POV RENOHari ini aku bersama papa baru saja menghadiri sidang Rini di pengadilan negeri. Begitu kasihan aku melihatnya duduk dikursi pesakitan. Seandainya dulu ia tidak hamil karena aku. Mungkin nasibnya tidak seperti ini.Aku jadi merasa bersalah kepada Rini. Bagaimana cara aku menebus kesalahanku padanya?Bagaimana cara aku membantunya? Sedangkan aku tak kuasa mengatur hukum. Mau membawakan pengacara pun ia sudah mendapat pengacara dari LBH. Paling-paling nunggu putusan hakim nanti akan. Jika memang putusannya berat buat Rini. Mungkin akan aku bantu naik banding dengan pengacara yang lebih handal."Pa, mama boleh gak, kerja di kantor Papa?" ucap Dona Ketika aku sedang mengerjakan tugas kantor di ruang tengah."Mama, kan ada bisnis butik mama, ngapain juga kerja di perusahaan papa," ucapku."Cari pengalaman loh, Papa," ucap Dona."Tidak usah, gak kerja aja mama sering gak dirumah apalagi kerja," ucapku."Papa, please. Mama kerja di perusahaan Papa. Jadikan direktur kek, atau komisa
OkPOV DONATerlihat, Reno pulang ke rumah dengan menggendong Naomi. Hatiku langsung gusar ketika melihat Naomi. Aku jadi ingat ibunya. Si janda udik tak tahu malu.Ke mana dia sebenarnya. Kok sama Reno terus sih! Kenapa Reno begitu sayang sama Naomi?Naomi, kenapa juga ia bisa sama Reno hari ini. Bukankah aku sudah menyuruh dua orang untuk menyingkirkan anak itu? Ah! Sia-sia uang yang sudah Kukeluarkan! Mereka ternyata tidak becus! Awas yah? Aku minta lagi uangnya karena gagal mengambil Naomi! Huuhh!Gara-gara Naomi aku jadi bertengkar tadi dengan Reno. Padahal aku harus bersikap manis kepada Reno agar aku bisa meluluhkan hatinya agar perusahaannya dialihkan atas namaku.Gara-gara bocah itu, malam harinya Reno malah tidak tidur di kamar denganku. Kulihat Reno justru tidur bersama Naomi.Padahal, malam itu aku ingin kembali merayu Reno agar bersedia mengalihkan perusahaannya atas namaku setelah aku melayaninya, membuatnya merasa aenag dengan pelayananku. Kurang ajar!! Akhirnya aku t
POV RENOHari ini rencananya mau ke rumah Bu Donita bersama Naomi. Ingin membahas tentang kasus Rini. Sembari sekalian mengajak jalan-jalan Naomi.Ditengah perjalanan, aku melihat mobil Bu Donita ada pinggir jalan. Ada dua orang pria terlihat sedang mengelilingi mobilnya. Gelagatnya sepertinya tidak bermaksud baik.Aku meminggirkan mobilnya. Naomi aku suruh tetap berada dalam mobil.Keluar dari mobil aku di sambut mereka berdua dengan wajah menantang. Sudah kuduga. Keberadaan mereka pasti tidak bermaksud baik."Maaf, ada apakah kalian disamping mobil itu," tanyaku."Itu bukan urusanmu," ucap salah seorang dari mereka."Maaf, itu menjadi urusan saya. Karena yang berada dalam mobil itu adalah teman saya," ucapku sambil memasang kuda-kuda."Oo, begitu," ucap salah seorang dari mereka."Iya, jika kalian tidak segera pergi dari sini. Maka nasib kalian ada dibalik jeruji besi atau rumah sakit!" ucapku mengancam mereka."Ha ha ha, kamu pikir kami ini anak ingusan. Mendengar gertakanmu kami
POV DONAHari ini aku berdandan cantik, rencananya mau ketemuan sama yayangku Andrean. Ia rencanya akan mengajak aku menginap di puncak.Kesempatan ini aku gunakan mumpung Reno sedang sibuk dengan beberapa projek-projek dia. Ada tentang projek tender pembangunan jalan tol dan pembuatan pabrik spare part.Selain itu Reno juga sibuk dengan bocah udik itu. Heran, bocah kayak gitu aja dibelain. Tapi ada untungnya juga, aku bisa lebih bebas bertemu dengan Andrean sang pangeran bule dari Amrik."Hai, honey, sudah lamakah menunggu aku?" tanyaku ketika sudah berada di hadapannya. Seperti biasa kami ketemuan di restoran mewah khas makanan luar negeri. Yang pastinya harga makanannya mahal-mahal. Yah, namanya juga orang kaya pasti harus makanan mahal. Kalau makanan kaki lima, ah! Ogah banget, jorok tempatnya. Lagian gak romantis.Beda dengan makan di restoran. Tentu menambah gengsi kita sebagai kaum kasta tertinggi. Kalau janda udik itu, aku yakin, jangankan makan di restoran mewah. Beli makanan
POV RENOAkhirnya setelah aku mendesak kepolisian untuk membuat para penculik Naomi itu mengaku dapat juga otak si penculik.Aku gak nyangka sama sekali dengan Andrean, kenapa ia melakukan hal tersebut? Padahal kami tidak ada masalah apa-apa. Malah kami dalam rangka kerja sama dengan perusahaan tempat ia bekerja.Aku pun kemudian kembali mendesak kepolisian untuk mengungkap motif apa sebenarnya dengan apa yang dilakukan Andrean. Gak habis pikir saja!Dalam waktu satu hari, akhirnya aku mendapat kabar yang sangat mengejutkan.Yah, Dona! Dona di balik semua peristiwa tersebut. Sungguh, aku tidak menyangka sama sekali. Dona yang berparas cantik jelita memiliki hati buruk rupa.Ketika waktu di kantor, aku mendapatkan kabar dari kepolisian bahwa Dona sudah dijemput dari rumah dan sudah dalam sel tahanan.Kasihan sebenarnya Dona yang biasa hidup enak dan tidur di kasur empuk, rumah mewah lengkap dengan pembantu yang selalu siap melayaninya harus mendekam dalam sel tahanan yang pasti jauh da
"Rini Amanda Tyas, silahkan ikut saya, ada yang ingin bertemu," ucap salah seorang sipir siang itu ketika aku sedang kursus menjahit."Baik, Bu," ucapku.Aku kemudian mengikuti sipir penjaga menuju tempat seperti biasanya. Di dekat lapangan badminton.Terlihat di sana dari kejauhan sudah menunggu anak gadisku Naomi berada di tengah-tengah pak Pramono dan Bu Rosalinda.Melihat aku datang, Naomi berlari-lari kecil menghampiriku. Kami langsung berpelukan melepas kangen. Kuciumi pipinya Naomi yang sudah kembali semula. Gembil, tampak bersih kulitnya dan wajahnya ceria.Alhamdulillah, berarti Naomi bahagia bersama pak Pramono dan Bu Rosalinda. Tampaknya mereka begitu menyayanginya. Namun, kembali rasa bersalah menelusup hatiku kepada Bu Rosalinda. Seandainya ia tahu siapa Naomi apakah ia akan menyayangi Naomi?Ya Allah, aku ingin bertaubat sekaligus ingin meminta maaf dan berterus terang kepada Bu Rosalinda, tapi bagaimana caranya ya Allah.Berilah hamba jalan keluar yang terbaik agar aku
"Mbak Rini, selamat ya, sudah bebas, jangan lupa jenguk kami di sini," ucap teman satu sel. "Insya Allah saya akan menjeguk kalian," ucapku. Mereka semua satu persatu memelukku. Memeluk tanda perpisahan. Ada juga yang menangis karena haru mendengar aku bisa lepas dari segala tuntutan karena mendapat amnesti dari Bapak Presiden.Mereka semua mengucapkan selamat. Aku juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan teman-teman satu sel. Dalam hati aku berjanji akan menjenguk dan berbagi makanan bila sudah memiliki Rizki.Setelah berpamitan dan mengurus surat-surat pembebasan. Akhirnya aku keluar dari sel dan menghirup udara bebas. Didepan gedung tahanan aku sujud syukur atas kebebasan ini."Terima kasih banyak Bu Donita, atas banatuan ibu selama ini. Saya tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikan ibu. Selain membantu proses hukum ibu juga sering mengirim makanan buat saya. Terima kasih banyak Bu," ucapku ketika aku di sambut keluar oleh Bu Donita."Tidak usah dipikirin
"Maaf Tante, gak sengaja tidur dipangkuan Tante. Habis nyaman sih, kayak tidur dipangkuan Mama. Bedanya kalau mama sambil elus-elus rambut Andika. He he he," ucap Andika sambil garuk-garuk kepala."Tidak apa-apa, Andika. Tuh lihat mata Andika ada tai matanya," ucapku sambil membersihkan kotoran di sudut matanya karena habis tidur."Terima kasih Tante, Tante baik sekali. cantik sekali lagi. Gak kalah sama Mama cantiknya, Pa. Mau dong Tan, di ajak jalan-jalan nanti sambil digandeng tangan Tante. Boleh ya, Pa, Andika minta di ajak jalan-jalan sama Tante Rini," rengek Andika."Kalau Papa sih boleh saja. Tapi kamu tanyakan dulu sama Tante Rini, mau gak? Lagian Tante Rini juga sibuk gak kayak kamu main game Mulu kerjaanya," cecar Reyhan sambil keluar dari mobil. Begitupun aku dan Andika sama keluar dari mobil lalu berjalan beriringan."Ya, aku main game kan karena kesepian Pa, gak ada Mama. Coba ada Mama, ada yang nganterin sekolah, ada yang nganterin berenang, ada yang nganterin beli buku