa kesepian, tidak ada tempat untuk berkeluh kesah lagi.
Keyra menghampiri mamahnya yang sedang berada di ruang keluarga bersama papah dan kakeknya.
“Mah, Ardy mau ajak Key pindah besok. Apa benar?”
“Iya sayang, tadi Ardy sudah meminta ijin sama mamah dan papah kalau dia ingin langsung mengajak kamu pindah kerumahnya.” kata Sandra.
“Tapi Key masih mau disini, Mah. Seminggu aja deh. Emangnya mamah udah gak mau Key tinggal disini ya?” Keyra bergelayut manja pada Sandra.
“Kamu itu sudah jadi tanggung jawab suamimu. Kami tidak berhak melarangnya lagi.” Satria menimpali.
“Iya Key, kamu harus ikut apa kata suamimu. Dosa loh kalau kamu membantah.” kata kakek.
Keyra memberengut. Ia hanya bisa pasrah, tidak ada gunanya lagi berdebat dengan orangtuanya.
Dengan langkah kesal dan menghentak-hentakan kakinya, ia kembali ke kamar untuk menyiapkan barang-barangnya. Dibukanya pintu kamar itu dengan sedikit kasar, ia sebal karena orangtuanya menginginkan ia pindah besok.
Saat memasuki kamar, terlihat Ardy sedang berbaring di sofa yang berada di kamarnya. Matanya sudah terpejam. Keyra tau bahwa Ardy pasti juga lelah.
Jam dinding menunjukkan pukul 9 malam. Masih terlalu dini untuk ia tidur walaupun sebenarnya ia juga lelah.
Keyra melangkah menuju balkon. Ia memandangi langit. Tercipta ketenangan di dalam hatinya saat melihat bintang yang berkelap-kelip. Ia tersenyum simpul melihatnya. Namun tiba-tiba otaknya kembali memikirkan Ardy.
Keyra masuk kembali kedalam kamarnya. Ia menatap wajah pulas Ardy yang terpejam. Ia menelisik setiap jengkal wajahnya. Mata yang tajam, alis yang simetris, bulu mata yang lentik seperti bulu mata perempuan, bibir yang tipis, hidung yang mancung, kulit yang putih dengan bulu-bulu halus, garis rahang yang tegas serta wajah yang begitu tampan.
Walaupun saat ini cinta belum datang, namun sangat mudah bagi Keyra untuk jatuh cinta pada suaminya. Ya, suami kontraknya. Karena pernikahan mereka terjadi diatas surat perjanjian.
Pagi setelah hari pernikahan, Keyra tengah bersiap menurunkan koper yang berisi pakaiannya. Hari ini ia akan mulai tinggal dirumah suaminya. Dengan Langkah gontai, ia mulai menuruni anak tangga dengan membawa kopernya.“Pagi, Key.” sapa Sandra yang sedang menyiapkan sarapan.“Pagi, Mah.” jawab Keyra lesu. Ia mendudukan tubuhnya di kursi ruang makan.“Ardy mana? Kok gak ikut turun?” tanya Satria.“Masih siap-siap diatas, Pah.” Jawab Keyra sambil menyomot bakwan yang ada di meja makan, gorengan kesukaannya yang akan sangat ia rindukan nanti.“Di sini kok.” suara Ardy yang baru hadir menebarkan senyum ke semua orang yang berkumpul di ruang makan.“Gimana nih malam pertama jadi suami istri?” Devan memasang senyum jahilnya sambil melirik kearah pasangan suami istri itu.Keyra menelan ludah, melirik Ardy yang tak bersuara.“Kayanya seru nih.” Devan te
Ardy memijit pundaknya pertanda ia sudah lelah. Setelah melihat kembali mantan kekasihnya tadi di televisi, entah kenapa pikirannya menerawang tentang kejadian 13 tahun yang lalu saat ia pertama kali bertemu dengan wanita itu.Seorang gadis berperawakan tinggi yang telah mencuri hatinya, Luna Anastasya. Perkenalan mereka berawal di SMA Caraka High School, sebuah SMA ternama di kota Jakarta. Ardy yang merupakan kakak kelasnya, dengan terang-terangan menyatakan jatuh cinta terhadap gadis itu saat pertama kali.Saat sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin sekolah pada saat tahun ajaran baru, mata Ardy tertuju pada gadis berkacamata yang berjalan dengan membawa tas dipunggungnya.Sepertinya dia anak baru.“Anak baru tuh.” ujar Ardy saat gadis itu sudah hilang dari pandangannya.“Kayanya sih,” Aldo, sahabat Ardy, menjawab.“Kenapa, naksir lo?” tanya Riko, sahabatnya yang lain.Ardy menyeringai.
Keyra mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui matanya. Semalaman ia susah memejamkan matanya. Mungkin ia masih harus menyesuaikan diri tinggal di apartement Ardy. Ia terbangun pukul 5 pagi dan tak bisa memejamkan matanya lagi maka ia berniat untuk membuat sarapan sebelum ia berangkat kuliah. Perkuliahan akan dimulai pukul 08.00 pagi.Keyra beranjak dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kaki menuju toilet yang ada di dalam kamarnya. Ia menggosok gigi dan mencuci mukanya. Setelah itu ia keluar dari kamar menuju dapur masih menggunakan piyama tidurnya.Ia melihat bahan-bahan yang tersedia di kulkas, hanya ada telur dan sosis. Di meja makan juga hanya ada roti tawar dan selai coklat.‘Kayanya bikin roti john enak neh.’pikirnya.Keyra sibuk menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Mulai dari mengocok telur, memotong sosis, memanggang roti, dan menyeduh susu coklat hangat.Dari belakang, terden
Setelah turun dari mobil, Keyra segera melangkahkan kaki menuju kampusnya. Hari ini jadwal kuliahnya sedikit padat. Ia mengambil banyak SKS di awal perkuliahan. Ia akan selesai saat hari menjelang sore.“Keyra…”Saat Keyra berjalan hendak mencapai pintu gerbang kampus, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Ia terlihat berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri Keyra.“Hai, Sya. Baru datang?” tanya Keyra yang baru saja menghentikan langkahnya dan berbalik badan menghadap kepada sahabatnya itu.“Iya, tadi aku bangun kesiangan. Semalam aku habis maraton nonton drakor.” jawab Mesya sambil merapihkan rambutnya yang terlihat berantakan.“Kebiasaan, kalo nonton drakor pasti telat bangunnya.” Keyra mencebik.Mesya hanya nyengir.Mereka berdua melangkahkan kaki memasuki area kampus.“Kamu udah sarapan belum, Key?”“Udah, Sya.”“Tumben, kamu masa
Setelah operasi selesai dilakukan, terlihat kakek Bowo tengah dipindahkan menuju ruang perawatan untuk pemulihan. Keyra terus menunggui kakek Bowo di samping ranjangnya.Ardy melirik jam yang melingkar ditangannya. Jam menunjukan pukul 11 malam. Ardy telah menyuruh Keyra agar pulang karena hari sudah larut malam, tetapi Keyra tetap bersikeras dan memutuskan untuk tetap menunggui kakeknya.Mesya yang tadi datang bersama Keyra sudah pamit pulang sejak dua jam yang lalu.Mamah Sandra pun sudah pulang bersama Devan.Ardy juga sudah menyuruh kakek Rinto untuk pulang dengan diantar Arga. Ia berjanji kalau ada kabar dari kakek Bowo, ia akan segera memberitahunya.Yang tertinggal di rumah sakit sekarang hanyalah papah Satria, Keyra dan dirinya.Karena rasa ngantuk yang menyerangnya, Keyra tak sadar tertidur di samping ranjang kakeknya dengan posisi duduk dan kepala yang ditelungkupkan di antara kedua tangannya.Melihat itu, Ardy yang baru saj
Sudah beberapa hari Keyra bolak-balik antara rumah sakit dan kampusnya. Tak jarang ia pulang ke apartemen hingga larut malam karena jadwal kuliah yang padat serta menemani kakeknya di rumah sakit.Ardi melirik jam dinding yang terpajang di ruang tamu. Jam menunjukkan pukul 07.00 pagi. Tak biasanya Keyra belum terlihat di dapur. Biasanya ketika ia baru saja terbangun, istri kecilnya itu sudah sibuk mengolah makanan di dapur.TokTokTokArdy mengetuk kamar Keyra, tak ada sahutan dari dalam. Ia berinisiatif untuk masuk ke dalam kamarnya.Ardy membuka pintu kamar Keyra. Ia menemukan Keyra sedang berbaring di ranjangnya. Ia tercengang karena melihat Keyra yang sedang menggigil kedinginan.Astaga!“Key…” panggilnya lirih.Tak ada jawaban apa-apa dari Keyra.“Keyra…” panggilnya lagi. Ardy semakin mendekati ranjang Keyra. Namun tetap tidak ada jawaba
Ardy keluar dari kamar Keyra. Ia melangkahkan kaki keluar apartemen menuju mobilnya di basement. Ardy telah menyuruh Arga menjemputnya. Setelah melihat keadaan Keyra yang sudah membaik, ia berencana pergi ke kantor untuk mengurusi beberapa pekerjaannya walaupun jam sudah menunjukkan pukul satu siang.Arga segera menjalankan mobilnya menuju kantor.Setelah tiba di kantor, Ardy segera memasuki ruangannya. Ia sibuk memeriksa berkas yang telah diberikan oleh Arga.Tak lama kemudian terdengar suara kenop pintu yang dibuka dari luar.“Ardy…”Deg!‘Suara ini…’perlahan Ardy membalikkan wajahnya ke sumber suara itu berasal, dan seketika itu pula tatapan matanya bertumbukan dengan sepasang iris berwarna coklat yang juga tengah memandangnya kini.“Luna… dari mana kau tau kantor ku?”Suara Ardy terasa sedikit tercekat di tenggorokannya saat menyebutkan nama itu, nama d
“Ya Tuhan, Keyra…” Ardy segera berlari menghampiri Keyra yang tergeletak di lantai kamar mandi. Ia segera membawa Keyra ke rumah sakit terdekat. Ia membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai kerumah sakit.Tangan Ardy yang memegang setir kemudi kian mengerat, dengan segera ia menghidupkan mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan lumayan tinggi. Beruntung hari sudah malam jadi jalanan sedikit lenggang hingga membuat Ardy cukup aman mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.Setelah tiba di rumah sakit, Ardy segera menggendong Keyra menuju ke sebuah ruangan. Ardy baru menurunkan Keyra begitu mereka telah tiba di sebuah ruangan bernuansa putih khas rumah sakit, telah ada seorang dokter didalamnya.Keyra tengah berbaring tak sadarkan diri. Seorang dokter yang diketahui bernama Mia sedang memeriksa keadaannya.Setelah selesai dengan pemeriksaannya, dokter Mia lantas menemui Ardy yang berada di luar ruangan. Ia menyuruhnya masuk ke ruangan