Share

2

“Uuh ….” Aku mengerang kesakitan. Kepalaku terasa sangat pening sekali. Ketika mata telah mampu terbuka sepenuhnya, tampak mentari pagi telah menyingsing lewat jendela kamar yang disibak gordennya.

              Aku kaget. Kupaksakan diri untuk bangun. Ketika kulihat jam waker di nakas, sudah pukul 10.00 pagi. Astaga!

              “Ya Allah! Sakit.” Kumengaduh sakit. Nyeri sekali kepala kiri dan kananku. Dunia seperti oleng. Tubuhku seakan tengah berada di atas kapal yang diterjang oleh ombak.

              “Aku nggak pernah bangun sesiang ini,” gumamku. “Apalagi sepusing sekarang. Apa jangan-jangan ….”

              Aku mulai menaruh curiga. Tadi malam, aku hanya makan gule kepala ikan, sambal terasi, tempe goreng, dan nasi panas. Tidak makan yang aneh-aneh. Kenapa kepalaku bisa sesakit ini? Pun, aku tak memiliki riwayat penyakit seperti tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol yang melampaui batas normal. Mengapa aku tiba-tiba sakit kepala hebat begini setelah bangun tidur? Apa karena terlalu lama tidur?

              Diriku tiba-tiba teringat tentang jamu yang diberikan oleh Lia. Ya, jamu yang dia bilang berkhasiat untuk menyuburkan kandungan. Setelah menenggak habis satu botol jamu tersebut, aku memang langsung mengantuk hebat. Tak hanya itu, tubuhku jadi sulit sekali buat dikontrol. Inginku rebah dan terlelap.

              Di tengah sakitnya kepala, aku pun mengingat-ingat kembali runtutan kejadian tadi malam. Setelah terlelap tidur, rasa-rasanya aku mendengarkan sebuah suara. Ya, suara desah perempuan. Suara aneh yang membuat sekujur tubuhku merinding hebat. Seingatku, Mas Bayu juga tak berada di sampingku tadi malam.

              Bergegas aku turun dari ranjang. Sambil menahan sakit kepala dan perasaan oyong, aku menyusuri dinding. Berjalan sambil berpegangan seperti anak kecil yang baru belajar merambar.

              Seketika, cemas dan curigaku mencelat. Muncul spekulasi buruk di kepala. Namun, nuraniku tiba-tiba saja menyangkal.

              Mana mungkin Mas Bayu melakukan tindakan asusila pada adik kandungnya sendiri? Tidak, itu mustahil! Suamiku bukan orang gila. Aku juga mengenalnya bukan baru-baru ini. Dia adalah bosku di perusahaan meubel asal Amerika. Kedudukannya sebagai sales manager. Sedang aku bertugas sebagai sales promotion girl. Dia seringkali mendatangi kami di mal tempatku bekerja untuk memberikan wejangan mengenai penjualan barang. Dia juga yang dulunya menjadi salah satu tim pelatih ketika kami baru masuk bekerja.

 Mas Bayu sudah dikenal memiliki reputasi yang baik. Dua tahun bekerja di perusahaan yang sama, cukup meyakinkanku bahwa pria 32 tahun itu bukanlah pria hidung belang atau bajingan. Jangankan ‘main’ dengan adik kandung, dekat-dekat dengan cewek saja setahuku dia pemalu. Dulu, yang memancing agar menikah itu aku malahan. Aku yang menebalkan muka memberikan kode bahwa aku senang sekaligus ingin menjadikannya suami. Tak mungkin, kan, jika yang tadi malam kudengar itu adalah desahan dari bibir Lia yang sedang dipuaskan oleh kakaknya sendiri? Gila! Itu mustahil.

Saat kubuka pintu kamar, suasana rumah terasa lengang. Aku heran. Ke mana Lia? Kalau Mas Bayu, jam segini dia memang sudah berangkat ke kantor. Maklum saja, ini hari Senin.

              Kutoleh kamar sebelah yang dindingnya bersatu dengan dinding kamarku tersebut. Jantungku langsung berdegup sangat kencang. Kakiku terasa agak sungkan saat hendak melangkah semakin maju ke depan pintu yang tampak tertutup rapat tersebut. Akan tetapi, rasa penasaranku begitu besar. Aku ingin memeriksa kondisi kamar yang ditempati Lia. Apakah menunjukkan tanda-tanda bahwa habis terjadi ‘pertempuran’ atau tidak.

              Tanganku sedikit gemetar tatkala menyentuh kenop. Dengan mengumpulkan segala keberanian, kubuka kenop pintu dan … mataku membeliak besar! Astaga!

              “Lia!” jeritku memanggil nama gadis itu.

              Perempuan yang terlelap di atas ranjang dengan gaun tidur seksi berwarna putih. Gaun yang memiliki panjang hanya sepaha dan lengan terbuka itu menampakkan tiap inci lekukan tubuhnya. Gadis 20 tahu yang belum punya suami sepertinya, kurasa belum cocok mengenakan gaun seterbuka itu, meskipun hanya untuk tidur sendirian!

              Lia yang mencepol rambut panjangnya ke atas itu tampak mengulet di atas ranjang. Aku meringsek maju dengan degupan kencang di jantung. Pikiran negatifku makin menjadi-jadi saja setelah melihat kondisi anak itu. Ya Allah, apa mungkin?

              “Mbak Risti?” lirih Lia seraya bangun dari rebahnya.

              “Mana Mas Bayu?!” pekikku dengan amarah yang serasa memuncak.

              “Mas Bayu?” Lia mengulang pertanyaanku. Matanya menyipit. Gadis itu lalu merentangkan kedua tangannya ke atas dan menguap sebesar-besarnya. “Mana aku tahu!”

              Ucapan Lia entah mengapa tak bisa kupercaya. Sumpah, mulai detik ini, aku sangat menaruh curiga kepadanya. Mataku pun langsung terlempar ke tengah-tengah sprei. Kudekati, lalu kuraba-raba. Tak tampak ada bekas cairan yang mencurigakan.

              “Apa, sih, Mbak?!” Lia bertanya dengan nada ketus. Dia lalu turun dari ranjang dan lekas menyibak gorden kamarnya. “Mbak Risti lagian kenapa masuk-masuk kamarku segala? Nggak ketuk pintu pula!”

              Hatiku mendidih. Bisa-bisanya dia marah! Helo, aku nyonya di sini! Kenapa dia yang mengaturku?

              “Seharusnya, kamu yang kunci pintu! Ini, kamu ngapain pakai baju model begini?” Kutuding wajah Lia. Yang membuatku agak kaget adalah pulasan lipstik yang masih terlihat menempel meski tak terlalu terang di bibir penuhnya. Ngapain tidur pakai lipstik?

              “Ya, suka-sukakulah! Kenapa Mbak ngatur-ngatur?” Lia keki. Gadis yang tinggi tubuhnya sama denganku tersebut kini berkacak pinggang.

              Dasar mataku, malah tak sengaja fokus ke leher Lia. Leher jenjang berwarna putih itu … di sebelah kiri. Lihatlah! Astaga. Ada tanda merah di sana. Ya Allah!

              “Lia, apa ini? Lehermu kenapa?!”

Gadis itu terdiam. Dia lantas menurunkan kedua tangannya dari pinggang dan meraba bagian yang kutunjuk. Dia pasti tak bisa lagi mengelak!

(Bersambung)

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Senja jingga
seru seru banget curiga lia bukan adiknya
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
iya iya iya jaya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status