Abraham tak bisa menahan lagi keinginannya, Ivy terlihat begitu menggiurkan di hadapannya.
Dengan pakaian yang sangat seksi menggoda, Abraham tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini lagi.Gerakan sensual Ivy yang nakal, mampu membuat Abraham, menjadi tak bisa mengendalikan dirinya.Baiklah, Abraham sudah tidak tahan lagi, dengan pelan tapi pasti Abraham naik ke atas ranjang.Ia memulai semuanya, saat Abraham ingin memasukkan miliknya, ke milik Ivy. tiba-tiba saja ranjangnya bergoyang, dan..."Aduh!" Abraham terjatuh ke lantai."Ah sial, ternyata cuma mimpi." gerutu Abraham sambil mengacak-acak rambutnya.Ada apa dengan dirinya, sampai bermimpi seperti itu bersama Ivy, shiiittt milik Abraham benar-benar tegang hanya karena mimpi sialan itu.Abraham pun segera membersihkan tubuhnya, dan menjernihkan pikiran ya. masih ingat dengan jelas, mimpinya bersama Ivy.Setelah selesai, Abraham dengan cepat mengenakan pakaian kantornya. sambil memasang dasinya, Abraham menghayalkan jika Ivy menjadi istrinya, dan memakaikan dasi untuknya seperti sekarang.Uh betapa bahagianya lah hidup Abraham, hasrat ingin memiliki Ivy seutuhnya, itu sudah dari dulu sejak Ivy masih bocah.Parah memang, tapi itulah cinta, tak mengenal batasan usia. namun salahkah bila Abraham memiliki rasa pada Ivy? hal itu yang selalu membayang-bayanginya, jika Ivy menolaknya.Karena itulah dia selalu bersikap dingin tak tersentuh, tapi hal itu malah membuat Ivy melarikan diri, mengasingkan diri ke rumah nenek kakeknya.Bukannya Abraham tidak tahu, selama ini dia memantau Ivy dan melindunginya diam-diam, lebih tepatnya menyewa orang suruhannya untuk memantau Ivy 5 tahun lalu.Dan sekarang Abraham tak ingin lagi kehilangan Ivy, untuk yang kedua kalinya, dia akan berusaha membuat Ivy nyaman. tidak bersikap dingin lagi, dia akan menjadikan Ivy miliknya, itu pasti!"Sudah siap pak Bram?" tanya pak Maman sang supir."Sudah pak, yuk jalan!" Pak Maman mengangguk patuh.Baru saja mobil Abraham keluar, ia melihat Ivy keluar dari rumahnya dan mobil pun berhenti."Mau kemana?" tanya Abraham."Mau kuliah," sahut mama Ivy."Yaudah yuk bareng om!" tawar Abraham, Ivy terlihat tak suka dengan itu."Sana sayang, di tawari om Bram." ucap mamanya tersenyum."Tapi ma, Ivy naik mobil saja, diantar pak Ujang.""Ayo!!" ajak Abraham sekali lagi.Mama Ivy mendorong pelan dirinya, hingga mau tidak mau Ivy masuk ke mobil Abraham, sekaligus menerima tawarannya."Nah gitu dong," goda Abraham, Ivy hanya tersenyum terpaksa menanggapinya."Ciyeeee, yang mulai kuliah di negaranya lagi." lagi Abraham menggoda."Apaan sih?" jawab Ivy kesal."Eh tapi bukannya Ivy tinggal semester akhir lagi?" Ivy mengangguk."Iya om, Ivy nerusin disini!""Kenapa tidak meneruskan disana?""Iya karena kangen mama dan papa.""Oh gitu, kangen om juga gak?" Abraham terus menggoda Ivy."Ya kang... eh enggak lah." Abraham tertawa mendengarnya."Ciyeee kangen nih," Ivy membuang wajahnya ke arah lain."Dih, dia malu." Abraham masih terus tertawa, dan menggoda Ivy.Ternyata menggoda Ivy itu seru, Abraham jadi banyak tertawa, setidaknya jika mereka bersama, maka Abraham bisa awet muda terus, ckckck.Mobil sampai, "makasih ya om, untuk tumpangannya." Abraham mengangguk, namun sebelum itu...Cup.Abraham mencium Ivy, Ivy syok akan hal itu, mata mereka saling memandang."Kenapa? mau lagi?" pancing Abraham, mengedipkan sebelah matanya."iihhh apaan sih! genit banget."Oh... gitu ya?" pak Maman yang mengerti pun keluar dari mobil.Abraham memegang pinggang Ivy, dan memulai aksinya yang dari tadi tak tahan, melihat bibir mungil Ivy yang merah alami.Ivy yang awalnya hanya diam dan menahan dada Bram dengan tangannya, kini mulai hanyut dalam ciuman Abraham.Mereka saling bertukar saliva, mencecap semua rasa yang ada di mulut masing-masing, saling berbelit lidah.Abraham melepaskan Ivy yang kehabisan nafas, wajah Ivy merah padam dengan nafas yang ngos-ngosan."Ini gila!" ucap Ivy masih ngos-ngosan, Abraham tersenyum geli melihatnya."Gila tapi asyik kan?" ejek Abraham."Dasar om mesum!" Ivy memukul lengan berotot Abraham.Ivy keluar dari mobilnya dengan kesal, Ivy pikir beneran tumpangan gratis, tapi nyatanya malah imbalan sebuah ciuman, sial!!Tapi meskipun begitu Ivy tersenyum-senyum senang, ia menyentuh bibirnya yang tadi berciuman dengan Abraham.Ivy tidak menyangka, bahwa dia dan Abraham bisa berciuman panas, seperti itu di pagi hari.Abraham juga tak menyangka, dirinya bisa sebuas itu mencium Ivy, ia mendesis merasakan sesuatu yang tegang dan ngilu, hanya karena ciuman."Shiiittt, ivy!!!!" teriak Abraham dalam hati.Ivy menatap horor seseorang yang ada di depannya, ia tidak menyangka kalau sampai sejauh ini."Bram, ayo di nikmati makan malamnya!" Abraham tersenyum mengangguk.Abraham mengedipkan sebelah matanya pada Ivy, Ivy memasang wajah mual melihat Bram, bukannya marah tapi Abraham malah tertawa geli.Ivy melotot ke arah Abraham, namun yang terjadi Abraham memajukan bibirnya, seperti sebuah ciuman, hahaha.Ivy kesal dengan kedua orang tuanya, yang mengundang Abraham untuk makan malam. Abraham juga bukannya menolak, malah kesenangan, astaga! Ivy benar-benar kesal sekali."Ma pa, Ivy permisi masuk ke kamar." Ivy bangkit dan berjalan naik ke tangga."Maaf ya Abraham, sepertinya Ivy lagi badmood.""Iya, tidak apa-apa." jawab Abraham santai, namun matanya menatap ke arah atas.Ivy tiduran tengkurap di ranjangnya, sambil mendengarkan lagu. ia tidak sadar saat seseorang masuk ke kamarnya, seseorang itu menatap Ivy intens sambil bersedekap dada.
Ivy kembali pada hobi lamanya, yaitu mengintip, dan sasarannya pun sama, siapa lagi kalau bukan Abraham? ckckck.Dengan teropongnya Ivy bisa leluasa melihat Abraham di kamarnya, terlihat sekali jika Abraham sedang duduk bersandar di ranjang, sebuah buku di tangannya dan kacamata yang dipakainya."Ckck, membosankan sekali." keluh Ivy menyudahi acara mengintipnya, dan melemparkan teropongnya ke ranjang.Drrrrtt... drrrttt...Suara ponsel Ivy yang bergetar, dengan malas Ivy mengambilnya, satu pesan dari seseorang, dan seseorang itu adalah Abraham.Abraham : sudah selesai mengintip om sayang :)Ivy menutup mulutnya tak percaya, bagaimana mungkin Abraham bisa tahu? "apakah dia seorang cenayang?!" gumam Ivy.Ivy melirik ke kanan dan ke kiri, ia mencari sesuatu hal yang aneh di kamarnya."Apakah dia memasang CCTV di kamar ku?" Ivy pun mulai mencari benda tersebut."Tidak ada apa pun yang mencurigakan," keluh Ivy kesal.notifikasi pes
"Kenapa cara berjalan kamu begitu sayang?" tanya Rima, mama Ivy."Uhm... tadi Ivy jatuh ma." jawab Ivy berbohong."Ya ampun sayang! lain kali hati-hati." Ivy mengangguk patuh.Ivy mendengus sebal karena Abraham lah dirinya tidak jadi pergi bersama teman-temannya, seluruh tubuhnya terasa sakit sekali.Mana udah kayak nenek-nenek lagi jalannya Ivy, huffftttt ampun dah!Sementara di lain tempat, seorang pria terkikik geli karena berhasil membuat wanitanya kesal, namun ia juga merasa iba melihat gadisnya terluka.Bukannya apa-apa! Abraham hanya tidak ingin jika Ivy pergi dan berdekatan dengan pria lain.Ada rasa puas yang terukir di wajah tampannya saat tersenyum, "Ivy hanya milikku!" gumamnya yang menyebut Ivy miliknya.*****Ivy mendengarkan penjelasan dosen killer di depan sampai selesai, semua mahasiswa dan mahasiswi berhamburan keluar. Eka dan yang lain
Mobil Bram berhenti di suatu tempat yang membuat Ivy tercengang, Bram berkunjung ke panti asuhan dimana dia menjadi donatur tetap disana. dan kali ini Abraham mengajak Ivy, karena sebelumnya, beberapa minggu yang lalu Abraham sudah berjanji pada ibu pengurus panti, dan juga anak-anak akan memperkenalkan Ivy pada mereka."Ini kan panti asuhan?" tanya Ivy heran karena Bram membawanya kesini.Bram hanya mengangguk menjawab pertanyaan Ivy, jujur dia sangat senang bisa membawa gadisnya kemari."Tapi kenapa om membawa ku kemari?" lagi Ivy bertanya."Ayo masuk!" Abraham tersenyum dan mengajak Ivy masuk, tanpa perlu repot-repot menjawab pertanyaan gadis itu.Abraham menggenggam erat tangan Ivy, hingga mereka masuk ke dalam panti asuhan yang di sambut hangat, dan gembira oleh anak-anak dan para ibu pengurus panti.Semuanya sangat ramah pada Ivy, begitu pun Ivy yang sangat senang datang ke panti."Syukurlah dia senang, aku pikir dia bosan jika aku ajak
Abraham kembali meresapi bibir mungil merah milik Ivy, ia begitu kecanduan dengan bibir Ivy yang selalu menggodanya.Awalnya hanya berupa ciuman lembut, namun lama-kelamaan menjadi ciuman yang liar dan panas. Ivy terlena dengan apa yang di lakukan Abraham padanya, bahkan ia membalas ciumannya tak kalah panasnya.Abraham menggeram di sela-sela ciumannya, ia tidak bisa berhenti dengan rasa nikmat ini."Sial! ini nikmat." Umpat Abraham dalam hatinya."Eunggghhh." lenguhan Ivy.Abraham melepaskan ciumannya hanya untuk sesaat, agar bisa menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. setelah itu ia kembali mengecup, menjilat, melumat, membelit lidah bahkan bertukar saliva.Entah setan apa yang merasuki pikiran Abraham hingga dengan beraninya, tangan nakalnya mulai bergerilya di tubuh Ivy. Di remasnya payudara Ivy dari balik luar bajunya, Abraham bisa merasakan betapa montoknya dada Ivy, ia melepaskan kembali tautan bibir mereka
Abraham dan Ivy kembali pulang, sesampainya di rumah masing-masing, Ivy langsung masuk ke dalam kamar dengan suasana hati yang ceria.Ia baringan di tempat tidur dengan senyum mengembang, yang tak pernah luntur dari wajahnya cantiknya. Ivy menatap lagi jarinya yang dihiasi cincin pemberian Abraham, lebih tepatnya lamaran Abraham.Di kecupnya cincin itu dan di usap-usapnya dengan sayang, dia benar-benar bahagia sekali. sampai rasanya tak ingin melupakan hal tadi bersama Abraham."Aku mencintaimu om Bram," ucapnya sambil menatap cincin itu.Hal yang sama pun terjadi pada Abraham, pria tampan itu selalu tersenyum lebar. kala mengingat momen kebersamaannya dengan Ivy.Ingin segera rasanya Abraham memiliki Ivy seutuhnya, dan berstatus sebagai istrinya. ah rasanya Abraham sudah tak sabar.******Hari-hari mereka lewati seperti biasanya, namun ada perbedaan. perbedaannya adalah semakin hari Ivy dan Abraham tambah mesra.Mencari kesempatan unt
"Sumpah Ivy gak tahu, kalau om udah suka sama Ivy dari kecil." ungkap Ivy masih terkejut dengan pengakuan Abraham."Emang gak kelihatan ya om suka kamu dari kecil?" tanya Abraham menggoda Ivy.Ivy menggeleng. "gimana mau kelihatan? kalau om aja bersikap dingin sama Ivy, dulu."Abraham tertawa. "ya tapi itukan dulu." Ivy mengangguk setuju."Berarti om...?" kata-kata Ivy menggantung."Apa?!" tanya Abraham penasaran."Om pedofil!" ucap Ivy kemudian ia tertawa.Abraham menepuk jidatnya, ia juga baru sadar jika selama ini ia seorang pedofil."Om baru sadar, kalau om seorang pedofil." ujarnya jujur dan geli.Mereka tertawa bersama, memang terdengar memalukan. tapi rasa lucu lebih mendominasi."Apa yang om suka dari Ivy?" Ivy bertanya lagi setelah tawanya reda."Semuanya," jawab Abraham.
Hari ini adalah hari dimana Abraham dan Ivy resmi bertunangan, hari yang sangat membahagiakan untuk semuanya."Ah aku sudah tidak sabar sayang, menunggu sebulan lagi." bisik Abraham di telinga Ivy.Seketika bulu kuduk Ivy meremang, menahan desiran aneh setiap kali Abraham menggodanya. ini sangatlah normal dan wajar."Eummh om," desah Ivy gelisah di tempat duduknya."Apa sayang?" tanya Abraham gemas melihat Ivy.Acara pertunangan mereka sudah selesai, sekarang Ivy dan Bram sedang berada di rumah milik Abraham.Abraham menarik Ivy untuk duduk di pangkuannya, duduk menghadap ke arahnya. kedua tangan Ivy bergelayut manja di leher Abraham, Abraham sengaja membuat Ivy dengan duduk mengangkang.Ivy merasakan benda tumpul yang keras dan tegang, menusuk bokongnya. Ivy menatap sayu Abraham yang matanya memancarkan kabut gairah."Iiiihhh, om mesum!" Ivy memukul dada Abraham pelan.Abraham malah terkikik geli dengan reaksi Ivy, ia membiarkan kekasih