‘Aku mencintai wanita lain.’
‘Kau tidak perlu berharap karena aku mencintai wanita lain.’Kalimat itu terus memenuhi kepala Salsabila, ucapan-ucapan menyakitkan yang sebelumnya dilontarkan oleh Alan terus terngiang-ngiang di dalam pikirannya. Sungguh, ia memang tahu bahwa ia menikah bukan karena cinta, tetapi bisakah Alan sedikit saja menjaga perasaannya. Haruskah dia sefrontal itu mengatakan bahwa ia mencintai wanita lain, wanita yang bukan dirinya yang notabene-nya adalah istrinya?Perjalanan yang ditempuh dalam jalur udara sama sekali tidak dinikmati oleh Salsabila. Saat ini menaiki pesawat sampai pesawat yang ditumpanginya mengudara, berat rasanya Salsabila membuka suara. Terlebih lagi Alan di sampingnya sama sekali tak sedikit pun menanggapinya. Dia hanya sibuk dengan majalah di sampingnya dan sama sekali tidak memedulikan dirinya yang tengah melamunkan banyak hal.Baru beberapa jam ia berduaan dengan Alan dan ia sudah makan hati sert‘Katanya, tempat ini adalah akhir dunia. Kalau memang benar, izinkan aku kembali ke tempat ini untuk terakhir kali bersama seseorang yang benar-benar mencintaiku, menginginkanku, Tuhan!’Salsabila tersenyum kecil menatap keadaan sekitar, angin berembus cukup kencang di dekat pelabuhan La Corun, Galacia, Spanyol. Suara debur ombak lautan biru di dekat mereka terdengar seperti sebuah nyanyian yang cukup panjang, langit dan samudera sering kali bersaing di sana—perihal tentang siapa yang biru dan memikat, nyatanya sama saja, setiap sudut bisa dikagumi oleh orang-orang yang datang mengunjungi tempat tersebut.Salsabila dan Alan berdiri bersebelahan pada selasar yang membentuk sebuah setapak bundar mengitari sebuah mercusuar peninggalan Romawi setinggi 55 meter dengan posisi menghadap ke laut Atlantik Utara dari pesisir pantai Spanyol. Mercusuar yang dibangun pada paruh kedua abad pertama menjadikan tempat itu sebagai mercusuar tertua di dunia yang masih beroperasi.
Pada malam harinya, Alan tampak sedang berbicara dengan seseorang di balik ponselnya. Entah dengan siapa Alan berbicara melalui ponselnya di luar kamar, ia hanya sebentar—sebelum akhirnya kembali seraya mengarahkan layar ponsel di depan wajah, kali ini sebuah panggilan video berlangsung, terlihat wajah Rena di sana, artinya akting harus segera dilangsungkan. “Hallo, Ma.” Alan melambaikan tangan menatap layar ponselnya, ia duduk begitu saja di sisi Salsabila. Jika tadi ada jarak sekitar dua jengkal, kali ini Alan sengaja memangkasnya, kulit lengan bersentuhan –sengaja mempertontonkan kedekatannya dengan Salsabila pada sang ibu. “Salsa dan Alan lagi apa sekarang?” Salsabila tersenyum tulus saat melihat wajah sang ibu mertua, ia tak peduli lagi pada sikap sok harmonis Alan saat ini. Wanita itu masih sibuk mengunyah makanan yang baru pertama ia coba seraya melambaikan tangan pada layar ponsel. “Kita lagi makan, Ma. Salsa baru pertama ke Barcel
Seharian ini Alan tak menampakkan dirinya, sebelumnya ia izin pada Salsabila bahkan akan mengunjungi temannya berhubung mereka ada di Barcelona. Salsabila jadi tidak semangat, bahkan ia hanya menghabiskan waktu di kamar hotel saja dengan menonton film. Sesekali mata perempuan itu melirik ke arah pintu—berharap seseorang muncul di sana.Ponsel yang tergeletak di permukaan ranjang, tak ada dering berbunyi dari nomor Alan, berkali-kali ada panggilan yang masuk pun hanya dari teman kantor Salsabila sendiri. Tetapi ia juga sendiri tak memiliki inisiatif untuk menghubungi Alan terlebih dahulu. Kali ini ia menguap untuk kesekian kalinya, matanya sudah semakin sipit dan memerah, tetapi Salsabila masih tetap bertahan, ia hanya butuh suaminya pulang dengan keadaan yang baik. Sumpah, dia benar-benar merasa kesepian di negara orang lain. Alan sendiri yang menjanjikan akan pulang malam ini, jadi ia harus mencoba percaya.Untuk menenangkan diri, Salsabila berniat untuk kelua
Bayangan masa lalu tentang pertemuan pertamanya dengan wanita bernama Meira dan rasa kebenciannya terhadap yang namanya bulan madu. Bayangan yang sangat menyakitkan untuk dikenang, seakan-akan Salsabila kembali ke masa-masa itu, masa suram versi Salsabila.Sejak saat itu, Salsabila benar-benar berubah. Ia memang tidak langsung menggugat cerai pria itu, dan Alan sepertinya juga tidak punya pemikiran ke hal itu. Tetapi Salsabila benar-benar berbeda dalam hal yang sebenarnya, ia tidak lagi berusaha mempertahankan pernikahannya dan membuatnya mengalir apa adanya.Tetapi sejak saat itu juga, Salsabila tidak pernah lagi mendengar tentang Meira dan ia tidak tahu apakah sekarang Alan masih berhubungan dengan wanita itu. Sampai ia melihat dengan mata kepalanya sendiri pria itu bersama Meira bak keluarga bahagia.Hal itu juga yang memunculkan banyak kenangan masa lalu menyakitkan di antara mereka.****Salsabila meneguk kopi selagi terus
Alan merasa Salsabila memiliki pemikiran yang berbeda mengenai pernikahan ini. Dulu dia masih berusaha menjalankan kewajibannya sebagai istri. Salah satunya seperti yang tadi disebutkan oleh bude Yun, menyiapkan sesuatu yang tentu saja Alan sukai. Pemahaman keduanya jelaslah berbeda, tetapi Alan juga sadar diri ia tidak ingin menyakiti hati wanita itu dengan mengatakan langsung ketidak sukaannya kepada Salsabila. Jadi menghindari dia, sampai wanita itu menangkap maksud penolakan dari Alan, dan berhasil. Wanita itu sadar dan berlalu begitu saja. Alan tentu masih punya hati nurani, jadi masih ada perasaan bersalah kepada Salsabila. Tetapi meskipun begitu bukankah perasaan tidak bisa dibohongi?Sampai kemudian saat honeymoon mereka di Barcelona, Alan benar-benar kejam menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya. Memperlihatkan bahwa ia memiliki wanita lain, dan meminta Salsabila untuk tidak berharap darinya.Dan memang berhasil, Salsabila mengerti bahwa ia hanyalah i
Seperti permintaan ibu mertuanya pada akhirnya di sinilah Salsabila berakhir, di sebuah salon megah yang menjadi langganan keluarga Dirgantara. Alexa yang pertama kalinya membawa ke tempat ini, awalnya Salsabila tentu saja tidak terbiasa mendatangi tempat-tempat yang seperti ini.Tetapi Alexa terus memberikannya kepercayaan diri bahwa itu memang keharusan dilakukan oleh seorang perempuan, terlebih lagi Salsabila adalah seorang istri. Alexa terus menekankan kepadanya bahwa ia harus tampil cantik di depan Alan, agar pria itu semakin mencintainya dan tidak akan mengkhianatinya.Tetapi bagaimana mungkin, Alan bahkan sudah punya wanita lain jauh di saat mereka belum melangsungkan pernikahan, dan sama sekali tidak ada niatan bagi pria itu untuk mengakhiri hubungannya. Miris sekali, bukan?Salsabila menjalani perawatan hingga nyaris jam sepuluh malam. Pihak salon jelas tidak akan keberatan jika pegawainya lembur hanya untuk melayani seorang istri dari kelua
Pertengkaran-pertengkaran kecil kedua kakak beradik itu menemani sarapan mereka. Biasanya ruang makan itu hanya diisi oleh keheningan, kini begitu ramai dengan celotehan-celotehan berasal dari Alexa. Bahkan pertengkaran tentang masalah bangun pagi pun masih keduanya perdebatkan."Kamu harus tahu, menambah pundi-pundi kekayaan itu melelahkan. Jadi seharusnya kamu membiarkan aku tidur tenang saat weekend begini. Aku yakin Salsabila juga keberatan kamu bangunkan sepagi ini."Suara Alan kembali terdengar, masih memprotes dengan kelakuan Alexa. Tidak terima karena dibangunkan sepagi ini padahal weekend. Weekend seperti ini sangat penting untuk Alan menikmati tidur dan berleha-leha di rumah, tetapi kali ini weekend-nya harus ia relakan karena gangguan Alexa.Alexa hanya tertawa, dan sama sekali tidak tersinggung dengan perkataan Alan. Dia mulai mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng buatan bude Yun."Kamu harusnya menyambut hangat ke
"Kamu tidak usah terlalu memikirkan kata-kata mama, Sa."Salsabila pikir Alan yang merebah di sampingnya sudah terlelap. Ternyata belum, pria itu bahkan mengetahui keresahan yang dirasakan Salsabila dikarenakan omongan ibu Rena tadi siang. Bahkan ibu mertuanya itu sudah meminta Salsabila untuk menabung asam folat dalam susu pra-hamil. Seperti biasa Salsabila tidak bisa menolak permintaan mertuanya, jadi Salsabila mulai meminum susu pra-hamil tersebut."Ya, Mas," gumam Salsabila dalam keheningan.Salsabila sudah berusaha mengenyahkan pikiran itu, tetapi tetap saja belum berhasil. Alhasil matanya menyalang sempurna meskipun jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam."Sa."Tubuh Salsabila menegang mendengar namanya dipanggil dengan suara parau dari Alan."Ya, Mas," jawab Salsabila kembali dengan pelan.Alan berdeham. "Kau akan sulit tidur kalau terus memikirkannya. Lupakan dan pejamkan matamu. Kalau masih suli