Share

6 judul Meraih kesempatan

Bab 6

Toni merasa dunianya kiamat!

Chelsy adalah bos yang menyenangkan tetapi sangat tegas kalau masalah pekerjaan.

Ia takut kalau Chelsy sudah melayangkan pandangan seperti itu kearahnya. Cepat-cepat, ia melanjutkan kata-katanya.

“Mr. Columbus berkata, ia tidak tertarik dengan perusahaan yang tidak menghargainya. Aku sudah berusaha menjelaskan kesibukan yang tidak bisa kau tinggalkan, tapi semuanya ditolak dan di-cut sebelum aku bisa menjelaskan lagi.“

Chelsy memanggil Reka dan menyuruhnya menghubungi Perusahaan Columbus untuk membuat janji temu.

Chelsy menunggu berita dari Reka dengan cemas. 

Reka masuk ke dalam ruangan Chelsy dengan tatapan cemas.

"Sekretarisnya mengatakan jadwal pertemuan Mr. Columbus penuh sampai minggu ini dan setelahnya, beliau akan kembali ke Inggris.“

Chelsy mengumpat dengan kesal. Dia mengusap-usap keningnya dengan cemas. Ia berpikir sejenak lalu meminta Reka untuk menghubungi ulang dan akan berbicara langsung di telepon.

“Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, Bu Chelsy, saat ini Mr. Columbus tidak bisa menerima panggilan masuk. Beliau sedang mengadakan meeting saat ini.“

“Katakan hal ini sangat penting!“

“Tetap tidak bisa Bu. Bisakah saya mencatat pesan anda?“ tanya sekretaris Fareld dengan tegas.

“Panggilkan dia sekarang, saya memaksa dan saya yakinkan anda jika anda menunda-nunda menyerahkan telepon saya, anda  akan mengalami kesulitan, coba saja!“

“Tapi, Bu …“

“Tanyakan padanya sekarang dan saya yang akan bertanggung jawab kalau bosmu sampai marah sama kamu!“ kata Chelsy tidak mau mengalah.

Akhirnya sekretaris Fareld menuruti permintaan Chelsy dengan ragu.

Ia mendengar ketegasan dan keyakinan dalam kata-kata Chelsy bahwa bosnya akan bersedia diganggu meskipun sedang meeting penting seperti ini. 

Dia akan berkata dengan sinis kalau sampai bosnya tidak mau menerima panggilan telepon dari Chelsy Oliver!

Diana mendengus kesal sambil mengetuk pelan pintu ruangan meeting.

Fareld jelas terlihat tidak senang diganggu saat ia sedang membahas sesuatu apalagi bayangan Chelsy terus menerus mengganggu benaknya, padahal dia sedang membicarakan materi bisnis yang penting saat ini. 

Diana bisa melihat dengan jelas raut wajah bosnya yang sama sekali tidak senang dengan kehadirannya. Ingin ia langsung ke luar ruangan tanpa berkata apapun tapi hal itu akan membuatnya disalahkan dan dia tidak mau hal itu sampai terjadi padanya.

Dengan tubuh yang agak gemetar, ia menyerahkan kertas memo ke hadapan Mr. Columbus.   

Fareld menatap tajam kearah Diana sebelum melihat isi memo yang diserahkannya.     

Diana sudah bisa menarik napas lega karena melihat perubahan raut wajah bosnya itu.

Tubuh bosnya yang tegang dan terlihat garang mendadak menjadi santai dan raut wajahnya kembali tenang.

Matanya berbinar! Jelas-jelas Ibu 

Chelsy memiliki pengaruh yang cukup besar untuk bosnya itu!

Untung saja, ia menyampaikan pesannya! kata Diana dalam hati sambil menghela napas lega. 

Fareld tersenyum dan menjentikkan jemarinya dengan dengan penuh kemenangan! 

Perubahan sikap bosnya itu seketika mengubah ruangan yang tegang itu langsung menjadi damai.

“Mintalah nomor yang bisa di hubungi. Aku akan menghubunginya nanti,“ kata Fareld dengan tenang. 

“Tapi dia berkeras agar anda sendiri yang memberi jawabannya. Tapi saya akan memastikan…,“ ucap Diana dengan ragu.

Fareld tersenyum penuh kharisma mendengar pernyataan sekretaris barunya itu.

“Katakan, aku pasti akan menghubunginya. Pasti!“

Ia menggerakkan tangannya menyuruh Diana keluar dan melanjutkan meetingnya lagi setelah pintu ditutup.

Chelsy kecewa mendengar Fareld tetap tidak bisa diganggu lalu ia memberikan nomor telepon kantornya, tapi mengingat ia tidak tahu kapan Fareld akan menghubunginya, ia menambahkan nomor handphonenya dan apartementnya.

Dia memastikan tidak ada kesalahan dalam pencatatan nomor-nomor yang dia sebutkan.

Ia lega setelah memastikan hal itu. “Dia berjanji akan menghubungi kita. Bagaimana menurutmu?“ tanya Chelsy kepada Dantoni.

“Artinya dia sudah dalam genggaman kita!“ kata Dantoni dengan senang. 

Chelsy tersenyum sambil mengerling ke arah Toni, membenarkan hal itu. 

Tapi kecemasan kembali datang melandanya ketika sampai sore Fareld masih belum menghubunginya.

Ia menghela napas kesal dan memutuskan untuk pulang. 

Thomas datang, memberi kejutan dengan membawakannya bunga dan sekotak coklat kesukaannya. 

Chelsy hanya menarik senyumnya sedikit saat melihat kehadiran Thomas di apartementnya.

“Bukan kejutan yang menyenangkan?“ tanya Thomas menebak raut wajah Chelsy.

“Yah.“ jawab Chelsy dengan jujur.

“Apa kau mengharapkan kedatangan orang lain?“ tanya Thomas merasa tidak senang.

“Lebih tepatnya, telepon dari seseorang,“ kata Chelsy menegaskan sebelum menarik tangan Thomas.

“Aku akan merasa lega, kalau dia sudah menghubungiku!“ erangnya dengan frustrasi.

Thomas meraih tubuh Chelsy dan menenangkannya. “Klien yang sulit?“

“Begitulah,“ jawabnya sambil menghela napas berat.

Thomas menenangkan Chelsy dengan ciumannya. 

Tubuh Chelsy terasa lebih santai dan bisa melupakan kegelisahannya sejenak. Dia menikmati sentuhan Thomas dan ia sangat menyukainya. 

Thomas memanjakannya dengan memijat tubuh Chelsy agar dia bisa lebih santai dan menyukai kehadirannya. Dan dia tahu, dia telah berhasil membuat Chelsy melupakan masalah perusahaannya saat ini dan menikmati kebersamaan mereka! 

Chelsy menikmati pijatannya dan sentuhan curi-curinya Thomas. Ia tergelak karenanya lalu menarik Thomas ke dalam pelukannya. 

Thomas bersiap mencumbu Chelsy.

Bersamaan dengan itu, teleponnya berbunyi! 

Chelsy mengerjap sebentar, lalu dengan cepat langsung berlari untuk menyambut teleponnya. “Halo!“ sapanya dengan cepat.

“Kau habis berlari?“ tanya Fareld dengan lembut.

“Yah, benar! Untuk menyambut teleponmu,“ kata Chelsy dengan cepat.

“Apa kau menantikannya?“ goda Fareld.

“Jujur?“ balas Chelsy.

Fareld tertawa renyah.

“Tidak juga sih,“ jawab Chelsy menahan diri.

“Kalau begitu aku akan menutup teleponnya.“

Chelsy terkesima sekejap. “Fareld!“ pekiknya cepat.

Fareld kembali tertawa. Dia suka Chelsy menantikan teleponnya meskipun ia tahu bahwa uang-nyalah yang membuat Chelsy menantikan teleponnya. Fareld hanya bisa tersenyum kecut karenanya.

Chelsy kaget ketika Thomas tiba-tiba menciumi tubuhnya. Tanpa sadar ia mengerang karena menikmati sentuhan Thomas padanya dan melupakan kalau Fareld yang sedang meneleponnya saat ini.

“Chelsy kau…!“ Fareld benar-benar merasa kesal.

Ia tahu pasti, ada orang lain yang sedang bersama Chelsy saat ini dan dia sangat tidak senang karenanya!

Chelsy menyadari kelalaiannya lalu menepuk dan melotot kearah Thomas. 

 

Thomas tertawa tanpa suara. 

Chelsy tersenyum sambil menahan Thomas supaya berhenti menggodanya.

“Apakah kita bisa bertemu sekarang?“ tanya Fareld menahan diri.

“Sekarang?!“ sahutnya ragu-ragu sambil menatap Thomas yang memberi isyarat agar dia tidak meninggalkannya. 

 

Jangan berani-berani! Thomas memberi isyarat sambil melotot.

“Tidak apa-apa kalau kau tidak mau tapi aku tidak punya waktu lagi selain malam ini,“ sahut Fareld terdengar sangat dingin.

Chelsy tidak suka dengan perubahan suara Fareld. Ia benar-benar merinding mendengarnya!

“Baiklah, aku akan datang,“ putusnya. 

Thomas menjatuhkan diri di sofa sambil membuat pistol dari tangannya dan menembak dirinya sendiri.                                                                                                  Chelsy tertawa tanpa suara sambil berkonsentrasi mencatat alamat dan nama hotel yang diberikan Fareld kepadanya.

Fareld menutup teleponnya dengan perasaan puas. 

Thomas tidak senang mendengar keputusan Chelsy tapi saat ini Chelsy tidak menghiraukannya. 

Secepat kilat dia berpakaian lalu memoleskan make up tipis pada wajahnya. 

“Bagaimana denganku, sayang?!“ rajuk Thomas dengan frustrasi. 

“Aku harus bertemu dengannya, sekarang. Dia hanya ada waktu malam ini dan aku akan memastikan kontrak kerja itu atau aku akan menyesal selamanya.“

“Aku bisa memberimu kontrak sebanyak yang kau mau!“

“Aku akan memintanya jika aku perlu sayang, ini murni tantangan bisnis, oke!“ kata Chelsy sambil bergegas dan mencium sekilas bibir Thomas lalu mengingatkannya untuk menutup pintunya kembali ketika ia pulang nanti.

Thomas terduduk termenung dengan lemas.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status