Share

Bab 5

Gerald bergegas meninggalkan ruang restoran.

Naomi dan ketua asrama Gerald, Harper, berusaha mengejarnya.

“Gerald! apa yang kau lakukan? Aku tidak bilang kalau aku tidak suka kado darimu!” suara Naomi terdengar cemas. “Gerald, jangan pergi. Tinggallah dulu dan ikutlah makan bersama kami. Akan sangat membosankan kalau kamu nggak ada!” Harper menambahkan.

Gerald membalas dengan senyum, “Kalian lanjutkan saja pestanya tanpa aku. Ada pekerjaan yang benar-benar harus aku selesaikan. Tapi satu hal yang aku harapkan dari kalian, kumohon percayalah, aku tidak mungkin membelikan barang palsu untuk Naomi.” Gerald tidak tahu apakah dua temannya itu mempercayainya. Dalam hati ia menyalahkan kakaknya yang memberinya kartu belanja dengan jumlah minimal transaksi yang terlalu besar, lima puluh ribu dolar. Meski Naomi dan Harper terus membujuknya untuk tinggal, Gerald tetap bersikeras memilih pergi.

“Apakah si Gembel itu sudah pergi?” sambut Danny setelah Naomi dan Harper kembali memasuki ruang restoran. “Danny, tidak bisakah kau berhenti merendahkan Gerald? Kamu ini kenapa, sih? Bukankah dia sudah cukup menderita?” Harper sudah habis kesabaran.

“Hahaha! Dia yang membuat dirinya sendiri malu! Kenapa dia harus membeli tas Hermes palsu untuk Naomi? Apalagi yang dipilihya adalah tas eksklusif edisi terbatas. Benar-benar memalukan!” ujar Danny puas. Alice hanya tersenyum kecut dan menggelengkan kepala mendengarnya.

***

Di luar restoran, Gerald menyusuri jalan dengan tanpa emosi. Ketika masih miskin, dia ingin menjadi kaya. Sekarang saat harta sudah ada dalam genggamannya, sedikitpun tidak ada perasaan spesial dan bahagia. Terlebih lagi, meski sudah membelikan temannya tas mewah seharga lima puluh lima ribu dolar, dia masih saja direndahkan dan dihina.

Gerald sedang berpikir ke mana sebaiknya dia pergi ketika kemudian ponselnya berdering. Ada panggilan dari Jessica, kakaknya.

“Hai, Kak!”

“Hai, Gerald, kamu sedang apa?”

“Tidka ada, kenapa?”

“Baguslah kalau begitu, aku sedang butuh bantuanmu.”

Gerald mengernyitkan dahi penasaran

“Kau tahu Mayberry Commercial Street? Aku berinvestasi di sana dan mengembangkannya ketika mengunjungimu empat tahun lalu. Karena itu aku harus menandatangani pembaruan kontrak kerjasama dengan para investor yang lain, tapi sayangnya aku sedang tidak bisa ke sana saat ini.” Jessica melanjutkan, “Waktu itu aku juga memasukkan namamu di daftar pengembang proyek. Itu artinya Mayberry Commercial Street menjadi milik kita berdua. Jadi tidak akan ada bedanya meskipun kau yang tanda tangan. Tolong pergilah ke sana dan wakili aku.”

Tidak ada jawaban apapun dari Gerald.

“Halo? Gerald! Kau mendengarku?”

Tentu saja Gerald mendengar semua perkataan Jessica. Dia hanya benar-benar bingung.

Mayberry Commercial Street? Itu adalah salah satu tempat penting di kota Mayberry. Banyak toko-toko dan pusat bisnis di sana. Ada juga tempat bernama Wayfair Mountain Entertainment, yang letaknya di atas bukit di sepanjang komplek itu. Sebuah tempat yang biasa dikunjungi orang-orang kaya dan terpandang di kota Mayberry.

Gerald mencoba mencerna kembali penjelasan Jessica tadi. Jadi, maksud kakaknya adalah, mereka pemilik Mayberry Commercial Street?

“Kak, ini kau tidak sedang bercanda? Kita pemilik Commercial Street?” Gerald masih mencoba mencari penjelasan.

“Sialan! Aku sudah menjelaskan padamu panjang lebar dan kau kira aku hanya bercanda? Kenapa juga aku harus bercanda soal ini? Aku tidak bisa mengurus semua bisnis sendiri, Gerald. Karena itulah aku juga memasukkan namamu. Sekarang kau pemilik separuh dari jalan itu. Aku sudah bilang pada Zack, pemilik Wayfair Mountain Entertainment. Ketika sampai di sana nanti, kau cukup sebutkan namamu dan katakan kau adalah pemilik kedua.”

“Aku…”

“Oke, sudah, ya! Aku harus segera menghadiri acara lain. Kututup dulu telponnya. Bye!”

Tuut…tuut… tuut…

Gerald masih mematung memegang ponselnya tanpa bisa berkata apa-apa. Dia tidak pernah ke Wayfair Mountain Entertainment sebelumnya dan tidak tahu akan ada apa di sana. Gerald menarik napas panjang sebelum kemudian menyetop taksi dan menuju ke Wayfair Mountain Entertainment.

Tak berselang lama, dia sampai di tempat yang dimaksud kakaknya. Wayfair Mountain Entertainment menggabungkan restoran, tempat hiburan dan hotel dalam satu gedung. Sebuah villa yang sangar besar di sisi bukit di komplek Mayberry Commercial.

Gerald mendongakkan kepalanya takjub lalu berjalan memasuki villa.

“Tuan, tunggu!” tiba-tiba beberapa perempuan menyetopnya. “Tuan, apakah Anda sudah memesan tempat?” salah seorang dari mereka bertanya pada Gerald.

Para pegawai ini bertugas sebagai resepsionis dan sudah terbiasa menerima tamu VIP, tapi tidak pernah ada yang berpenampilan sangat sederhana seperti Gerald. Meski dengan tatapan curiga, mereka masih berusaha sopan pada Gerald.

“Aku tidak melakukan pemesanan, tapi aku ke sini mau bertemu dengan seseorang,” jawab Gerald sambil tersenyum. Dia memperhatikan para pegawai cantik di depannya. Sekarang dia mengerti kenapa Wayfair Mountain Entertainment sering disebut sebagai negeri dongeng di Mayberry City.

Sekitar lima atau enam resepsionis yang menyambutnya sepertinya di kisaran usia mahasiswi yang baru lulus kuliah. Mereka semua memiliki paras cantik dengan postur tubuh seperti model.

“Anda mau bertemu dengan seseorang? Siapa yang ingin Anda temui?” Mereka mengernyitkan dahi mendengar jawaban Gerald. Ada sedikit sikap dingin disana.

“Aku ke sini untuk bertemu Zack.”

Gerald tahu mereka pasti memandangnya rendah, tapi dia tetap harus mengatakan yang sebenarnya. Setelah mendengar jawaban Gerald, ekspresi wajah mereka berubah.

Mencari Tuan Lyle? Apa pria ini tahu siapa Tuan Lyle? Apa dia kira bisa bertemu dengan Tuan Lyle seenaknya?

Mereka lalu berasumsi bahwa Gerald pasti hanya orang iseng yang ingin masuk villa mewah dan merasakan seperti apa didalamnya. Lagipula, Wayfair Mountain Entertainment adalah tempat terkenal yang tidak bisa dijangkau sembarang orang. Akan mudah saja orang seperti Gerald masuk dan mengarang akan bertemu dengan seseorang padahal hanya ingin melihat-lihat sekeliling villa.

Akan tetapi, mereka tidak ingin merendahkannya. Para gadis itu adalah kaum terpelajar lulusan universitas. Meskipun mereka jengkel dengan kelakuan Gerald, mereka tetap mencoba ramah dan sopan.

“Tuan, Anda harus membuat janji terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Tuan Lyle. Jadi Anda tidak bisa bertemu dengannya hari ini jika tidak mengatur jadwal sebelumnya. Kami sarankan anda kesini lagi lain waktu.” Mereka berusaha mengusir Gerald secara halus.

Gerald kemudian paham pasti para pegawai ini mengira dia hanya ingin berkeliling melihat-lihat villa. Dia lalu terpikir untuk menghubungi Jessica agar bisa mengabari Zack bahwa dia sudah ada di sana.

“Nona Jane, apa yang kau lakukan? Oh, aku baru tahu kalau sembarang orang boleh menginjakkan kaki di Wayfair Mountain Entertainment ini.” Seorang pria berambut klimis dengan pakaian rapi didampingi seorang wanita dengan riasan tebal tiba-tiba muncul. Pria muda itu memperhatikan Gerald dengan tatapan aneh lalu tersenyum pada petugas resepsionis.

“Sebastian, bukankah kau yang bilang bahwa ini adalah tempat paling mewah di kota Mayberry? Kenapa ada orang macam begini di sini?” Wanita itu bertanya dengan sikap manja.

Kepala resepsionis, Jane, segera meminta maaf pada pria itu dan berkata, “Maaf, Tuan Lewis, kami akan bereskan ini segera.”

Sebastian mencibir, “Ya sebaiknya begitu, karena aku mengundang teman-temanku dari luar negeri ke sini. Aku merasa villa ini adalah simbol kemegahan kota Mayberry. Karena itu aku harap kau tidak menurunkan nilai tempat ini hanya karena hal sepele. Nona Jane, kuharap kau juga tahu bahwa ayahku berhubungan sangat baik dengan bosmu, Tuan Lyle.” Sebastian merasa dia akan lebih dihormati jika membawa nama Tuan Lyle.

Wanita yang digandeng Sebastian tersenyum senang ketika mendengar bahwa ia mengenal Zack. Ya tentu saja karena Tuan Lyle memang sosok penting dan terpandang di seantero kota Mayberry. Wanita itu tidak menyangka bahwa Sebastian memiliki hubungan erat dengannya.

Jane mengangguk, “Baik Tuan Lewis. Saya mengerti”. Ia lalu beralih pada Gerald dengan tatapan galak. “Tuan, tolong segera tinggalkan tempat ini! Jangan membuat kekacauan dan menghancurkan reputasi kami. Jika tidak, terpaksa saya harus memanggil petugas keamanan.”

Jane bersungut-sungut.

“Baiklah. Aku akan keluar dan menelpon seseorang.” Gerald menarik napas panjang sebelum kemudian keluar dari villa. Dia ambil ponselnya dari saku sambil berjalan keluar.

“Dasar pengacau! Dia pasti adalah seorang penipu,” kata Sebastian dengan sikap dingin. “Maafkan kami atas gangguan ini, Tuan Lewis. Ini jarang sekali terjadi di Wayfair Mountain Entertainment”. Jane mencoba meyakinkan Sebastian dan tersenyum ramah.

Sebastian menganggukkan kepala mencoba memaklumi,

“Ah itu dia teman-temanku sudah datang! Hei, kenapa kau tidak ikut bergabung saja dengan kami nanti, akan ada pesta kecil di sana,” ajak Sebastian.

“Nanti saya akan mampir ke pesta Anda jika sempat, Tuan Lewis.” Jawab Jane.

Sebastian memperhatikan Jane dengan tatapan genit sebelum kemudian menganggukkan kepala. Dia lalu mengeluarkan dompet dari saku celananya dan bergerak menuju meja administrasi untuk menyelesaikan pembayaran kamar yang dia sewa.

Para petugas resepsionis yang lain melihat Jane dengan tatapan iri lalu bertanya, “Jane, kau mengenal Tuan Lewis juga?” Jane mengangguk sombong dan berkata, “Tentu saja. Kita sudah bekerja di sini sejak lulus kuliah, apa gunanya bekerja sebagai resepsionis kalau kau tidak berusaha mengenal orang-orang kaya seperti Tuan Lewis? Dan kalian lihat wanita yang bersama Tuan Lewis tadi? Dia adalah aktris figuran… keluarga Tuan Lewis memiliki bisnis di bidang perumahan dan harta kekayaan keluarganya mencapai lebih dari dua milyar dolar!”

“Wow! Tidak heran kalau ayahnya memiliki kedekatan dengan bos kita. Ternyata keluarga Tuan Lewis juga tak kalah kaya raya.” Para resepsionis itu tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dari Sebastian.

“Hahaha... dan kalian ingat pria yang tadi ke sini mencari Tuan Lyle? Padahal Tuan Lyle saat ini sedang sibuk rapat dengan pemilik Mayberry Chamber of Commerce. Pria tadi benar-benar konyol…”Jane menambahkan sambil tertawa. Dia lalu bergerak bermaksud menghampiri Sebastian. Tetapi alangkah terkejutnya Jane karena di pintu terlihat pria yang tadi diusirnya kembali memasuki villa.

“Kenapa kau kembali lagi ke sini?” tanya Jane dengan nada terkejut sekaligus jengkel. Petugas resepsionis yang lain juga ikut memandangi Gerald kesal.
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Whn
tolong lanjutkan ceritanya.
goodnovel comment avatar
Wahyu Bagar Perjuangan
para pecundang yang menyebalkan ......... Semangat salam : Kevin Sanjaya
goodnovel comment avatar
Oma Euis
ah ceritanya jd bertele",,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status