“Bara? Lu tinggalin aja selingkuhan elu, ” kata Siska dengan lirih sambil melihat-lihat ke belakang. Bara kaget mendengar suara itu. Ia menyimpan ponsel di sakunya dengan cepat. Sementara di sampingnya sudah ada Siska. Mereka berdua berada di halaman rumah sore ini. “kenapa juga gue harus tinggalin Arum. Orang gue cinta sama dia,” kata Bara dengan santainya. “Tapi lu nggak kasian sama Bella. Menurut gue Bella itu udah jadi istri sempurna buat Lo. Dia cantik, pinter, Solehah..kenapa sih lu harus selingkuh?” tanya Siska dengan kesal. “Mungkin lu udah tau jawabannya .karena lu kan juga selingkuh,” ucap Bara menyindir adiknya. “Ya emang gue selingkuh. Tapi kan gue serius dan gue tau apa yang harus gue pilih. Gue akan cerai sama Broto dan gue akan nikah sama Doni. Sementara lu udah nggak tau arah. Lu selingkuh tapi lu nggak bisa cerai sama Bella. Gimana sih,?” sang adik menyindir dengan keras. “Gue tahu kok, jalan yang harus gue pilih. Gue bakal nikahin Arum dan gua n
“Kenapa Siska berani berselingkuh seperti itu Ya Allah, mama sangat kecewa sama dia. Mama benci sama Siska, Bel,” gerutu mama dengan wajah sedih. Aku menghembuskan nafas dengan sabar. “Mama, harus menerima takdir ini, Ma. Ini semua sudah terjadi. Jadi kita hanya bisa berdoa saja yang terbaik untuk Siska,” usulku kepada mama. “Bagaimana mama bisa menerima? Mama sangat menyayangi Broto dan juga cucu kesayangan mama satu-satunya yaitu Bagas. Bagaimana kalau mama tidak lagi bertemu Broto dan Bagas? Ya Allah, mama sakit sekali,” keluh mama dengan memegangi dadanya. “Mama sebaiknya istirahat ya, ma. Nanti Bella buatin mama bubur ayam tanpa kacang. Mama suka kan?”ucapku dengan lembut. Mama menggeleng dengan wajah sedih. “bagaimana mama bisa makan kalau hati mama kaya gini, Bella?” omel mama di depan wajahku. “Ya sudah kalau begitu, mama pengin apa?” tanyaku dengan Sabar. “Mama mau ngomong lagi sama Siska. Mama mau minta dia jelasin semuanya. Sekarang juga,” jawab
Aku dan Mama berada di dalam mobil. Kami berdua masih menikmati pemandangan. “Jujur aja, mama masih sangat sedih sekali,” kata mama dengan menunduk. “Sabar ya, ma sabar,” ucapku dengan mengelus lengan mama. “Cuma kamu Bella yang peduli sama mama. Kamu jangan sampai bercerai ya dengan Bara,” bisik mama sambil tangannya menggenggam tanganku dengan erat. Ada rasa perih yang menyelimuti dada namun aku harus selalu memberikan yang terbaik untuk mama mertuaku. “Iya, ma insyaallah rumah tangga aku dan Mas Bara tidak akan bercerai,” jawabku dengan lembut. Berkali-kali mama menginginkan agar rumah tangga aku dan Mas Bara tetap baik-baik saja. Mama juga sering menasehatimu tentang sabarnya menjadi seorang istri. Aku tidak mungkin durhaka dengan mama mertua. Aku hanya bisa berusaha untuk membuat mama tetap tersenyum. Mama benar, hanya aku yang selalu bisa ada di sisinya. Siska anak kedua mama sudah pasti akan menikah dan tinggal di luar negeri. Otomatis aku harus selalu b
BAB 33 Dokter sudah mengecek keadaan mama. Dokter pun sudah menuliskan resep. Kini wajahku sedih melihat mama yang terdiam dengan wajah bingung. “Sabar ma, aku pasti akan membantu mama jika mama perlu apapun,” ucapku dengan tidak enak hati melihat mama. “Kenapa bisa seperti ini, Ya Allah? Kenapa dengan kedua kaki mama?” Keluh mama dengan meringis sedih. Aku segera menepuk-nepuk punggung nya dengan lembut. “Sabar, ya ma. Pasti bisa sembuh kok, ma,” kataku dengan yakin. “Mama kalau seperti ini nggak bisa ngapa-ngapain, Bella. Ya Allah? Kenapa mama harus kena struk seperti ini?” mama menangis dengan tersedu-sedu. Aku segera memeluknya dengan erat. Mas Bara juga segera memeluk mama. “Sst, mama nggak usah khawatir ya ma, kan ada Bella yang jagain mama. Mama tenang aja ma,” kata Mas Bara dengan mengelus lengan mama. “Ya Allah kuatkan lah aku untuk terus bisa merawat mama dengan ikhlas,” ucapku di dalam hati. “Ini semua gara-gara Siska. Dia yang sudah membuat ma
“Ya, sebenarnya mama juga lebih setuju jika hak asing Bagas jatuh di tangan kamu, Broto. Lagi pula melihat Siska yang selingkuh kaya gitu. Mama juga nggak yakin dia bisa jagain Bagas,” kata Mama dengan wajah sedih. Broto menghembuskan nafas panjang. “Doain ya, ma supaya Broto bisa memang nanti di persidangan,” ucap Broto laki laki agamis itu dengan penuh harap. “Iya, mama selalu doain yang terbaik . Tapi jangan sampai kamu dan Siska menjadi bertengkar dan akhirnya berdampak dengan kesehatan psikis dan mental Bagas. Kamu tahu kan? Bagas sekarang sudah di sunat dan dia sudah bukan anak kecil lagi. Dia pasti akan tahu pada saatnya. Jadi kamu harus bisa menjaga hati Bagas,” nasihat mama kepada Broto. Aku, mama dan Broto serta Bagas berbincang di ruangan ini dengan penuh candaan. Kami semua bahagia bisa saling menyapa bersilaturahmi. Setelah satu jam penuh Broto kini berpamitan kepada mama dan juga aku. “Kalian jangan sungkan sungkan ya main ke sini lagi. Walau bagaima
Pagi hari yang masih sangat dingin. Aku bangun subuh-subuh dan melihat di sampingku sudah ada Mas Bara. Aku langsung saja bangun dan duduk di kursi meja rias sejenak. Jadi semalam aku menunggu mas bara pulang tetapi aku mengantuk. Terpaksa aku tidur di kamar ini. Sebenernya aku tidak Sudi lagi tidur di kamar ini. Karena mas bara selingkuh dari aku. “Bangun, Mas solat subuh!” ucapku dengan menggerak gerakan lengan suamiku. Meski aku jengkel karena dia selingkuh. Tetapi aku harus membangunkannya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Yaitu solat subuh. Berkali-kali aku bangunkan tetapi mas bara tetap saja mendengkur. Ia juga menyuruhku untuk ke kamar mandi saja. Ya sudahlah. Intinya aku sudah berusaha untuk membangunkan suamiku. Setelah solat subuh. Aku merias diri bersiap untuk sarapan dan nanti langsung ke rumah sakit bersama mama. “Mas, kamu kenapa pulangnya lama banget?” tanyaku melihat Mas Bara yang kini duduk di kasur sambil bermain hape. Bahkan
Alhamdulillah hari ini aku sangat bahagia karena Mirna asisten rumah tanggaku sudah bekerja kembali setelah cuti beberapa minggu. “Maaf, banget ya mbak. Mirna baru bisa kerja sekarang. Karena suami Mirna Alhamdulillah sudah sembuh. Mirna nggak enak sekali dengan Mbak Bella. Mirna cuti terlalu lama,” kata Mirna dengan suara medoknya saat itu. “Iya, nggak papa kok, Mirna. Syukurlah kalau suami kamu udah sembuh,” ucapku dengan tersenyum. “Terimakasih banyak ya, Mbak Bella,” kata perempuan berwajah bulat itu dengan sangat tulus. “Sekarang kamu jagain mama, ya. Soalnya Mbak mau pergi keluar dulu sebentar,” “Oh gitu ya, Mbak? Ya sudah Mirna jagain ibu disini,” kata Mirna dengan siap siaga. “Kalau mama nanya. Bilang aja Mbak Bella lagi pergi ke rumah temennya. Ada urusan sebentar,” ucapku kepada Mirna. Karena mama sedang tidur jadi aku tidak mau membangunkan mama. Aku berniat menuju ke rumah teman lamaku. Namanya ayu. Aku yakin dia satu satunya teman yang bisa membuat
“maksud kamu, aku bisa menjalani poligami ?” tanyaku dengan serius. “Iya kamu bisa,” kata Ayu dengan yakin. “Lagian nih ya. Kalau kamu mundur itu emang bisa buat kamu bahagia? Belum tentu kan? Kamu masih harus memulai dengan yang baru. Kalau kamu maju juga nggak ada yang salah kan? Kalau kamu maju mempertahankan rumah tangga kamu. Kamu bakalan dapat pahala yang lebih besar. Kamu merawat mama mertua dengan sabar. Kamu juga menjadi istri yang di madu. Tapi kamu tetap sabar. Ya udah sih, tujuan kita hidup di dunia ini kan untuk akhirat kelak. Bukan untuk egoisnya kita. Kalau kita egois mungkin udah dari dulu kamu cerain Bara. Tapi ini kamu mikirnya untuk kebaikan kamu di akhirat nanti. Jadi kamu nggak usah mundur,” jelas ayu dengan yakin. “Toh, kalau kamu maju Mas Bara juga masih sayang kan sama kamu. Jadi untuk apa juga kamu mundur?” Ayu seolah meyakinkan aku untuk tetap mempertahankan rumah tangga. “Makasih ya atas semua nasihat kamu, Yu. Aku akan pikir matang-matang ten