Anggi menelepon dan mengabarkan hal yang membuat Saga dan Lian prihatin. Fadil terkena usus buntu dan harus tindakam operasi kecil malam ini juga. Kemungkinan, Miko akan menginap di rumah ini sampai besok, sampai Anggi sudah menyelesaikan urusannya di rumah sakit dan Fadil bisa lebih baik kesehatannya.Lian dan Saga mengerti dan tentu tidak keberatan —di depan Anggi— untuk mengurus Miko sementara. Walau nyatanya, mengurus Miko sama lelahnya dengan membersihkan rumah dari ujung depan hingga belakang. Mereka tahu keadaan tidak memungkinkan dan mereka jelas tidak tega dengan Anggi yang sudah kerepotan di sana. Maka, dengan lapang hati, Saga dan Lian mendedikasikan diri sebagai baby sitter Miko seharian ini, dengan tulus ikhlas dan tanpa mengharap imbalan.Berbeda dari tadi pagi hingga siang yang dihiasi adu mulut dan perdebatan, kini Saga dan Lian sudah mulai bisa berkomunikasi untuk bekerja sama mengurus bocah gembul ini. Dan sesuai perkataan Anggi, jika Miko tidak dijemput sampai pukul
Bibir mereka beradu seirama, lidah yang saling membelit, mengisap dan mengabsen satu persatu detail mulut masing-masing. Semakin dalam dan melibatkan gairah. Suara cecapan itu memang keras, tapi mereka yakin tidak akan sampai membangunkan Miko di sebelah mereka. Tangan Saga sudah menyusup ke dalam piyama Lian, tapi ia merasa tidak leluasa dan tidak adil ketika kaosnya saja sudah dilepaskan. Maka, Saga menghentikan ciuman mereka dan memundurkan badan untuk membuka kancing piyama Lian. Seperti biasanya, Lian tidak pernah memakai bra saat akan tidur, jadi Saga tidak perlu repot-repot membuka kaitannya. Saga menciumi aatu gundukan itu, mengulumnya dan menggigit sesekali. Tangan satunya aktif menangkup payudara Lian yang lain, memainkan dan memelintir atasnya dengan gerakan fluktuatif. Ketika Saga melakukannya terlalu keras, Lian akan melengkungkan dadanya ke atas dan kaki-kakinya bergerak tidak karuan.Lian mendesah tertahan, menggigit bibirnya sendiri keras-keras. Ia menarik kepala Saga
04.00Pagi terlalu pagi dan Miko sudah berhasil membangunkan dua orang dewasa di samping kanan dan kirinya. Ia sudah seperti gangsing dan berceloteh keras-keras. Lian dan Saga terpaksa membuka matanya. "Miko, kamu sudah bangun?" Lian menegakkan tubuhnya dan bersandar di kepala ranjang. Ia menarik Miko mendekat dan menciumnya dengan gemas. Tangan Lian meneluk tubuh mungil itu tanpa perlawanan.Tangan Saga juga terulur untuk menyentuh kaki Miko dan mengusapnya lembut."Mimimi ... Mimimi ... " ocehnya.Sejak Miko di sini, Lian sudah mulai paham sedikit demi sedikit apa yang Miko mau. Ia pun melirik ke arah Saga dan mengodenya untuk membuatkan susu.Dengan wajah pura-pura sedih, Saga bangkit dari tidurnya dan melesat ke dapur. "Mimimi ... ""Sebentar ya, susunya baru dibuatkan uncle.""Cucucu ... Cucucu ... " Miko mulai memperlihatkan wajah kesalnya karena meminta susu.Lian pun bangkit dan menggendong Miko keluar kamar. Ia mencarikan mainan Miko sambil menunggu susunya selesai dibuat.
Selesai sudah tugas Saga dan Lian menjadi babysitter Miko.Lian meregangkan otot-ototnya di dalam mobil setelah dari pagi buta sampai siang mengurus Miko dengan segala tingkah ajaibnya. Ya, memang ia tidak sendirian. Tentu Saga menjadi uncle yang juga siaga mengurus Miko. "Kerjasama yang baik sayang," ucap Saga sambil menepuk puncak kepala Lian dengan bangga."Lain kali kalau Anggi menitipkan Miko, harusnya kita tidak perlu keberatan lagi kan Mas? Kasihan juga jadi Anggi. Fadil kalau sakit manjanya minta ampun, mana adik dan orangtua Fadil sibuk terus dan terkesan tidak peduli. Lihat kan Mas, wajah Anggi terlihat menua sekarang?""Jadi solusinya dia harus punya babysitter atau perawatan wajah?" Lian memutar kedua bola matanya. "Aku serius Mas. Kenapa kamu selalu merespon dengan bercanda terus?"Saga tertawa. "Iya iya maaf sayang. Tapi menurut pandanganku, Anggi tahu apa yang dia mau dan lakukan. Apa yang kita lihat di luar belu
"Akan aku beri tutorial cara memblokir nomornya."Saga yakin Lian sudah tahu bagaimana cara memblokir nomor di aplikasi chat ini. Namun, Saga gemas saja ketika Lian menganggap ini hanya pesan iseng semata dan ia tidak langsung bilang saat Saga bertanya. Jelas ini bukan iseng, tapi niat. Mantan kurang ajar Lian itu benar-benar tidak punya muka atau bagaimana? Mau meminta maaf dan bertemu dengan mereka? Saga tersulut emosi, tapi ia tahan-tahan.Saga mendekatkan ponselnya ke depan Lian dan menekan nomor itu lalu memblokirnya secara terang-terangan. Lian bergeming dan melihat suaminya mengendalikan ponselnya.Sampai mereka selesai makan dan perjalanan menuju kantor Lian, Saga terlihat jadi pendiam. Padahal bukan maksud Lian mau menyimpan pesan itu atau menuruti apa yang ada di pesan itu. Mungkin tidak akan pernah lagi ia mau bertemu dengan Fahri. Akan tetapi, disituasi tadi, ia mau menjaga perasaan Saga dengan tidak langsung bilang jika itu pesan dari Fahri. Lian hanya tidak mau mencari ma
Suasana rumah Ine dan Rio sangat ramai. Ada keluarga besar, kerabat dekat dan sahabat Ine dan Rio. Siang ini mereka mengadakan syukuran untuk kelahiran putra kecil mereka. Semalam, setelah pulang kerja dan mampir ke apartemen Hana untuk menitip barang, Lian dan Saga menyempatkan diri untuk mencari kado untuk Ine dan anaknya.Sayangnya, siang ini Lian hanya datang sendiri tanpa Saga. Suaminya itu harus berangkat kerja dan pasti pekerjaannya menumpuk di kantor karena kemarin ijin tidak masuk demi mengantarkan Miko dan dirinya ke tempat Cika.Lian memberikan kadonya untuk Ine dan memeluknya, mengucapkan selamat meski sudah pernah di rumah sakit waktu itu."Saga kerja ya?" Dengan ekspresi sok sedih, Lian menganggukkan kepalanya. "Sofi juga datang sendirian itu. Andri pasti juga sama sibuknya dengan Saga, mengingat mereka kan satu kantor.""Ya, pasti. Eh iya, mana adik bayi?" tanya Lian yang celingukan mencari keberadaan si bayi itu."Itu, sedang digendong omanya," jawab Ine sambil menunj
Sudah sejak pagi, Lian duduk di depan kaca dengan lampu-lampu Led menyilaukan mata dan make up artist serta hairdo yang sedang sibuk menangani dirinya. Keramaian orang-orang memenuhi segala ruangan, tidak terkecuali ruangannya. Hana sejak tadi juga mondar-mandir kesana-kemari, mengkoordinir dan mengurus ini dan itu. Pokoknya sangat hectic dan super sibuk. Tak jarang teriakan yang memekakkan telinga membuat Lian menghela napas juga. Kadang kesabaran orang di sini sangat setipis tisu, itupun di bagi dua. Kalau tidak punya kesabaran tinggi, mungkin bisa terkena gejala struk tiba-tiba.Orang-orang membicarakan ini dan itu, mulai dari hal remeh-temeh, edukasi sampai hal paling gelap sekalipun. Positifnya, orang-orang yang bekerja sama dengannya, terutama di ruangan ini, adalah orang yang seru. Mereka suka bercanda dan mudah membuat Lian tertawa. Pokoknya ia tidak akan cepat tua. Namun khusus hari ini, sepertinya orang-orang sedang serius dan mengurangi bercanda.Ya bagaimana? Ini acara be
Tiba-tiba ia sudah berada di backstage, di ruangannya. Rasa sakit di kakinya semakin menjadi dan ia hanya bisa menunduk dalam, mengerang untuk menahan rasa sakit itu saat dia dibaringkan di sofa. Keringat dingin bercucuran di keningnya.Seseorang melepaskan heels tingginya dan menyingkirkan tangan Lian dari pergelangan kaki itu. Hana berceloteh khawatir, begitupun Boni, dan yang lainnya. Itu suara-suara yang masuk ke telinganya, tapi Lian jelas tidak fokus oleh itu.Lalu, saat ia mendongak dan membuka matanya, rupanya yang sejak tadi menggendongnya, melepaskan heelsnya adalah Saga. Memang bau parfum dan rasa gendongannya tidak asing. Wajah lelaki itu memerah dan tatapannya khawatir bukan kepalang menatap Lian.Setelahnya, Saga mundur sejenak dan mempersilakan seorang tenaga medis perempuan untuk menangani Lian. Saga meremas pundak Lian, memberikan ketenangan. Namun, bukannya Lian tenang, ia justru semakin gelisah. Lupakan dulu soal penyebab ia bisa tidak fokus dan terjatuh. Yang ia p