Keadaan Markas Utama terlihat sangat sibuk dari biasanya. Semua pasukan di kerahkan sesuai dengan posisi dan tugasnya masing-masing. Saat ini Klan Hargov telah menguasai dua buah kapal peti kemas milik Klan Collins Brothers, yang rencananya berlayar menuju ke arah Dermaga yang terdapat di Markas Utama tetapi di tengah perjalanan di hadang oleh beberapa perompak suruhan Klan Hargov yang mengepung di sekeliling kapal yang sedang berlayar di tengah lautan. Untungnya semua kapal peti kemas dalam keadaan kosong, karena memang akan berlayar menuju dermaga untuk mengambil barang yang akan dikirim ke Rusia, Jerman dan Afrika. Sedangkan informasi yang di dapat Klan Hargov ternyata salah, mereka mendapat informasi jika kapal peti kemas milik Klan Collins Brothers itu digunakan untuk mengirim persenjataan dan peralatan tempur dari Rusia menuju Markas Utama milik Klan Collins Brothers.Ada sekitar 50 orang Anak Buah Kapal atau yang biasa di sebut ABK masih di sandera oleh perompak suruhan Klan
“Ah, Sial!” pekik salah satu perompak yang sedang kesal ketika tiba-tiba beberapa lampu penerangan di kapal mati satu per satu. Bahkan di tepat mereka bercengkerapan sudah semakin gelap dengan kondisi langit yang sudah beranjak petang.“Aku baru menyadari jika kapal milik Klan Collins Brothers ini adalah kapal bobrok, tak ada jalur penerangan cadangan, tak ada sumber daya untuk keadaan emergency, sekarang gara-gara mesin utama mati lampu emergency cadangan juga kehilangan daya dan harus mati satu per satu pula, mana keadaan sudah hampir gelap. Mana katanya Kapal Tunda akan datang? Sejak tadi aku tak melihat kedatangannya, mau sampai kapan kita akan terombang ambing di lautan seperti ini?” cecar kesal salah satu perompak sambil membuang puntung rokok yang sudah memendek, “tau gitu tak akan mau aku menerima misi yang sangat merepotkan ini. Sungguh sangat menyebalkan sekali, membuatku semakin emosi saja.”“Tadi kudengar sekitar tiga jam-an mereka sampai, kita tunggu saja. Tapi sebetulnya
Terdengar dari earpiece yang di kenakan Sammuel suara dari Kiev yang memberitahukan bahwa para ABK yang tadi di tawan oleh pera perompak sudah sampai di Dermaga dan akan segera di bawa ke Markas Utama bagi yang tak terluka, sedangkan bagi yang terluka akan mendapatkan perawatanedis di Rumah Sakit milik Klan Collins Brothers.Sammuel saling pandang memberi kode kebeberapa Anggota Tim yang di pimpin oleh Brian untuk melancarkan aksinya, setelah mendapat kode dari Sammuel beberapa perompak serentak mengeluh karena ada yang tiba-tiba menancap di beberapa bagian tubuhnya.“Apa ini!” pekik salah satu perompak sambil mencabut sebuah jarum kecil yang tiba-tiba menempel di lehernya, “Hah! Ini... Kita di serang,” pekiknya kembali yang langsung mengambil senjatanya dan mengarahkan ke beberapa arah, mencoba memindai di segala arah dan sudut.Namun, setelah beberapa menit mencari tak ada tanda-tanda adanya orang yang sedang menyerang, justru badan mereka terasa lemas dengan pandangan semakin kabur
Rumah Sakit dibawah naungan EDSAM Corp., sudah begitu heboh dengan kedatangan Edward yang tengah membawa seorang gadis yang dulunya juga pernah dikabarkan tengah dekat dengan Pemilik Utama dan Pimpinan dari perusahaan terbesar yang merajai hampir seluruh pangsa pasar di berbagai negara kala Gadis itu sedang dalam kondisi koma ketika di bawa ke Rumah Sakit untuk pertama kalinya.Axelo dan Dorothea tiba di Rumah Sakit setelah beberapa puluh menit Risha ditangani beberapa dokter di Ruang Khusus, sedangkan Edward tengah duduk di kursi tunggu dengan memejamkan mata sambil memijit pangkal hidungnya.“Why?” tanya Axelo yang duduk di samping Edward yang diikuti oleh Dorothea yang ikut duduk di samping Edward dan mereka berdua duduk mengapit Edward.“Dia menemuiku di ruang kerja, menyelimutiku yang sedang terlelap. Aku sangat merindukannya, aku sudah merasakan ada yang tak beres kala memeluknya, badannya terasa begitu kurus dari pertama aku aku bisa memeluknya, badannya terasa lebih hangat dar
Sammuel yang masih memakai kaos hitam dengan celana taktis hitam yang merupakan bagian dari seragam pasukan khusus BlackVanta berlarian di lorong dengan di temani oleh Dimitri dan Demian. Sesampainya di ruang Perawatan ICU, Sammuel segera berjalan dengan sedikit berlari ketika melihat Edward yang sedang dintemani oleh Axelo dan Dorothea. “Apa yang terjadi?” pekik Sammuel yang datang dengan wajah khawatir yang teramat sangat terlihat. Axelo memberikan beberapa berkas laporan yang ia dapat dari Dokter yang merawat Risha, Demian segera merapat di samping Sammuel guna melihat isi berkas yang sudah dibaca oleh Sammuel. Kedua pasang mata dari Sammuel dan Demian membeliak kala melihat deretan angka dan beberapa tanda vital yang tertulis di berkas rekam medis milik Risha yang Axelo berikan. “Cepat kirim ke tempat perawatan di Rumah Sakit di Markas Utama, peralatan di sana lebih canggih dan lebih memadai dari pada di sini,” pekik Sammuel yang memberikan berkas yang ia pegang ke arah Demian
Edward mendatangi Sammuel yang sedang memeriksa tanda vital Risha yang saat ini sedang terbaring lemah di ruang rawat intensif yang berada di Rumah Sakit di Markas Utama. “Apa ada perkembangan? Bagaimana keadaannya?” lirih Edward yang duduk di tepi brankar Risha. Sammuel menoleh sekilas kearah Edward yang tengah memegang tangan kekasihnya dan memberikan beberapa kecupan lembut di punggung tangan Risha. “Masa kritisnya sudah lewat, tadi dia juga sudah siuman sebentar, sekarang dia sedang tertidur akibat efek obat yang Demian berikan. Dia sempat mencarimu tadi,” jawab Sammuel yang tengah mencatat tanda-tanda vital dari Risha yang terdapat pada Vital Sign Monitor. “Aku senang kau mau memakai sneli putih itu lagi, itu lebih cocok untukmu, Samm,” lirih Edward sambil yang menoleh ke arah Sammuel dan memperhatikan adiknya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Terlihat sangat begitu gagak dan rupawan dengan sneli putih yang melekat di tubuhnya. “Terlambat! Kau adalah orang yang kesekian bi
Dorothea melewati Axelo yang sedang sibuk mengutak-atik benda pipih di tangannya, jangankan menyapa menolehpun tidak, yang membuat Axelo menjadi begitu kesal karena diacuhkan oleh istrinya.Di tariknya tangan Dorothea kemudian membawa Dorothea menuju mobilnya dan membawa Dorothea pergi meninggalkan Markas Utama.“Katanya wanita ini gila, kenapa masih diajak pergi?” sindir Dorothea sambil melipat tangan di dada tanpa sedikitpun menoleh kerah Axelo yang masih terlihat kesal.“Pasang sabuk pengamanmu!” pekik sinis Axelo yang terlihat masih sangat kesal, sedangkan Dorothea hanya diam saja menanggapi ucapan suaminya yang membuat Axelo melepas sabuk pengamannya dan bergerak mendekati Dorothea, “jangan pernah menguji kesabaranku, Sayang!” lirih berat Axelo yan memasangkan sabuk pengaman kerah Dorothea sambil mencuri ciuman dari Dorothea dengan sedikit kasar dan memaksa. “Tunggu sampai di rumah!” lirih Axelo sambil tersenyum tipis penuh makna.Dorothea hanya bisa menghembuskan napas panjang s
“Apa kita masih mau menunggu di sini?” lirih Demian dengan hati-hati sambil melirik kearah Sammuel yang berdiri bersandar tembok sambil memejamkan matanya. Demian tahu sekali jika pria yang saat ini berada di sampingnya ini sudah teramat lelah, hampir seminggu ini Demian tak pernah melihat Sammuel beristirahat sama sekali, bahkan untuk merebahkan diri untuk meluruskan kaki saja tak bisa. Karena pekerjaan di Markas Pusat sungguh teramat menyita waktu Sammuel, di tambah sekarang hanya Sammuellah yang menangani kondisi Tunangan Edward seorang diri. Walaupun Demian masih membantu tapi segala perkembangan serta penanganan medis dan obatpun masih dalam kendali Sammuel penuh. Demian ingin sekali berucap tetapi masih terasa sungkan dengan Sammuel yang sepertinya tengah mencuri waktu beristirahat sejenak, terlebih mungkin dalam otak Sammuel banyak sekali hal-hal yang mengganjal pikirannya, seperti kejadian yang baru saja Demian alami yakni terbongkarnya Rahasia yang hampir empat tahun ini De