Share

Salah Ranjang
Salah Ranjang
Penulis: Si Mendhut

Shassy Sekertaris Keen

            Siang itu, di sebuah perusahaan terkenal di Jakarta, hampir semua ruangan karyawan sepi tanpa suara orang berbicara, hanya terdengar gesekan pena dan kursi yang sesekali bergeser karena semua orang sedang berkonsentrasi pada pekerjaannya.

Tapi berbeda dengan salah satu ruangan yang paling ujung, di sana terdengar suara dengkuran halus dari seorang karyawati yang tengah menempelkan wajahnya di meja kerjanya.

 Hingga beberapa saat kemudian, ada karyawati lain yang masuk ke dalam ruangan itu dengan gelisah.

"Shas, Shas!" seru karyawati tersebut. Ia mencoba membangunkan Shassy  dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Tunggu sebentar, lima menit saja aku sangat capek," ujar Shassy yang masih menyandarkan kepalanya di meja kerja.

"Shass, cepat bangun kalau tidak—" Kalimat teman kerja Shassy itu  terputus ketika terdengar suara langkah kaki yang berhenti di belakang tubuhnya.

Karyawan yang tadi terus mencoba membangunkan Shassy pun segera berbalik dan tersenyum canggung pada laki-laki tampan yang sedang menatap tajam dirinya.

"Eh, Pak Keen," ujar karyawati tersebut sambil tersenyum sampai menampakkan deretan giginya.

             Keenan Revaldo Brahmanto, itulah nama laki-laki yang lahir dengan paras mempesona dan juga menjabat sebagai CEO perusahaan tersebut. Tatapan tajamnya bagai belati, tapi saat ia tersenyum tak ada wanita yang bisa menolak pesonanya.

"Kamu kenapa di sana, minggir!" bentak Keen sambil menatap tajam ke arah karyawati tersebut.

Karyawati itu pun melirik  ke arah Shassy yang masih tertidur pulas.

'Semoga kamu selamat Shass,' batin karyawati tersebut yang dengan cepat menyingkir dari hadapan Keen.

        Karyawati itu pun segera berhambur tapi ia tak benar-benar pergi, ia memilih mengintip dari luar ruangan tersebut.

"Eh, ada apa?" tanya  salah seorang karyawan lain yang saat ini sedang melewati karyawati yang mengintip itu.

"Husst," ujar karyawati tersebut sambil meletakkan telunjuk di depan mulutnya.

Karyawati tersebut segera menarik temannya, dan mereka pun mengintip bersama.

*

Di dalam ruangan.

         Keen terus menatap ke arah Shassy yang masih tertidur pulas, hingga beberapa detik kemudian ia  mengambil sebuah buku dari dekat Shassy dan menjatuhkan buku tersebut di atas meja Shassy dengan sengaja.

DAGHH! Suara buku tebal tersebut terdengar menggema di ruangan itu.

Tapi Shassy tak bergerak sedikit pun, ia terus terlelap dan malah tersenyum-senyum tak jelas.

"Wanita ini," geram Keen dengan tangan yang mengepal.

"Shassy!" teriak Keen yang sudah sangat kesal.

"Iya bang, satu porsi banyakin sambelnya," ucap Shassy yang masih memejamkan matanya.

Mata Keen pun membulat, mendengar ucapan Shassy.

"Shassy Anastasya Subagyo!" Keen meneriakkan nama lengkap Shassy di dalam ruangan tersebut.

Suara Keen benar-benar melengking tinggi, hingga bergema cukup lama di ruangan itu.

Shassy langsung berjingkat kaget karena suara Keen yang bagai petir menghantam ruangan tersebut. 

"Eh! Ayam, kucing, jaran, anj—" Kalimat Shassy terhenti seketika saat melihat Keen yang menatap tajam dirinya.

"Lanjutkan kalimatmu!" perintah Keen dengan nada sinis.

"Maaf Pak, tadi saya terlalu terkejut, jadi sa—"

"Jadi apa?" sergah Keen. "Jadi seperti ini cara kamu menghormati atasan kamu?"

Shassy pun mencoba membela dirinya dengan membantah. "Tidak Pak, itu karena Anda mengagetkan saya,  akhirnya saya jadi latah."

"Jadi kamu menyalahkan saya?" ujar Keen dengan mata yang membulat, memberikan tekanan.

Shassy lalu menundukkan kepalanya.

"Tidak Pak, saya tidak berani," ujar Shassy yang terpaksa menelan bulat-bulat rasa kesal di hatinya.

"Bisa-bisanya aku punya sekertaris seperti kamu, dasar tidak berpendidikan!" cemooh Keen.

'Dasar congek, telinganya itu benar-benar bermasalah. Kalau bukan bos, sudah aku lempar pakai sepatu, orang ini,' batin Shassy sambil terus menundukkan kepalanya.

"Kenapa diam saja, apa kamu bisu?" tandas  Keen.

"Tidak Pak," jawab Shassy dengan nada rendah.

 "Jadi kamu tahu kalau kamu salah?" 

"Tahu Pak," jawab Shassy dengan pasrah.

"Besok pagi, aku ingin melihat ringkasan perkembangan perusahaan kita selama lima tahun di atas meja kerjaku." Keen.

Mendengar ucapan Keen, Shassy pun langsung mendongakkan wajahnya dan menatap ke arah Keen dengan mata bulat indahnya.

"Tapi Pak, baru kemarin saya lembur menger—" Kalimat Shassy terhenti lagi ketika Keen mengernyitkan dahi padanya. "Baik Pak, saya akan mengerjakannya," ucap Shassy yang segera mengganti kalimatnya.

Shassy sadar, jika ia memprotes Keen, itu sama artinya dengan memprovokasi Keen untuk berlaku lebih tidak masuk akal lagi pada dirinya.

"Bagus, kamu makin pintar. Tidak sia-sia kamu bekerja di sini selama 2 bulan," ujar Keen sambil melangkah pergi meninggalkan ruangan Shassy.

         Setelah Keen benar-benar meninggalkan tempat tersebut, Shassy pun segera duduk kembali di kursinya. Selang beberapa saat, ia mulai memukul-mukulkan kepalanya ke meja kerjanya itu. 

"Shass," panggil karyawan yang sedari tadi mengintip Shassy.

Dua orang karyawan yang tadi mengintip segera berlari ke arah Shassy. Mereka memegangi pundak Shassy untuk menghentikan tindakan Shassy tersebut.

"Kalian ngapain?" tanya Shassy sambil menatap kedua orang tersebut dengan tatapan heran.

 "Kami pikir kamu mau—"

"Bunuh diri?" tandas Shassy cepat.

Kedua orang itu pun mengangguk perlahan.

"Kalau pun aku ingin bunuh diri, aku tidak sudi bunuh diri karena laki-laki sialan itu!" ujar Shassy dengan lantang.

"Sabar Shass, sabar." 

"Apa menurut kalian aku ini kurang sabar?" tanya Shassy dengan mata yang memerah.

Kedua orang tersebut hanya diam, tak bisa menjawab perkataan Shassy.

"Cukup! Aku akan mengundurkan diri," ujar Shassy sambil mengepalkan tangannya.

"Kamu yakin Shass?"

"Aku yakin. Aku tidak mau gila gara-gara laki-laki itu," ucap Shassy dengan keyakinan penuh.

           Kedua orang tersebut tidak heran dengan ucapan Shassy, karena para sekertaris Keen sebelumnya juga mengalami gangguan kecemasan setelah  satu bulan bekerja pada Keen. Mereka semua selalu mengundurkan diri setelah mendapatkan gaji pertama mereka.

"Ya sudah Shass kalau itu memang keputusanmu, padahal kamu baru mendapat gelar sekretaris terkuat loh."

Shassy pun menghela napas dalam. "Buat apa gelar itu, kalau akhirnya aku stres."

"Hehhehe, iya deh iya kami mengerti kok."

"Ya sudah, aku akan menyusun surat pengunduran diriku dulu," ucap Shassy yang ingin membuka laptopnya kembali.

Tapi, tiba-tiba suara telpon kantor yang ada di mejanya berbunyi nyaring.

'Siapa?' batinnya.

Shassy lalu menarik napas dalam-dalam, dan segera mengangkat gagang telepon tersebut.

"Halo selamat siang," sapa Shassy dengan nada ramah.

"Tidak usah bicara manja seperti itu," sergah Keen yang ada di balik panggilan tersebut.

Shassy pun menjauhkan gagang telepon tersebut dari dirinya. Ia lalu memukul-mukulkan kepalanya ke meja lagi, tapi kali ini dengan perlahan.

Setelah hening beberapa saat.

"Shass!" panggil Keen dengan kasar.

"Iya Pak," sahut Shassy dengan nada lembutnya lagi.

"Kamu segera ke ruanganku."

"Sekarang Pak?" tanya Shassy.

"Kamu pikir kapan," jawab Keen yang terdengar kesal.

"Iya Pak, saya paham," ujar Shassy sambil mengangguk-ngangguk padahal itu hanya sedang menelepon.

"Cepat, aku tunggu kamu lima menit. Kalau kamu—"

"Baik Pak, saya segera ke sana," tukas Shassy yang segera mematikan panggilan tersebut.

"Kenapa Shass?" tanya dua orang yang masih di samping Shassy.

"Ceritanya nanti saja, sekarang aku harus segera menemui laki-laki batako itu," ucap Shassy sambil berlalu meninggalakan ruangannya.

Shassy terus berlari dan dengan terburu-buru menaiki lift untuk pergi keruangan Keen yang ada di lantai lima. 

**

          Sementara itu di ruangan Keen,

"Iya Ma, sebentar lagi dia akan sampai di ruangan ini Mama tunggu saja," ucap Keen.

"Ya sudah, pokoknya nanti kamu ajak Shassy pulang ke rumah. Mama kangen sama dia," ujar Mutiara Andara, ibu Keenan.

"Tapi Ma," ucap Keenan yang terdengar enggan.

"Pokoknya Mama gak mau tahu, kamu harus membawa Shassy ke rumah, titik!" Nyonya Tiara.

"Baik Ma," jawab Keenan pasrah.

"Ya sudah, Mama mau masak dulu kalau begitu."

"Iya Ma," sahut Keen, yang langsung mematikan panggilan tersebut.

Kemudian ...

Klakk! Shassy langsung membuka pintu ruangan tersebut. Ia pun langsung berlari ke arah Keen.

"Ada apa, Pak?" tanya Shassy yang terlihat ngos-ngosan.

"Apa kamu tidak tau caranya mengetuk pintu?" hardik Keen.

"Pak, Anda jangan keterlaluan! Saya itu cepat-cepat kemari, karena Bapak yang menyuruh saya ke ruangan ini dalam 5 menit. Dan sekarang, Bapak memarahi saya karena pintu? Bapak itu pernah berpikir nggak sih?" omel Shassy.

"Kamu memarahiku?" tanya Keen dengan perasaan tidak senang.

"Iya, itu karena Anda keterlaluan. Saya mengundurkan diri Pak, suratnya akan saya kirimkan setelah ini!" ujar Shassy dengan lantang.

"Kamu tidak bisa keluar dari perusahaan ini," ucap Keen dengan suara khasnya.

"Kenapa?" tanya Shassy sambil mengernyitkan keningnya.

"Nanti sepulang kerja, kamu ikut aku pulang ke rumah!" perintah Keen.

"Maaf Pak, saya—"

"Orang yang bisa mengeluarkan kamu dari sini adalah ibuku." Keen.

"Tapi Pak, itu saya—" Kalimat Shassy terpotong lagi.

"Ingat, gaji kamu bulan ini masih ada di perusahaan." 

Shassy pun mendengus kesal dan terus mengutuk Keen di dalam hati karena sikap Keen yang terasa seperti sedang menyiksanya.

"Sudah, kamu boleh pergi sekarang," ujar Keen yang terdengar seperti sedang mengusirnya.

Shassy tercengang, lalu bertanya, "Hanya itu Pak?"

"Kamu mau ak—" 

"Tidak!" teriak Shassy sambil berjalan dengan cepat meninggalkan ruangan tersebut.

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Si Mendhut
terima kasih Kak
goodnovel comment avatar
Si Mendhut
terima kasih Kak
goodnovel comment avatar
Lina Herlina
waaah menarik cerita nya ,,,,,jadi penasaran nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status