AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS? (116)Setelah turun dari taksi, Bu Hasnah buru buru masuk ke dalam gedung rumah sakit dan menuju ruangan yang dikatakan oleh Mira, yakni ruangan ICU tempat Arya sedang dirawat saat ini.Mendapati kenyataan tu, Bu Hasnah baru sadar kalau keadaan Arya sepertinya memang benar benar mengkhawatirkan.Begitu dia datang, putrinya langsung memeluknya erat-erat dan menangis."Mas Arya, Bu ... kata dokter Mas Arya terkena serangan jantung dan sekarang koma. Gimana ini, Bu? Mbak Sri mana? Apa sudah dihubungi? Mira nggak sempat tadi, Bu," ujar Mira yang tak tahu kalau di antara Sri dan Arya sedang terjadi masalah besar dan kemungkinan akan bercerai. Mendengar pertanyaan Mira tersebut, Bu Hasnah mengibaskan tangannya."Jangan sebut sebut nama perempuan itu lagi! Dia bukan kakak ipar kamu lagi! Dialah yang sudah membuat Arya jadi begini! Gara gara perempuan s*alan itu Arya jadi sedih dan akhirnya mengalami musibah ini! Dasar perempuan nggak punya perasaan! Awas saja
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (117)SESION 3Sri tersenyum saat akhirnya surat cerai dirinya dengan Arya tiba juga di tangan. Senyumnya terkembang. Akhirnya setelah drama mertua yang sempat marah dan mendatangi nya kemarin, perceraian dirinya dengan Arya berlangsung dengan lancar juga.Bukan hanya lancar tetapi akibat musibah yang dialami Arya sekarang ini, laki laki itu tak bisa lagi mendatangi dan merayunya seperti yang sebelumnya dilakukan oleh laki laki itu sehingga sidang gugatan perceraian yang ia mohonkan ke pengadilan agama pun bisa selesai juga tanpa hambatan yang berarti karena Arya tak bisa hadir ke persidangan."Hayo ... Mbak, ada apa dari tadi senyum senyum sendiri? Sudah selesai ya sidang perceraiannya? Udah terima akta cerai nya?" tanya Denny, adiknya yang baru saja masuk ke dalam kontrakan.Sri tersenyum lalu menganggukkan kepalanya."Alhamdulillah, sudah, Den. Ya, mungkin karena Mas Arya nggak bisa hadir di persidangan makanya pengadilan agama tak memerlukan waktu l
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (118)"B-bu ... ma - ma - ka-n ... "Susah payah Arya berusaha membuka mulutnya supaya sang ibu yang tengah memasak di dapur mendengar ucapannya.Arya mengulangi kembali perkataannya hingga kemudian Bu Hasnah mendengar. Diletakkannya sayur bayam yang hendak dimasak lalu mendekati putranya yang sedang berusaha bicara dengan sekuat tenaga itu."Apa, Ya? Kamu mau minta apa?" tanya Bu Hasnah dengan sabar meski sejujurnya dia merasa capek juga menghadapi Arya yang sudah tiga bulan ini dilanda sakit."Ma - ma - ka -n ...." ujar Arya sekali lagi.Bu Hasnah menghembuskan nafasnya lalu setelah itu mengusap bahu Arya."Sabar ya, Ibu sedang memasak sayur bayam kesukaan kamu. Sebentar lagi matang. Kamu duduk dulu di sini biar Ibu bisa segera menghidangkannya buat kamu ya," ujar Bu Hasnah sambil merapikan pakaian yang dikenakan Arya.Arya menganggukkan kepalanya dengan gerakan susah payah. Laki laki itu merasa sedih sebab sudah membuat ibunya repot harus mengurus di
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (119)Usai makan, mandi dan merapikan pakaiannya, Arya dan Bu Hasnah bersiap siap menyambut kedatangan Suster Hamidah yang pagi ini jadwalnya akan kembali melakukan terapi pada Arya.Tak lama dari luar rumah terdengar sapaan gadis itu sembari mengetuk pintu."Assalamualaikum ... ." "Wa'alaikum salam ...," jawab Bu Hasnah dengan gembira sembari membukakan pintu untuk gadis cantik itu."Eh, ada suster Hamidah. Ayo silahkan masuk, Sus. Udah ditungguin lho dari tadi," ucap Bu Hasnah menyambut kedatangan terapis putranya itu."Selamat pagi, Bu Hasnah ... Mas Arya. Maaf terlambat ... barusan macet di jalan. Gimana kabarnya? Udah enakan hari ini? Hari ini kita mulai lagi terapinya ya, Mas ... ""Oh ya, Bu Hasnah, obat untuk Mas Arya udah diminum? Sarapan udah? Kalau sudah, saya mau mulai terapi bicara, biar Mas Arya bisa kembali bicara dengan baik seperti dulu lagi ya, Bu?" ujar Suster Hamidah dengan nada ramah pada Bu Hasnah.Bu Hasnah menganggukkan kepalany
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (120)"Nama ... saya .... Arya ...." ucap Suster Hamidah dengan sabar, mengajari Arya untuk belajar bicara."Na - ma ... sa - ya ... Ar - Ar - ya ...," ulang Arya mengikuti kata kata Suster Hamidah yang memintanya untuk mengeja namanya.Meski susah rasanya membuka mulutnya seperti dulu, tapi berkat dukungan dan dorongan dari Suster Hamidah serta dorongan semangat dalam hatinya sendiri untuk bisa sembuh kembali, Arya pun mampu mengikuti instruksi Suster Hamidah dengan baik."Bagus Mas Arya. Kamu sudah bisa bicara dengan lebih baik dari pada kemarin. Semangat terus ya, Mas ""Sekarang coba Mas Arya angkat tangannya sambil bilang gini ... aku ingin sembuh ... aku ingin sembuh. Gitu terus coba, Mas. Saya mau dengar semangat Mas Arya untuk sembuh lagi," sambung Suster Hamidah dengan telaten.Arya pun menganggukkan kepalanya lalu kembali mencoba mengangkat tangannya ke udara sambil meneriakkan kata 'saya ingin sembuh' berulang kali hingga akhirnya Arya pun m
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (121)"Sus - sus - ter - akan - menikah?" Arya bertanya dengan suara terbata bata. Rasa kecewa yang begitu dalam, dalam hatinya membuat ingin rasanya dia menangis. Ia pun mengusap sudut matanya yang meneteskan bening walau hanya setitik.Sementara itu, mendengar pertanyaan darinya, masih dengan bibir tersenyum, Suster Hamidah menganggukkan kepalanya."Iya, Mas ... Mas Arya bisa hadir kan? Hadir ya, Mas ... untuk penyemangat saya karena dari sekian banyak pasien, cuma Mas Arya pasien saya yang dalam jangka waktu tidak terlalu lama bisa sembuh kembali setelah saya bantu terapi untuk sembuh.""Kehadiran Mas Arya sangat berarti bagi saya. Hadir ya, Mas ... saya undang langsung Mas buat hadir ...," tutur Suster Hamidah lagi dengan gembira.Namun, hati Arya yang hancur dan remuk redam membuat dia tak bisa berkata apa apa lagi dan hanya bisa tertunduk sedih dengan air mata yang tak bisa ditahan lagi, meleleh turun membasahi pipi.Hal itu membuat sontak Bu Hasn
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (122)"A - apa? Kamu semangat sembuh karena Suster?""Apa - kamu - kamu - suka - sama - Suster - Ya?" Bu Hasnah bertanya dengan suara terbata seolah tak percaya.Arya makin tergugu ditanya seperti itu. Bahunya turun naik menahan sedih yang melanda hatinya.Ekspresinya itu membuat Suster Hamidah yang sedari tadi diam saja melihat adegan di depannya, mendadak shock dan gemetaran mendapatkan situasi yang tidak dia sangka sangka terjadi di depan matanya itu.Ternyata Arya semangat untuk sembuh karena dirinya, kehadirannya, bukan karena keinginannya sendiri. Bila dia tak ada di sisi pasiennya itu, kemungkinan besar Arya akan kembali putus asa dan enggan untuk menyembuhkan dirinya kembali. Lalu apa yang harus dia lakukan karena tak mungkin juga dirinya akan membatalkan rencana pernikahan yang sudah disusun dan sudah di depan mata?Tapi kalau membiarkan Arya kembali terpuruk, dia juga tak tega. Suster Hamidah pun kebingungan sendiri."Suster, Suster Hamidah de
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (122)"Terserah Suster saja kalau begitu. Tapi saya nggak nyangka kalau Suster akan tega membiarkan anak saya sakit lagi hanya karena kecewa Suster menikah dan menghancurkan harapannya!" teriak Bu Hasnah sekali lagi."Tapi, Bu .... " Suster Hamidah menghentikan kata katanya saat tiba tiba ponselnya berdering kencang.Gadis itu pun mengangkat teleponnya dan seketika wajahnya pucat saat mendengar kabar yang baru saja disampaikan oleh seseorang di seberang telepon padanya."Apa, Bu? Mas Afandi kecelakaan dan sekarang dirawat di ICU? Kok bisa, Bu?""Baik, Bu! Secepatnya Midah ke sana ya, Bu. Assalamualaikum ... !" jawab Suster Hamidah buru buru sembari memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas sandangnya lalu setelah itu berpaling pada Bu Hasnah yang memandangnya dengan rona terkejut, tak menyangka bila calon suami suster cantik di depannya itu sepertinya baru saja mengalami kecelakaan, seperti yang tak sengaja dia dengar barusan melalui percakapan di telepo