Share

Episode 4

Elana menatap pantulan wajahnya di cermin, hari ini ia dan Rony akan pergi bersama menghadiri sebuah acara pernikahan salah satu Dokter yang bekerja di MMC. Elana ingin berpenampilan menarik, cantik dan berbeda dari biasanya. Ia memilih gaun terbaik yang dimilikinya, untuk urusan penampilan Elana selalu menyesuaikan dengan trend terbaru. Tentu saja karena ia tidak ingin dianggap jadul atau terlalu kolot. 

Dua asisten rumah tangga ikut membantunya, Ani dan Ana. Dua gadis kembar anak Bi Ijah. 

"Kalian kenapa dari tadi terus tersenyum? Ada yang salah dengan penampilanku?" Tanya Elana, karena kedua gadis itu sesekali tersenyum membuat Elana penasaran. 

"Maaf Non, kita tidak bermaksud menertawakan Non Elana." Jawab Ani.

"Terus kenapa kalian cekikian dari tadi?" 

Kedua gadis itu saling bertatapan, bahkan mereka saling menyikut satu sama lain. 

"Itu,,, Ani baru saja di kasih ini,," Ana menunjukan sebuah ikat rambut hitam dengan hiasan pita berwarna merah muda. Sebuah ikat rambut biasa. 

"Oh,,,, dari pacarmu?" 

"Calon pacar alias gebetan." Ani mencubit pinggang Ana, membuat Elana tertawa melihat kelakuan dua gadis itu. Sejujurnya Elana iri dengan kedekatan kakak beradik itu, karena ia tidak pernah tau bagaimana rasanya memiliki seorang saudara atau orang yang bisa diajak bercerita. 

"Calon gebetan? Siapa?" Elana sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan lelaki yang sedang dekat dengan Ana, namun rasanya cukup menyenangkan melihat gadis berambut ikal itu tersipu malu dengan kedua pipinya bersemu merah. 

"Bukan siapa-siapa, Non." Jawab Ani malu-malu. 

Meski mereka berdua kembar identik, bahkan Elana dan bi Ijah sering tertukar memanggil nama,  namun perbedaan mencolok yang bisa dilihat dari mereka berdua adalah sifat malu-malu Ani, dan sifat polos Ana. 

"Apa lelaki itu bekerja disini juga?" 

"Bener, Non." Sahut Ana. 

Elana mengerutkan keningnya, mencoba mengingat siapa saja pegawai di rumahnya yang masih berstatus lajang.  Hanya ada dua, yaitu Abi dan Anton. Tapi, bukannya Anton akan menikah bulan depan? Lalu yang dimaksud gebetan Ani, yaitu Abi? 

"Abi?" Elana memastikan.

Rona merah di wajah Ani menjawab, sementara Ana hanya tertawa geli. 

"Benar Abi?" Sekali lagi Elana memastikan.

"Iya, Non. Kemarin malam mas Abi memberikan ini, setelah di pulang cuti." 

"Oh,, kalian cocok, semoga hubungan kalian langgeng." 

"Terimakasih, Non." Balas Ani pelan. 

Tepat pukul delapan malam, Rony datang menjemput Elana. Seperti bisa lelaki itu selalu berpenampilan modis dan menarik. 

"Kamu cantik banget malam ini," puji Rony. 

"Terimakasih," jawab Elana singkat. 

Karena acara malam ini sangat formal dan hanya dihadiri tamu undangan tertentu saja, Abi tidak diperkenankan ikut, terlebih karena Elana pergi dengan calon suaminya sendiri. 

"Kamu sakit?" Sekilas Rony melirik Elana, membagi fokus dengan jalanan ibu kota yang masih padat, terlebih karena ini malam minggu. 

"Nggak. Kenapa? Apa riasanku terlihat pucat?" Elana memastikan riasan di wajahnya, bercermin di layar ponsel. 

"Dari tadi kamu diem aja, jadi aku kira sakit." 

Elana menurunkan layar ponsel dari depan wajahnya, ia menghela lemah dan menyandarkan punggungnya di kursi mobil. 

"Aku baik-baik aja." Jawabnya pelan. 

Elana sendiri merasa aneh dengan perubahan mood yang dialaminya. Awalnya dia begitu antusias karena ia akan pergi berdua bersama Rony, namun begitu mendengar cerita dua gadis kembar itu, tiba-tiba saja moodnya hilang entah kemana. 

Perhelatan akbar sebuah pernikahan di kalangan orang kaya memang sudah menjadi hal lumrah. Bahkan tidak jarang mereka akan menunjukan seberapa hebatnya diri mereka dengan memamerkan sebuah pesta mewah, dengan biaya fantastis. Begitu juga pesta kali ini, mulai dekorasi, makanan hingga hotel mewah yang menjadi tempat digelar acara, sangat menunjukan jika tuan rumah bukan orang sembarangan. 

Ballroom mewah itu disulap sedemikian rupa menjadi semakin cantik dengan banyak hiasan dan bunga-bunga segar. 

"Nanti aku ingin pernikahan kita jauh lebih mewah dari ini," bisik Rony, tepat di telinga Elana. Elana hanya membalasnya dengan senyuman singkat. 

Sejujurnya ia tidak menyukai pesta terlalu mewah, menurutnya pesta yang dihadirinya saat ini terlalu berlebihan, tapi Rony justru menginginkan pesta yang jauh lebih mewah dari ini. Membayangkannya saja sudah membuat Elana pusing dan mual. 

Mereka berjalan bergandengan menyusuri karpet merah bak artis Hollywood. Keluarga mempelai pengantin benar-benar menyajikan acara dengan begitu spektakuler dan luar biasa. 

Beberapa tamu langsung mengenali Elana dan Rony, bahkan mereka langsung menghampiri dan menyalami Elana bergantian. Nama Mahika yang tersemat di belakang namanya, membuat Elana begitu dikenali banyak orang. 

"Kapan kalian nyusul? Jangan terlalu lama pacaran, nanti keburu bosen." Pertanyaan seperti itu hampir ratusan kali didengar dari setiap orang yang ditemuinya. Hanya senyuman dan anggukan yang mampu Elea lakukan, selebihnya Rony yang akan menjawab dengan jawaban yang sama, "Secepatnya, doakan saja." 

"Aku lelah, kalau kamu masih mau berkeliling aku disini saja." Elea benar-benar merasa lelah, terlebih karena sepatu yang dikenakannya begitu menyiksa membuatnya semakin tersiksa. 

"Aku mau kesana sebentar, kamu tunggu disini saja." 

Elana mengangguk, sementara Rony meninggalkannya untuk bergabung dengan beberapa orang yang tidak Elana kenal. 

Kali ini Elana benar-benar mengutuk kebohongannya. Ketika ia tersandung, ia justru berbohong jika itu akibat sepatu yang dikenakannya, namun kali ini hal itu benar-benar terjadi padanya. Sepatu cantik yang dikenakannya benar-benar membuatnya sakit, bahkan membuatnya tergores hingga menimbulkan luka kecil nan perih. 

Elana melepas sepatu berwarna silver itu, membebaskan jemari kakinya dari siksaan. Entah mengapa banyak wanita justru menyukai sepatu menyiksa jenis itu, menurutnya sandal jepit lebih enak dipakai dan nyaman. Mengingat sandal jepit, seketika membuatnya ingat sosok Abi yang memberinya sandal jepit kemarin malam.

 "Kenapa dia memberiku sandal jepit, sementara dia memberikan ikat rambut cantik pada Ani?" Tanpa sadar Elana menggerutu kesal. 

"Tapi sandal lebih mahal dari ikat rambut,," lanjutnya, berbicara sendiri. 

Sementara ia memijat telapak kakinya, dari kejauhan ia melihat Rony dan Giselle tengah berbincang-bincang. Sesekali Rony merangkul pinggang Giselle yang terbuka, karena wanita itu mengenakan gaun dengan backless yang begitu menggoda. Punggung putih dengan warna gaun merah menyala, perpaduan yang sempurna. Siapapun yang melihatnya akan langsung memuji kecantikan dan kemolekan Giselle. 

Entah mengapa Elana melihat sesuatu yang ganjil diantar hubungan keduanya, mereka terlihat begitu akrab dan intim. Mereka saling berbisik, bahkan tatapan memuja dari keduanya sangat terlihat jelas. Wajar saja jika Elana merasa ada sesuatu diantara mereka berdua. 

Rony benar-benar tidak menyadari ketika Elana memperhatikannya, bahkan ia tidak sadar telah mengabaikan Elana hingga pesta pernikahan itu hampir selesai. Merasa dirinya seperti orang bodoh, Elana mengambil ponsel dari tas kecil dan segera menghubungi Abi.

"Jemput aku sekarang." 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status