Share

3.Surga Pelipur Masalah

     Axelle membuka pintu kamar dengan perasaan lesu. Bayangan wajah Stela, gadis muda yang secara tak sengaja harus terlibat dalam kemelut masalah keluarganya. Dia masih ingat benar wajah pasrah tak berdaya sang gadis. Zeroun, ayah terlalu menekan gadis tersebut. Bahkan beliau menghubungi pihak kampus tempat Stela kuliah. Dengan kekuasaannya, Zeroun meminta pada mereka untuk mengeluarkan gadis tersebut. Peringatan kecil bagi Stela lantaran menolak keinginannya. Gadis tersebut terdiam tanpa sepatah kata, tatapannya kosong, buliran air menggenang di pelupuk matanya. Stela berusaha tenang dan menahan semuanya. Napasnya sesekali terdengar berat. Betapa terpukulnya gadis tersebut. Axelle merasa sangat bersalah pada Stela, dia merangkum wajahnya dengan kedua tangan, menghilangkan semua bayangan wajah gadis lugu itu. Ditarik dasi, dan melepas jas yang ia kenakan. Berulang kali Axelle menghela napas berat. Jemari tangannya sibuk mengutak-atik kancing ujung kedua lengan hem yang dia kenakan. Dada bidangnya terlihat mempesona, sixpack, menggoda hati para kaum wanita untuk menggerayangi. Diletakkan kemeja dan jas tersebut di atas ranjang. Baru Axelle tersadar, Freya sang istri tak berada di peraduan mereka. Axelle menyipitkan mata, membuat keningnya berkerut. Baru ia ingin berkomentar, pintu sudah terbuka terlebih dahulu. Sang istri menyembul masuk, wanita tersebut basah kuyup, dia tengah mengenakan mantel handuk.

       "Hay, Sayang," sapa Freya, berlari menghambur ke pelukan sang suami. Memeluk badan sixpack tersebut.

      "Kau," ucap Axelle terhenti.

      "Aku baru saja berenang menghilangkan gerah," seru Freya sebelum suaminya bertanya.

     "Oh," kata Axelle singkat. "Aku tidak melihat motor Mirza di parkiran?" tanya Axelle ingat sang putra.

     "Mirza ada kerja kelompok katanya, dia akan pulang larut malam," ujar Freya dengan sexy. Wanita tersebut melingkarkan tangan ke leher sang suami.

     Axelle menyambut dan semakin menarik tubuh sintal tersebut mendekat. Tanpa persetujuan, Axelle melumat bibir ranum sang istri. Meski tanpa polesan lipstik maupun make up. Wajahnya tetap cantik dan menggoda. Axelle menarik mantel handuk sang istri, membuatnya polos tanpa sehelai benang menutupi. Tangan berototnya mulai menggerayangi punggung Freya. Bibirnya masih membalut bibir sang istri, lidahnya menyeruak masuk, bermain, saling membalas dengan luapan asmara, saling bertukar saliva masing-masing. Menuntut, merengkuh rasa yang ingin lebih. Dihempaskan tubuh polos istrinya ke atas ranjang. Axelle penuh semangat mengeksplor leher putih bersih tersebut. Memberikan tanda merah di beberapa tempat. Mulut dan lidahnya menari sangat lincah. Tak kalah, tangan berotot Axelle meraih bukit kembar sang istri. Meremas dan menyentuh ujungnya.

      "Sayang!" pekik Freya. Mulutnya mulai mengeluarkan suara sexy nan menggodanya. Axelle semakin bersemangat, lidahnya menggelitik turun, bibirnya meraih bukit kembar Freya secara bergantian, badan wanita tersebut melonjak. Sensasi kenikmatan menjalar ke seluruh badan. Rasa nikmat tak tertahankan. Jari jemari Axelle mulai menelusup masuk ke dalam kewanitaan Freya yang mulai basah. Gerakannya cepat keluar masuk. Membuat Freya semakin hilang kendali.

    "Hei, Sayang, kau berhentilah menyiksaku," keluh Freya dalam desahannya. Bukannya berhenti, Axelle malah semakin menggodanya. Bibirnya mulai gencar bermain, memberi tanda merah pada payudara Freya yang naik turun lantaran napasnya mulai tersengal. Ia merasakan sensasi luar biasa di dua tempat berbeda, antara payudara dan lubang kenikmatannya.

      "Axelle!" desah Freya, tubuhnya melengkung. Kedua tangannya mencengkeram sprei, kepalanya mendongak menahan sensasi nikmat yang menjalar di sekujur badan. Cairan panas meleleh ke luar dari kewanitaannya. Badannya lemas seketika.

     "Aku datang sayang," ujar Axelle. Lelaki tersebut telah melucuti sisa pakaian yang tadi ia kenakan rupanya.

     Freya menatap sang suami, dia mengamati milik sang suami, terlihat panjang, besar untuk ukuran orang normal. Benda itulah yang membuat Freya tergila-gila pada Axelle. Lelaki tersebut memposisikan diri di antara kedua paha sang istri. Dia menggesek ujung miliknya pada bibir kewanitaan Freya.

     "Sayang, sampai kapan kau akan menyiksaku," keluh Freya, badannya kelojotan tak menentu, mirip cacing kepanasan.

     "Baiklah, maafkan aku," ucap Axelle terkekeh.

     "Iya," lenguh Freya. Sekali gerakan menekan, milik sang suami telah amblas masuk seluruhnya.

    "Nikmat?" tanya Axelle, menatap wajah sang istri yang masih terpejam tapi bibir mengulas senyum. Axelle tahu itu senyum kepuasan.

   Gerakannya diawali dengan perlahan, untuk kemudian semakin cepat dan menuntut. Tubuhnya melengkung, bibir Axelle melumat bibir sang istri, menghentikan lenguhan sexynya. Cukup lama mereka saling memacu, hingga peluh membasahi badan. Axelle meracau, menggila dan semakin gencar bergerak. Freya terdengar menjerit-jerit hingga suaranya serak. Antara lelah namun tetap terasa memabukkan seperti candu.

    "Oh, aku keluar, Sayang," ucap Axelle. Cairan hangatnya menyembur beberapa kali di dalam rahim sang istri. Dia meremas lembut payudara di depannya, membuat Freya terkejut.

    Mungkin memang benar adanya. Surga pelipur masalah adalah berhubungan badan dengan sang istri. Axelle merasa beban yang menumpuk lenyap seketika. Kegelisahannya menghilang, lenyap. Dia kemudian ambruk, membaringkan badan di samping sang istri. Kepuasan terpancar di mata bening keduanya. Namun, Axelle lebih berharap melakukannya lagi. Dia masih bisa bermain sekali lagi sebelum tidur. Terkadang ia juga masih bisa bermain lima kali dalam semalam bersama Freya. Akan tetapi, akhir-akhir ini berbeda, Freya seperti sangat kelelahan. Dia akan langsung terlelap usai sekali bermain. Axelle tak tega rasanya membangunkan lagi. Dia hanya dapat menahan hasrat yang masih menggelora. Axelle mendekat kan badan memeluk sang istri yang berbaring membelakanginya.

     "Sayang, hari ini sudah dulu ya, aku capek," keluh Freya.

     "Iya, aku tau. Aku hanya ingin memelukmu saja, tidurlah," ucap Axelle lembut.

******

     Malam menggairahkan bagi sepasang suami istri tersebut tapi, tidak bagi Auristela. Gadis tersebut masih menghayati sakit hati. Dia merasakan dirinya seperti tawanan sekarang ini. Kali ini ia meringkuk di atas kasur. Awalnya dia sangat mengagumi rumah mewah tersebut. Namun, sekarang tidak lagi, saat ini dirinya merasa sesak. Semua orang kaya berbuat seenaknya. Ia bahkan mendapat ancaman. Air matanya kini mulai meleleh, sebagai rasa menyakitkan. Bagaimana bisa mereka mempermainkan sebuah pernikahan. Hal yang bersifat sakral. Rasanya masa depan runtuh seketika. Impian yang dengan susah payah ia rangkai, hancur berantakan. Stela menangis sejadi-jadinya. Di dalam sebuah kamar rumah mewah. Ia seperti tawanan Zeroun. Tak bisa bergerak bebas, banyak mata memandang. Nasib malang yang tak sengaja ia raih. 

     Malam semakin larut, sayup angin dan gemerisik pepohonan adalah nyanyian malam yang hanya terasa nyata. Entah sejak kapan gadis tersebut berhenti menangis. Mata lelahnya mulai mengantuk. Hembusan angin malam terasa dingin. Stela mulai terlelap. Dia telah membalut dirinya dalam buaian mimpi. Setidaknya luka hati tersebut tak ia bawa ke alam mimpi. Berharap kejadian sebelumnya adalah mimpi, bunga tidur yang akan terlupa saat bangun.

    Sepasang mata mengawasi Stela dengan jeli. Gadis yang lupa mengunci pintunya, membuat orang asing dapat masuk begitu saja ke kamar. Puas menilik lelaki tersebut ke luar kamar.

Bersambung….

Komen (4)
goodnovel comment avatar
KarRa
sabar Kak😅😂
goodnovel comment avatar
Monsye Aqil
sabar ya stell
goodnovel comment avatar
KarRa
siapa hayo😊😊😊
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status