Share

6

"Kerja? Apaan?" Nana ragu. Terlalu banyak cerita kejahatan yang dia baca yang menyangkut tentang penawaran kerja pada awalnya, namun merugikan di akhir.

"Model?"

"Model apa? Jangan yang aneh-aneh ya, aku gak suka yang aneh." Nana cukup menyukai Rion, tapi tawaran menjadi model cukup meragukan mengingat terlalu banyak hal buruk yang terjadi dalam dunia permodelan yang selama ini dia ketahui melalui publik.

"Gak kok. Model biasa aja, pose depen kamera, cekrek, udah,  gitu doang."

*

Nana menyetujui tawaran Rion, dan disinilah dia sekarang, menunggu di ruang tamu setelah disapa oleh saudara perempuan si kembar. 

Dan Rion serta Leon muncul bersamaan. tanpa kacamata yang bertengger di wajahnya, membuat keduanya terlihat bak pinang di belah dua, tak ada beda sama sekali.

"Cara kerja dan honornya akan dijelasin ama kakak aku yah Na." Ucap Rion kemudian menyerahkan sebuah map berisi beberapa lembar kertas yang sudah di ketik rapih.

"Honor yang kamu dapat akan diberikan sesuai banyaknya permintaan untuk iklan, untuk sementara, mungkin akan mengambil beberapa take, lihat bagaimana atasan kami, suka atau tidak."

"Emang ini jadi model apa sih?" Nana masih belum menaruh kepercayaan penuh pada kedua laki-laki yang kini sedang berdiskusi dengannya tersebut.

"Ya apa aja sih Na, tergantung tawaran." Kali ini, Rion yang menjawab pertanyaan Nana.

"Tapi aku ubah yah isi kontraknya. Sebelum setuju, aku harus tau dulu Jenis fotonya gimana, sebelum deal."

Rion dan Leon berbisik seperti biasa, ada beberapa waktu dimana keduanya seperti tidak setuju, namun setelah beradu argumen, akhirnya mereka terlihat mendapatkan kesepakatan.

"Ya sudah, kalau untuk foto pasangan, kau gak akan nolak kalau sama Rion kan?"

"Pasangan?"

"Yang itu nanti saja. Len..." di detik berikutnya, Rion dan Leon kembali berbisik dan kembali berargumen.

"Kalau bareng Rion, gak apa deh. Asal gak terlalu vulgar aja." Suara Nana membuat keduanya berbalik dan berhenti berargumen. Leon bersorak, sementara Rion memukul wajahya pelan.

Dia sudah kesulitan untuk membuat jarak agar hatinya tetap kukuh tanpamembuatnya semakin menyukai Nana. Karena sejak awal, tingkah yang selalu Nana bawakan semakin membuatnya menyukai gadis yang ada di hadapannya tersebut. Dan berfoto sebagai pasangan akan menghancurkan dinding pembatas yang selama ini selalu dia bangun dan semakin diperkuatnya.

Setelah mendiskusikan beberapa hal, akhirnya mereka setuju untuk mengambil waktu di hari sabtu dan minggu setelah kegiatan sekolah, dan hanya mengambil beberapa foto sebagai pemula. Terkadang, Rion ikut berfoto bersama sebagai pasangan ataupun saudara.

"Na, mau lihat Sandy terpukau sama kamu gak?" Tanya Rion di tengah istirahat kedua mereka. 

Sudah beberapa bulan berlalu sejak mereka menyetujui untuk ikut menjadi model keduanya, dan itu benar-benar membuat Nana semakin dekat dengan si kembar, terutama Rion.

"Emang bisa?" Nana meragukan pertanyaan Rion. Karena kenyataannya, dia sudah mencoba berbagai macam cara untuk mendapatkan hati pangerannya itu sejak JHS, tapi dia tak pernah berhasil, ditolak tidak, diterima pun tidak.

Nana menggunakan buku tulis untuk mengipas wajahnya yang cukup berkeringat, siang itu benar-benar panas sehingga beberapa teman - temannya membuka pakaiannya meninggalkan baju kaos yang menjadi andalan anak laki-laki.

"Ya bisa dong, kamu raguin kehebatanku dalam seni dan kemampuan hitung kakakku?" Rion membanggakan dirinya dan saudara kembarnya tersebut.

"Kalian kan jenius, mana mungkin aku bisa ragukan?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status