Share

Love Sugar Daddy
Love Sugar Daddy
Penulis: KarRa

1.Pertemuan

       Axelle Zeroun baru saja meninggalkan gedung perusahaannya dengan perasaan dongkol. Dia melajukan cepat mobil yang dikendarai. Diingat kembali beberapa menit lalu, dirinya masih bersitegang, berseteru, mengenai status pernikahan dan status anak kandungnya di keluarga besar Zeroun Group. Zeroun ayahnya benar-benar keras kepala. Lelaki tua tersebut tak pernah mau menerima Freya, wanita yang ia pacari sejak masuk kuliah. Hingga sampai Freya hamil pun sang Ayah tak pernah menggubris. Zeroun selalu menggagalkan rencana pernikahan anaknya dengan sang kekasih. Tak ada cara selain menikahi Freya secara siri, demi nama baik keluarga Freya.

       "Ayah, kenapa Ayah begitu keras kepala? Tidak kah Ayah kasihan pada Mirza, cucu Ayah. Dia sudah berusia sembilan belas tahun sampai sekarang, statusnya masih ikut catatan sipil keluarga Freya, Ayah. Tidak bisakah Ayah berlapang dada memasukkan identitas Mirza ke dalam keluarga kita?" tanya Axelle memelas.

Ini sudah kesekian kali lelaki maskulin tersebut memohon demi, memenuhi kebahagiaan sang istri. Freya sangat mengkhawatirkan keberadaan dan status anak semata wayangnya.

        "Maaf Axelle, ayah tidak bisa!" jawab lelaki tua yang tengah duduk di singgasananya.

        "Kenapa Ayah begitu keras kepala?" pekik Axelle.

        "Tidak kah kamu cari tahu kebenarannya, mengapa aku sangat menentang hubungan kalian Axelle," ucap Zeround. Dia bangkit dari duduknya dan menggebrak meja kerjanya.

       "Karena Freya miskin?" cemooh Axelle. "Ayah, aku tidak peduli dengan status sosial. Aku sangat mencintainya. Dia rela menikah siri denganku. Apa pengorbanan Freya selama ini belum cukup Ayah?" cerocos Axelle.

       "Heh!" tawa Zeroun mengejek. "Kau dibutakan cinta, Nak, sadarkanlah dirimu!" cemooh Zeroun pada sang anak.

        "Aku sangat bingung dengan apa yang Ayah pikirkan. Aku pamit pulang Ayah, kita bicarakan masalah ini lain waktu," ucap Axelle pasrah.

       "Berhati-hatilah! Banyak buah kedondong yang terlihat mulus, tapi busuk di dalamnya," ujar Zeroun membuat Axele menelengkan kepala.

       "Ayah, tidak sakit kan?" tanya Axelle dalam hati.

       Sepoi angin menghantarkan Axelle ke alam nyata. Bayangan kejadian beberapa menit lalu lenyap bersamaan emosi yang mulai mereda. Semarah apapun Zeroun tetaplah ayah kandungnya. Orangtua satu-satunya yang masih ia punya. Mobil Axelle pelan melaju memasuki pekarangan rumahnya. Axelle dapat melihat sang istri duduk di teras depan rumah. Dia nampak berbincang dengan seorang lelaki yang duduk di sampingnya.

Freya langsung bangkit dari duduk, menghambur ke pelukan sang suami. "Selamat datang," ucap wanita berusia tiga puluh sembilan tahun tersebut. Axelle mengecup kening sang istri mesra.

       "Ehems!" suara seorang lelaki mendehem. "Kalian tidak kasihan pada diriku yang seorang jomblo dari lahir," kelakarnya membuat Axelle dan Freya terkekeh.

       "Maaf Marvel," ucap Axelle mendekat, dia duduk di kursi yang tadi sang istri duduki. "Kau lama menunggu?" tanyanya.

        "Tidak, aku baru saja sampai," jawabnya. "Kenapa, ada masalah dengan ayahmu lagi?" selidik lelaki bernama Marvel tersebut.

        "Aku akan buat kan kamu minum dulu, Sayang," ujar Freya menepuk pundak sang suami.

        Axelle menoleh ke arah sang istri lalu mengangguk. Dia kemudian melanjutkan perbincangan dengan rekan kerjanya tersebut.

******

      

         Mentari masih bersinar terang di sore hari. Panasnya masih perkasa membakar kulit. Peluh penat membanjir di tubuh gadis yang berlari tergopoh-gopoh. Masuk ke dalam perusahaan Zeroun Grup tersebut. Zeroun menyipitkan mata membuat keningnya semakin berkerut. Dia memberikan kode kepada kedua bodyguardnya agar berjalan menjauh.

         "Hey, Nak, aku pernah melihatmu datang bersama Mirza kemari," sapa Zeroun.

        Gadis tersebut menoleh ke arah samping kanan, di mana suara tersebut berasal. Dia membalikkan badan kemudian tersenyum. "Selamat sore kakek," jawabnya.

        "Ada perlu apa kau di sini?"

        "Ah! Saya hendak menemui tuan Axelle, tapi ternyata beliau sudah pulang. Mirza berkata di rumahnya ada lowongan pekerjaan paruh waktu sebagai asisten rumah tangga" jawabnya dengan ekspresi berubah-ubah. "Kakek sendiri sedang apa disini?Hah!" sang gadis memasang ekspresi terkejut. "Jangan-jangan kakek masih bekerja di usia senja kakek, anak anda durhaka sekali," keluhnya dengan mimik wajah khawatir.

        Zeroun tertawa kecil, "Kemarilah Nak, ayo kita duduk dahulu dan berbincang, tidak enak berbicara sambil berdiri di lobi seperti ini," tawar Zeroun.

        "Tidak bisa Kakek, saya sedang menunggu Mirza, dia sedang ke toilet melakukan tugas," jawab gadis tersebut yang memang selalu ramah terhadap orang tua.

       "Kau tidak lelah berdiri lama di lobi sendirian seperti anak hilang?" tanya Zeroun.

        "Tidak! Apa kakek lelah? Kakek bisa pulang dahulu," ucap sang gadis mengulas senyum.

        Zeroun menggeleng, "Siapa namamu, Nak?" tanya Zeroun kemudian.

        "Saya Auristela, Kakek, biasa dipanggil Stela," jawab gadis tersebut.

        "Nama yang bagus, kau teman Mirza, kah?" telisik lelaki tua tersebut.

       "Iya kami teman sekolah, dari SMP, SMA, bahkan kuliah pun bersama," ucapnya. Zeroun manggut-manggut mendengarnya.

        "Stela!" teriak seorang pemuda.

        "Wah, Kakek, itu teman saya sudah datang," ucap gadis bernama Stela berbinar.

        "Kakek," ucap Mirza melongo. Pemuda tersebut langsung menyalami Zeroun. Stela seratus persen syok dibuatnya. Matanya mendelik, mulutnya membulat seperti huruf O. "Stela, perkenalkan ini Kakekku," ucap Mirza. "Tadi kalian sedang membicarakan apa?" tanyanya.

        "Astaga, Kakek, maafkan kelancangan mulut ember saya," keluh Stela. "Astaga! Bagaimana bisa aku mengolok jika anaknya, itu durhaka," keluh Stela dalam hati. Dia langsung menyalami sang kakek, sembah sungkem memohon maaf. "Maafkan karena saya kurang ajar Kek," lanjutnya.

Mirza mengerutkan kening bingung.

        Zeroun terkekeh, "Bangunlah Nak, kau ini lucu sekali. Mari kita pergi, akan aku antar kau ke kediaman putraku," ucapnya terkekeh.

        Mirza menoleh ke arah Stela, gadis itu melengkungkan bibir ke bawah. Dia masih kebingungan tak dapat mencerna apa yang terjadi.

Di perjalanan Zeroun banyak bertanya, lebih tepatnya mengintrogasi Stela. Gadis tersebut menjelaskan singkat. Sang ibu telah wafat usai melahirkannya, sang ayah kabur kawin lagi dengan wanita lain. Dia kemudian tinggal bersama sang nenek. Tapi takdir begitu kejam, sang nenek meninggalkan untuk selamanya ketika dia masih duduk di bangku SMA. Stela bekerja pontang-panting sendirian, sebagai buruh cuci, maupun penjual makanan di pagi hari, demi menghidupi dan membiayai sekolahnya.

*****

        Axelle dan sang istri terkejut melihat kedatangan Zeroun bersama Mirza. Mereka saling pandang, untuk pertama kalinya sang ayah datang ke kediamannya. Axelle menyambut dengan senyum. Tak lama dari dalam mobil keluar pula seorang gadis yang tak asing. Axelle sering melihatnya mampir bertemu Mirza, yang ia dan Freya tau namanya Stela, dia adalah teman sekolah Mirza.

         Zeroun duduk dengan tegap di ruang tamu, suasana hening mencekam. Stela dan Mirza saling pandang.

       "Mama, ini teman Mirza yang semalam kita bicarakan. Dia yang akan bekerja paruh waktu di sini," ucap Mirza memecah keheningan.

        "Selama dia bekerja dengan rajin, itu tidak masalah," ucap Axelle yang berdiri di belakang kursi sang kakek.

        "Tuan tenang saja, saya bisa bersih-bersih dan memasak," jawab Stella yang berdiri di samping Mirza.

       "Iya, masakan Stela lebih enak dibandingkan masakan Mama," celetuk Mirza membuat Mama dan Papanya mendelik. Pemuda tersebut kemudian menundukkan kepala. Keheningan kembali terjadi, Zeroun menatap diam sang putra yang duduk berhadapan sambil, menyesap kopi buatan Freya.

       "Kopi ini terlalu pahit," ujarnya kemudian.

       "Saya akan menggantinya," jawab Freya hendak bangkit.

       "Tidak perlu!" pekik Zeroun. "Aku sudah memikirkan matang-matang Axelle. Mirza akan mendapatkan hak waris dari keluarga Zeroun, dengan syarat," kata Zeroun serius.

       "Syarat apa Ayah," ucap Axelle berbinar.

        "Kau menikah secara resmi dengan Stela," celetuk sang kakek. Mereka semua sontak terkejut dibuatnya.

    Bersambung….

Komen (10)
goodnovel comment avatar
San Sand
he love me he give me all his money
goodnovel comment avatar
Syarifah Billa
Kirain stela bareng mirza ternyta exelle 🥹
goodnovel comment avatar
Ecep Jordans
i love you
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status