"Kerja? Apaan?" Nana ragu. Terlalu banyak cerita kejahatan yang dia baca yang menyangkut tentang penawaran kerja pada awalnya, namun merugikan di akhir.
"Model?""Model apa? Jangan yang aneh-aneh ya, aku gak suka yang aneh." Nana cukup menyukai Rion, tapi tawaran menjadi model cukup meragukan mengingat terlalu banyak hal buruk yang terjadi dalam dunia permodelan yang selama ini dia ketahui melalui publik."Gak kok. Model biasa aja, pose depen kamera, cekrek, udah, gitu doang."*Nana menyetujui tawaran Rion, dan disinilah dia sekarang, menunggu di ruang tamu setelah disapa oleh saudara perempuan si kembar. Dan Rion serta Leon muncul bersamaan. tanpa kacamata yang bertengger di wajahnya, membuat keduanya terlihat bak pinang di belah dua, tak ada beda sama sekali."Cara kerja dan honornya akan dijelasin ama kakak aku yah Na." Ucap Rion kemudian menyerahkan sebuah map berisi beberapa lembar kertas yang sudah di ketik rapih."Honor yang kamu dapat akan diberikan sesuai banyaknya permintaan untuk iklan, untuk sementara, mungkin akan mengambil beberapa take, lihat bagaimana atasan kami, suka atau tidak.""Emang ini jadi model apa sih?" Nana masih belum menaruh kepercayaan penuh pada kedua laki-laki yang kini sedang berdiskusi dengannya tersebut."Ya apa aja sih Na, tergantung tawaran." Kali ini, Rion yang menjawab pertanyaan Nana."Tapi aku ubah yah isi kontraknya. Sebelum setuju, aku harus tau dulu Jenis fotonya gimana, sebelum deal."Rion dan Leon berbisik seperti biasa, ada beberapa waktu dimana keduanya seperti tidak setuju, namun setelah beradu argumen, akhirnya mereka terlihat mendapatkan kesepakatan."Ya sudah, kalau untuk foto pasangan, kau gak akan nolak kalau sama Rion kan?""Pasangan?""Yang itu nanti saja. Len..." di detik berikutnya, Rion dan Leon kembali berbisik dan kembali berargumen."Kalau bareng Rion, gak apa deh. Asal gak terlalu vulgar aja." Suara Nana membuat keduanya berbalik dan berhenti berargumen. Leon bersorak, sementara Rion memukul wajahya pelan.Dia sudah kesulitan untuk membuat jarak agar hatinya tetap kukuh tanpamembuatnya semakin menyukai Nana. Karena sejak awal, tingkah yang selalu Nana bawakan semakin membuatnya menyukai gadis yang ada di hadapannya tersebut. Dan berfoto sebagai pasangan akan menghancurkan dinding pembatas yang selama ini selalu dia bangun dan semakin diperkuatnya.
Setelah mendiskusikan beberapa hal, akhirnya mereka setuju untuk mengambil waktu di hari sabtu dan minggu setelah kegiatan sekolah, dan hanya mengambil beberapa foto sebagai pemula. Terkadang, Rion ikut berfoto bersama sebagai pasangan ataupun saudara."Na, mau lihat Sandy terpukau sama kamu gak?" Tanya Rion di tengah istirahat kedua mereka. Sudah beberapa bulan berlalu sejak mereka menyetujui untuk ikut menjadi model keduanya, dan itu benar-benar membuat Nana semakin dekat dengan si kembar, terutama Rion."Emang bisa?" Nana meragukan pertanyaan Rion. Karena kenyataannya, dia sudah mencoba berbagai macam cara untuk mendapatkan hati pangerannya itu sejak JHS, tapi dia tak pernah berhasil, ditolak tidak, diterima pun tidak.Nana menggunakan buku tulis untuk mengipas wajahnya yang cukup berkeringat, siang itu benar-benar panas sehingga beberapa teman - temannya membuka pakaiannya meninggalkan baju kaos yang menjadi andalan anak laki-laki.
"Ya bisa dong, kamu raguin kehebatanku dalam seni dan kemampuan hitung kakakku?" Rion membanggakan dirinya dan saudara kembarnya tersebut.
"Kalian kan jenius, mana mungkin aku bisa ragukan?""Kalian ini, bisa gak sih dipisahin barang sebentar aja, lima menit gitu?" Seorang perempuan dengan rambut dikuncir dan membawa selembar kertas bertanya pada keduanya.Rion dan Nana saling berpandangan seakan sedang bertelepati, beberapa kali keduanya mengerutkan kening dan menggeleng, namun di menit berikutnya setelah gadis itu bosan menunggu jawaban, akhirnya keduanya kompak untuk mengatakan tidak lalu memberikannya tawa dan tos."Sudah kuduga. Tapi sayangnya kalian memang harus pisah, kelompok yang baru diberikan Bu Erna bilang gitu." Ucap perempuan itu lagi.Teman sekelasnya memberikan secarik kertas kemudian meninggalkan mereka berdua menuju papan tulis untuk mengumumkan kelompok tersebut."Pisah Rin." Wajah Nana terlihat sedih dan mengerucutkan bibirnya tanda tak terima."Iya nih, ya mau gimana lagi lah, guru yang nentuin." Rion hanya terlihat santai dan mengangkat bahunya, pasrah.
Hari yang ditunggu Nana akhirnya tiba, hari sabtu. Hari yang dijanjikan oleh Rion bahwa akan membuat Sandy terpesona dengannya."Karena hari ini spesial, kakakku Marina yang akan memoles wajahmu." Rion berkata dengan wajah bersinar."Gak akan menor kan?" Nana tak terlalu yakin dengan keputusannya kali ini, mengingat dandanan Marina selalu saja tampak mencolok di matanya."Meragukan kemampuanku ya Na?" Marina menjawab pertanyaan Nana dengan pertanyaan.Marina mengajak Nana mengikutinya, melangkah masuk ke dalam kamar kakak perempuan Rion. Gaya minimalis, dengan meja yang penuh dengan alat-alat make up serta cermin yang lumayan besar dan terpasang beberapa bohlam yang bersinar dengan terangnya."Duduk Nana."Nana mengikuti perintah Marina untuk duduk dan Marina pun mulai menjalankan sesuatu yang paling disukainya, memoles wajah perempuan menjadi cantik dan bers
"Sempurna seperti biasa kak," Ucap Rion dengan jempol dan rona yang masih bertahan di wajahnya, "Yuk, temui Leon." lanjut Rion lagi.Nana hanya mengangguk kemudian menyusul Rion di belakangnya, menuju lantai tiga. Kamar kakaknya berada di lantai dua, bersama dengan kamar kedua orang tua Rion."Bro, kita udah siap nih, yuk ke bawah!" Teriak Rion dari balik pintu, sengaja menggoda saudara kembarnya untuk bisa segera bertemu dengan Nana yang sudah di make over oleh kakak mereka."Iya, bentar. Masih siapin kamera dan perangkatnya nih. Kamu sini kek, bantuin bawa!" Perintah Leon yang tak membuka pintu, hanya menjawab tanpa melihat ke arah sumber suara, dan terus sibuk merapikan alat - alat yang berhamburan.Akhirnya Rion menyerah, dia membuka pintu untuk membantu saudara kembarnya merapikan alat yang semalam di cek kondisinya dan tak sempat di rapikan kembali."Na, kamu bi
Ketika Sedang berfoto setelah beberapa kali take, Sandy dan Taufik muncul. Leon tak menghiraukan mereka dan melanjutkan untuk memfoto keduanya.Sandy dan Taufik begitu memperhatikan Rion dan Nana yang terlihat seperti pasangan sejati, saling bergandengan tangan dan menatap, membuat keduanya memiliki chemistry yang begitu kuat. Beberapa kali mereka merubah gaya, namun tetap saja, seakan keduanya memang pasangan sejati yang diciptakan dari tulang rusuk yang sama."Break!"Teriakan Leon membuat Nana menghembuskan nafas lega, disambut tawa hangat dari Rion yang memperhatikannya."Kenapa, Na? Tumben banget bernafas berat, kayak lagi banyak beban aja." Celetuk Rion menggoda Nana yang tidak biasanya."Akhirnya, pose tadi berat banget, tau gak sih? Mana harus mandang Rion kayak lagi liatin orang yang paling disuka.""Kau gak suka padaku Na?" Rion
Taufik hampir setiap hari datang ke kelasnya setelah hari itu. Mengajaknya bercerita, dan bahkan terkadang membawa cemilan untuk dirinya dan untuk NanaDan itu sangat mengganggu bagi Rion, terutama Nana. Karena dia tak bisa leluasa bercerita atau bercengkrama bersama Nana seperti biasanya. Taufik selalu saja muncul seperti setan yang tak di harapkan, lalu mencampuri cerita apa saja yang sedang mereka ceritakan."Rin, lama-lama aku jadi benci banget sama kehadiran Taufik, tau gak sih? Udah kelewatan gangguinnya." Nana melipat tangannya di dada dan menekuk wajahnya.Rion tertawa cukup keras, walau harus dia akui kalau Taufik memang mengganggu belakangan ini."Itu bukti kalau kau emang mempesona hari itu, coba kalau make overmu dipakai ke sekolah?" Rion mencoba menyemangati Nana dengan melihat sisi positif dari tingkah Taufik.Tawaran Rion membuat fikiran Nana melanglang
"Betul banget kak." Jawab Rion dengan riang.Marina membisikkan sesuatu yang hanya Nana dan Marina yang bisa dengar, bahkan Rion yang berada tepat di samping Nana pun tak mendengarnya."Oke kak, dengan senang hati." Nana langsung memperlihatkan jempol dan senyuman terbaiknya yang membuat Marina langsung bergegas keluar ruangan tersebut."Dibisikin apa sih?" Rion penasaran tentu saja, namun Nana hanya tersenyum menjawab pertanyaan Rion lalu kembali menekuri buku di hadapannya.Rion dan Leon hanya menghela nafas pasrah, percuma juga dia memaksa, karena tak mungkin Nana akan mengatakan sesuatu yang rahasia. Butuh lebaran monyet untuk itu.Rion pun ikut kembali menekuri soal-soal seperti yang dilakukan Nana."Bro, ngelamun aja, udah mutusin hadiahnya apa?" Taufik menepuk pundak Sandy yang sedang melamunkan sesuatu.Mendengar kata hadiah dari Taufik, me
Dan seketika mereka menjadi pusat perhatian ketika melewati gerbang sekolah. Setiap mata menatap mereka walau hanya sekedar ingin mengetahui siapa yang lewat."Rin, jagain tuh princess hari ini, dia pasti bakalan banyak yang gangguin." Ucap Leon ketika sudah berada di depan kelasnya."Nana!" Teriak Taufik ketika melihat Nana singgah di depan kelasnya. Dia segera berlari ke arah pintu."Ya ampun," Nana langsung bersembunyi di belakang Rion dan memegang bajunya erat ketika melihat Taufik dari balik tubuh Leon."Ya ampun, cantik banget, kalo kayak gini tiap hari bakalan bantu ngedonkrak nilaiku, soalnya makin semangat. San, liat deh, Nana secantik hari itu." Taufik cukup histeris dan ribut sehingga beberapa anak - anak lain juga penasaran dengan apa yang di teriakkan oleh lelaki cerewet satu itu.Sandy hanya menoleh sepintas dan tersenyum, lalu kembali bercerita dengan yang lain, seakan tak memiliki minat apapun. Padahal dia b
Akibat dari kekacauan tersebut, Nana, Leon, Rion, Sandy, dan Taufik dihukum membersihkan lapangan basket selama seminggu. Tentu saja membuat Sandy menggerutu karena dia tak ada niatan sama sekali untuk ikut dalam huru hara tersebut.Tapi Nana tak peduli dengan hukumannya, bahkan dia terlihat seperti zombie dalam setiap aktivitasnya. Kalimat yang dilontarkan Sandy hari itu membuat Nana tak semangat, bahkan mengabaikan permintaan Marina untuk di rias kembali di hari ulang tahunnya.Rion semakin pusing, karena Nana tak sesemangat hari biasa ketika bercerita. semuanya hanya ditanggapi dengan 3 kata, ya, tidak, mungkin, hanya kata itu, selebihnya dia memilih menelungkupkan kepalanya selama waktu istirahat.Sepulang sekolah dan melakukan beberapa pemotretan, dikamar si kembar, Rion sedang berbaring di atas ranjang sementara Leon sedang asyik dengan laptopnya. Nana sendiri memilih berbaring di samping Rion untuk beristirahat