Share

7. Bermain

Christop melangkahkan kakinya berjalan memasuki sebuah lorong tersembunyi di balik sebuah rak buku yang berukuran begitu besar. 

Tatapannya begitu mengintimidasi setiap orang yang akan melihatnya, kini menyorot begitu tajam. 

Senyum iblis tercetak di wajahnya dengan jelas–ketika pandangannya menangkap seorang pria yang umurnya dapat Christop tebak sekitar tiga puluh tahun. 

Darah segar sudah mengalir di pelipis pria itu, Christop terkekeh. Seorang suruhannya selain paman Hansel membawakan satu orang  berharga yang akan memberikannya informasi saat ini. 

"Gustov Dimitri Romanov," ujar Christop penuh penekanan. Ya, pria bernama Gustov itu adalah tangan kanan yang sangat dipercayai oleh Giovanno Benjamin, seorang mantan mafia yang telah membunuh kedua orang tuanya.

"Kau pasti tau rahasia yang dimiliki Giovanno, bukan?" tanya Christop berjongkok. Mensejajarkan tingginya pada Gustov yang terduduk di lantai dengan tangan diborgol.

Gustov menggeleng. "Aku tidak tau." 

Chrsitop terkekeh, begitu menyeramkan. "Sungguh? Bahkan kau tidak tau kenapa atasanmu itu membunuh kedua orang tuaku?" 

"Tuanku tidak pernah membunuh, aku yakin ada kesalahan di sini–" Gustov berusaha menjelaskan tapi dengan cepat Christop berdiri, menendangnya hingga mulut pria itu mengeluarkan darah segar.

"Mario bawa dia ke ruang bawah tanah dan kurung!" ujar Christop. "Jangan ada yang menyiksanya selain aku," lanjutnya sebelum melangkahkan pergi.

Christop melangkahkan kakinya memasuki kamar. Meletakkan pisau tajam berlapis emas dengan ukiran Christoper di bagian gagangnya pada sebuah kota mini berbentuk persegi panjang. Lalu menyimpannya pada lemari kaca, menempatkannya menjadi satu dengan semua senjata-senjatanya. 

Setelah itu, Christop memutuskan untuk membersihkan dirinya. 

°°°°°

"Mari Nona, saya antar pulang." Seorang pria paruh baya membuyarkan lamunan Cala.

Seketika mata Cala berbinar. "Kau akan mengantarkanku pulang?  Ke rumahku? Di Rusia?"

Pria paruh baya itu menggeleng, membuat seketika senyum Cala pudar. "Saya akan membawa anda ke mansion milik Tuan Christop."

Cala menggeleng keras. "Aku tidak mau kembali ke mansion pria brengsek itu!" 

Ketika Cala akan berlari, dua orang berbadan besar mencekal pergelangan tangannya kanan dan kiri. "Lepaskan, bodoh!" teriak Cala meronta, berusaha melepaskan.

Tanpa banyak bicara kedua pria itu langsung memasukkan tubuh Cala sedikit kasar masuk ke dalam mobil membuatnya berteriak kesal. "Kalian juga sama brengseknya!" 

Selama perjalanan Cala tak henti-hentinya menggerutu. Menyumpah serapahi pria brengsek yang dapat Cala yakini namanya adalah Christopher. "Lihat saja kau brengsek, kau akan menyesali perbuatanmu," gerutu Cala dengan wajah memerah menahan marah.

Sesampainya di mansion, Cala digiring beberapa maid yang akan mengantarkannya ke kamar. "Aku bisa sendiri, kalian tidak usah mengekoriku, bodoh!" ketus Cala melangkahkan kakinya menaikki tangga. 

Sebelum melanjutkan, Cala berbalik menatap salah satu maid di hadapannya. "Di mana tuan brengsekmu?" 

Maid itu menunduk, menggeleng. "Saya tidak tau No–"

"Kenapa kau mencariku eh?" suara pria yang dikenali Cala terdengar membuat gadis itu berbalik menatap depan.

"Aku ingin pulang," jawab Cala membuat Christop mengatupkan rahangnya dan menatap Cala tajam membuat gadis itu takut sedikit menciut melangkahkan kakinya mundur menuruni tangga. 

"Berhenti, atau kau akan jatuh!" desis Christop yang semakin menyeramkan di telinga Cala membuat gadis itu mengabaikan perkataan Christop.

Jika saja Christop tidak segera bertindak Cala sudah tergelincir dan jatuh ke bawah. Christop menahan pinggang Cala, dengan tangan kanannya memengang pegangan pegangan tangga sedangkan Cala–wajah gadis itu sudah menahan tangis, takut. Memegang bahu Christop kuat takut terjatuh.

"Bodoh," gumam Christop. Dan kedekatan yang menurut Cala sangat intim membuat jantungnya berpacu lebih cepat.

Christop menarik Cala lebih mendekat, lalu menggendong gadis itu ala bridal style membuat Cala terkejut dan mengakungkan tangannya pada leher Christop. 

Sesampainya di depan pintu kamar yang dipakai Cala, Christop menendang pintu itu membuatnya terbuka. Melangkahkan kakinya memasuki kamar tidak lupa menutup pintunya kembali menggunakan kakinya. 

Meletakkan tubuh Cala perlahan, dan mengunci mata hijau itu dengan tatapannya yang menghunus. Sedangkan Cala terpesona, menatap mata coklat indah milik pria di atasnya. 

"Kau melakukan satu kesalahan, dan harus mendapatkan hukuman," desis Christop lalu dengan cepat menyambar bibir merah ranum itu melumatnya kasar.

Cala yang tersadar memberontak, memukul dada Christop dan mendorongnya kuat. Tapi sia-sia, tenaganya tidak sebanding dengan pria di depannya. Christop yang kesal tetap melanjutkan lumatannya. Menarik kedua tangan Cala membawanya ke atas kepala gadis itu lalu mengikatnya dengan dasi miliknya yang entah kapan sudah dilepasnya. 

"Kau brengsek!" Cala berusaha melepaskan pungutan pria itu. Tapi Christop tidak tinggal diam.

Ketika Cala membuka mulutnya Christop langsung saja menerobos masuk. Tangan kanannya menelusup di balik dress milik Cala, bermain di sana. Sedangkan tangan kirinya akan bermain di area sensitif milik Cala, membuat gadis itu merapatkan kakinya. 

Christop menyudahi ciumannya, lalu mengurung tubuh Cala. "Kau tau, kau sungguh nikmat."

Cala yang merasa dilecehkan membalik wajahnya ke kanan, enggan menatap pria di depannya. Chrsitop yang marah, menyambar pipi Cala mencengkramnya, membawanya agar menatap ke arahnya. "Kau!" Dengan beringas, Christop menyobek dress yang dipakai Cala kuat membuat gadis itu menggeleng takut.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Cala dengan suara bergetar.

Christop tersenyum miring. "Bermain?"

°°°°°

"Segeralah bersiap," perintah Christop. "Seseorang yang akan membantumu bersiap akan datang lima belas menit lagi," lanjutnya sebelum pergi meninggalkan Cala yang merasakan mual.

Dengan cepat ia berlari ke kamar mandi. Memuntahkan semua bubur yang tadi dimakannya. 

Cala menutup pintu kamar mandi, dan segera membersihkan diri. Karena ia tidak mau jika harus berurusan dengan pria psikopat itu.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Cala membersihkan dirinya, setelah sepuluh menit ia sudah selesai dengan bathrobe yang melekat pada tubuh indahnya. 

Tiba-tiba saja pintu terbuka, beberapa orang wanita masuk ke kamar. "Kemarilah princess, karena aku harus membantumu untuk segera bersiap," ujar salah satu diantaranya. 

Cala berjalan ragu, lalu duduk di meja rias. "Kau tau, Christop tidak pernah membawa seorang wanita sebelumnya," bisik wanita berambut pirang yang sedang sibuk dengan rambutnya. 

Cala hanya menatap wanita itu, bingung ingin menjawab apa. 

Membutuhkan waktu beberapa jam untuk wanita yang tidak diketahui namanya oleh Cala itu menyelesaikan pekerjaannya. Rambut panjangnya dibiarkan digerai dengan dibagian ujungnya curly. Bahkan wajahnya yang tadinya polos tanpa make up sekarang sudah disulap begitu apik dengan kelihaian tangan wanita di depannya. Membuat Cala merasa ada yang berbeda dengan dirinya ketika bercermin.

Make up yang tidak terlalu tebal, dan Cala menyukainya. "Wah, kau begitu cantik princess," celetuk wanita di depannya begitu bahagia dengan hasil karyanya.

Cala tersipu malu. "Terima kasih."

"Sekarang, tinggal kau memakai gaunnya," ujar wanita itu. "Gloria, kemarikan gaunnya!" perintahnya pada seorang wanita berkaca mata.

"Lepaskan bathrobemu," titahnya. 

Dengan ragu Cala membuka bathrobenya. Menyisakan bra dan celana dalam berwarna senada. "Apa Christop begitu lihai di atas ranjang," celetuk wanita berambut blonde itu berdecak kagum melihat tubuh Cala dengan sebuah kiss mark di tubuhnya.

Wajah Cala bersemu, menahan malu. "Apa ini akan terlihat?" cicit Cala.

Wanita berambut blonde itu menggeleng. "Tidak. Karena aku akan menggerai rambutmu."

Cala menghela napasnya lega. "Sykurlah."

Pintu terbuka, di sana sosok Christop berdiri dengan tubuhnya yang bersandar pada pintu. Menatap Cala intens. "Apa semuanya sudah selesai?" tanyanya datar.

Wanita berambut blonde itu menatap Christop mengangguk tersenyum. "Semuanya sudah beres. Lihatlah, betapa cantiknya wanitamu ini." 

Christop tersenyum miring, lalu menghampiri Cala. Meraih tangan Cala menuntunnya keluar.

Mereka lalu duduk di bangku belakang, dan keduanya diam hanya ada keheningan tanpa berniat untuk membuka suara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status