Share

Ponsel Baru

“Ini ponsel kamu?”

Dante membeliakkan mata terkejut dengan benda pipih yang ditemukannya berdering nyaring dari tas Adriana tersebut. Itu adalah ponsel murah dan kondisinya sudah memprihatinkan. Bagian sudut-sudutnya mengelupas dan bahkan terdapat beberapa retakan di layar.

Berpikir cepat, Adriana segera menjawab, “I-itu … iya, ponsel seadanya di rumah. A-aku … belum sempat beli lagi,” jawabnya tergagap dengan debaran jantung yang bertalu kencang. Berpura-pura menjadi orang lain ternyata memang sungguh melelahkan. Setiap saat ia harus bergumul dengan risiko akan ketahuan! Ya ampun! Rasanya ia terus mendapatkan shock terapy setiap hari. Dan itu terjadi berkali-kali!

Dante melempar tatapan iba lantas segera menggamit lengan gadis itu. Bahkan, ia setengah menyeretnya menuju ke luar rumah lagi.

“He-heiii! Mau ke mana kita?” tanya Adriana ketika ia mendapati mereka terus berjalan ke arah garasi mobil. Garasi di sayap kiri rumah itu begitu besar dengan tak kurang ada empat mobil di sana. Ada juga dua buah motor gede yang Adriana sering lihat dipakai oleh para penguasa jalanan dengan iring-iringan polisi yang mengawal.

Oke, bagi Adriana yang di dalam keluarganya hanya memiliki sebuah motor hasil kredit ayahnya, pemandangan itu cukup mengejutkan. Betapa ada dua orang yang begitu berlainan kondisi ekonominya bisa menjadi sepasang kekasih meskipun dalam koridor ‘pura-pura’.

“Beli ponsel!” jawab Dante pendek. Ia sudah mendahului masuk ke dalam sebuah mobil SUV silver dan membukakan pintu di sebelah pengemudi untuk Adriana.

Ragu-ragu, Adriana akhirnya masuk dan berdoa dalam hati kali ini ia tak akan membuat masalah yang lain lagi. Sudah untung Dante tak curiga soal ponsel buruknya tadi. Ia pun merutuki kenekatannya untuk menyanggupi perintah dari Nyonya Wanda kemarin.

Memang sih, wanita itu sudah membekalinya dengan banyak pakaian yang katanya sudah sesuai dengan penampilan Zoya biasanya. Tapi please, berpakaian bak model tidak lantas menjadikanmu juga mendadak jadi model, kan?

“Kulihat seleramu tidak seperti biasanya, Zoya,” komentar Dante saat keluar dari sebuah toko ponsel yang besar. Ya, Adriana tak mau menerima ponsel yang dipilihkan oleh Dante. Dan bahkan saat pria itu menawari untuk membeli yang sama persis dengan kepunyaan sebelumnya yang hilang, gadis itu menggeleng kuat-kuat.

“Jangan, aku udah bosan, Mau model lain aja,” katanya cepat seraya menunjuk model sembarang yang ternyata kata Dante jauh di bawah ponselnya yang biasa. Mana ia tahu Zoya yang asli pakainya ponsel model apa!

“Lihat, cara berpakaianmu juga banyak berbeda. Aku bahkan hampir tak mengenalimu saat pertama bertemu kemarin. Kamu … sedang melakukan penyamaran atau apa?” selidik Dante lagi.

“Eeumm … iya, aku … ingin istirahat dulu dari dunia model. Kalau tidak menyamar begini akan banyak orang mengenaliku di jalanan dan membuatku repot,” jawabnya persis seperti yang diajarkan oleh Nyinya Wanda bila Dante sampai mempertanyakan hal tersebut.

“Ah, begitu. Kau tahu, Sayang, sebaiknya kamu memang berhenti saja dari dunia itu. Aku bisa membiayai hidupmu. Bahkan, kalau mau, kamu bisa menjadi asistenku saja di kantor.” Dante berkata dengan maksud memberi solusi.

“Biarkan aku istirahat dulu, ya. Rasanya aku belum terlalu siap untuk bekerja. Apalagi … belum ada pengalaman di kantor, apa aku bisa?” Segera Adriana berdalih karena ia terkejut akan mendadak didapuk menjadi asisten direktur sebuah perusahaan sebesar DANUAJI Group. Bagaimana kalau ia melakukan banyak kesalahan fatal yang akan membuat kedoknya terbongkar dan bahkan berisiko mengacaukan perusahaan? Bisa celaka!

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status