Share

3. Membuntuti

Bunyi jam weker menggema di kamar Shesa. Tepat pukul lima pagi, suara itu membuat matanya harus terbuka. Jika saja hari ini bukan jadwalnya dia harus berangkat ke Bali mungkin dia akan terbangun pukul tujuh dan masih menyempatkan dirinya untuk menikmati secangkir kopi latte di meja makan.

Shesa harus bergegas, dia harus sampai di bandara pukul sembilan sedangkan situasi jalan di pagi hari kota besar ini begitu padat merayap, belum lagi Shesa harus menunggu orang bengkel untuk mengambil kunci di apartemennya, agar bisa membawa mobilnya ke bengkel.

"Mas nya dimana? Atau gini aja deh, saya taruh kunci mobil di lobby apartemen ya ... nanti Mas bilang aja sama resepsionisnya, atas nama saya," ujar Shesa pada orang bengkel di seberang sana.

Terburu-buru Shesa masuk ke dalam taksi yang akan mengantarkan dia ke bandara pagi ini. Jika saja urusan mobil bisa dia selesaikan semalam mungmjn dia tidak akan telat untuk urusan kunvu saja.

Shesa sudah melewati pintu pemeriksaan lalu dia menghubungi Reta jika dia sudah berada di bandara dan akan menuju ke pesawat. Dengan berlari kecil akhirnya dia sudah berada di antara para penumpang yang akan memasuki pesawat.

"Sha," panggil Reta.

"Hai ... sorry telat, aku ada urusan mendadak tadi," ujar Shesa mendatangi Reta.

"Sha, duduk di sana ya ... aku ada beberapa hal yang harus di bahas dengan Pak Robby, untuk meeting sore nanti," ujar Reta. 

"Oh, ok ... di sana ya," ujar Shesa menunjuk tempat duduk yang sudah berisi seseorang di sana.

"Terimakasih," ujar Shesa pada salah satu pramugari yang membantunya meletakkan travel bag ke dalam kabin.

"Maaf, saya bisa duduk di sebelah jendela?" tanya Shesa pada lelaki yang sedang menunduk membaca sebuah majalah lalu menengadahkan kepalanya "Kamu?"

"Kamu?" pertanyaan yang sama yang di lontarkan oleh lelaki itu.

Shesa menoleh ke arah Reta sayangnya wanita itu sedang sibuk membahas sesuatu. Lalu kemudian dia menjatuhkan kembali pandangannya pada lelaki yang duduk di sebelahnya.

"Kalo mau duduk ya duduk aja, apa mau di pangku?" Lelaki itu kembali membaca majalahnya.

"Kalo di dekat jendela boleh?" tanya Shesa.

"Oh, silahkan ... mau di luar jendela juga gak apa-apa sih," ujar lelaki itu asal.

"Ish." Shesa seakan memipihkan tubuhnya melewati lelaki itu.

Shesa meraih laptopnya, dia kembali sibuk membuka email yang berisi beberapa file untuk pembahasan meeting tiga hari ini di Bali. Kenapa harus di Bali? Kabarnya keluarga besar pemilik perusahaan ini tinggal di Bali, setelah meeting usai, pemilik perusahaan akan mengadakan acara di sana.

"Pemilihan bahan yang baik itu di lihat dari teksturnya," ujar lelaki itu lagi.

"Hah?"

"Itu, kata-kata kamu kurang pas kalo seperti itu," ujarnya menunjuk sepenggalan kata dari isi pembahasan meeting.

"Sok tau," ujar Shesa menutup laptopnya.

"Maaf, Ibu bisa di pasang safety belt nya, kita sebentar lagi akan take off," ujar salah satu pramugari yang menghampiri.

"Mau aku pasangin?" bisik lelaki itu mengedikkan alis matanya.

Shesa berdecik dan menggeleng, dia seperti duduk bersebelahan dengan lelaki yang selalu suka tebar pesona. Tebar pesona? Shesa tersenyum samar.

Penerbangan menuju Bali dengan memakan waktu tempuh selama dua jam itu akhirnya sampai di tujuan. Shesa mengemasi barang-barangnya saat semua penumpang satu per satu  mulai turun.

"Sha ...," panggil Reta. "Kita di mobil itu," ujar Reta menunjuk sebuah minibus berhenti di depan mereka.

Shesa mengikuti arahan Reta, mereka menaiki mobil menuju salah satu hotel bintang lima. Sesampai di lobby hotel betapa terkejutnya Shesa ketika matanya beradu pandang dengan lelaki yang dua hari ini seperti membuntutinya.

"Ayo, Sha."

Pintu lift itu berhenti di lantai lima, sebuah kamar dengan dua tempat tidur dan fasilitas yang mengesankan untuk staf kantor seperti mereka.

"Setelah ini kita istirahat sebentar lalu turun ke bawah langsung meeting, Sha."

"Perusahaan sering ngadain meeting di luar kota ya, Ya? dengan fasilitas seperti ini?" 

"Sebenarnya gak sih, ini karena kebetulan ada acara keluarga Atmaja makanya beberapa staf terpilih di kirim kesini termasuk kita dari divisi Humas."

"Acara apa?"

"Kurang tau juga aku," kata Reta lalu masuk ke dalam kamar mandi.

"Ta, setelah makan siang kan meeting nya?" seru Shesa.

"Iya," jawab Reta dari kamar mandi.

Shesa membuka jendela kamarnya yang langsung ke balkon menyajikan hamparan laut lepas di depan sana. Sudah tiga bulan ini dia tak menginjakkan kaki ke Bali.

Rindu liburan gumamnya dalam hati.

Pukul dua siang, Shesa sudah memasuki ruang meeting ya g di sediakan oleh hotel. Pantas saja perusahaan mengadakan meeting di luar kota dan di hotel, peserta yang mengikuti hotel pun dari cabang-cabanh perusahaan di berbagai kota.

Shesa duduk di barisan meja kursi nomer dua dari depan, matanya masih fokus pada laptop, mendengarkan beberapa pemimpin rapat menyampaikan perkembangan perusahaan dalam satu tahun ini.

Dan betapa terkejutnya Shesa ketika matanya bersitatap dengan lelaki yang beberapa hari ini seperti membuntutinya. Ah, membuntutinya? Tapi kenapa dia ada di atas podium?

"Perkenalkan saya Alvin Atmaja, pewaris nomer dua perusahaan ini, senang bisa bertemu dengan petinggi perusahaan beserta staf terpilih yang mengikuti acara ini."

"Ta, aku permisi sebentar ke toilet ya."

"Oke ... eh Sha, udah di kirim file nya ke Pak Robby? Setelah ini Pak Robby yang akan presentasi."

"Udah, itu udah beres ada beberapa yang aku revisi untuk kata-katanya." Reta mengangguk tanda mengerti. "Aku keluar sebentar ya, lagian kayaknya masih lama yang di podium memperkenalkan diri," ujar Shesa tersenyum.

Shesa merapikan kembali penampilannya, wanita itu hanya menggunakan celana bahan bermodel pensil dan kemeja press body berwarna maroon serta stiletto setinggi tujuh centimeter menambah keanggunan wanita berambut hitam legam yang terurai sebahu itu.

"Kayaknya gak betah banget ada di dalam ya," ujar suara itu mengagetkannya saat keluar dari dalam toilet.

"Astagaaa." Shesa menepuk dadanya. "Ngagetin banget sih," ujar Shesa kesal lalu melangkah mendahului Alvin.

"Mau kemana?" tanya Alvin masih berdiri di ambang pintu toilet 

"Ya ke dalem lah, masa di sini ... meeting nya kan di sana bukan di sini," ujar Shesa membenarkan tali name tag yang melingkar di lehernya.

Alvin mendekat, lalu meraih name tag itu.

"Shesa ... divisi PR, lumayan namanya." 

"Ya iyalah." Shesa menatap jengah. "Daripada Alvin ... kayak naman film kartun favorit aku," ujar Shesa terkekeh lalu melanjutkan langkahnya.

"Apa?" Alvin mengikutinya dari belakang.

Shesa berhenti lalu memutar tubuhnya, "Alvin and the chipmunk setiap hari jam sembilan malam channel Disney Junior, tonton deh lucu dan ... menyebalkan kayak kamu." 

Wanita itu melangkah memasuki ruangan meeting meninggalkan Alvin yang berdiri terpaku dengan satu tangan berada di kantung celananya, dan menyisakan sedikit senyum.

Comments (18)
goodnovel comment avatar
zaza zaza
anak bigbis loh sha
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
keren bngt
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
Bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status