Share

sepuluh

"Kamu—"

"Lekas pergi, Mbak. Sebelum aku semakin hilang kendali," tegasnya.

Kini tinggal kami berdua. Aku memilih acuh, rasanya malas untuk mulai berkata.

"Maafkan aku, Wid," ucapnya sambil membuka pintu. Sementara tangan yang satunya tetap menggenggam tanganku, pelan dia menarik diri ini masuk.

Setelah pintu kembali tertutup lelaki itu segera menarik tubuhku, mengurungnya dalam dekapan.

"Untuk apa minta maaf? Yang penting kan saudaramu bahagia," sahutku sambil berusaha mengurai pelukannya.

Mendengar ucapanku Mas Anam berdecak lalu menghela napas kemudian semakin mempererat dekapannya.

"Udah ah! Aku udah telat, nanti Baba Ong marah lagi. Awas!" seruku sambil berusaha mendorong dadanya.

"Hari ini bolos aja," titahnya sambil terus saja mendekap diri ini.

"Enak aja, ogah!" sahutku yang terus berusaha melepaskan diri.

"Ini perintah suamimu, Wid." Suaranya terdengar lembut, tetapi tetap saja kalimat itu menjengkelkan.

"Enak ya jadi suami, tinggal perintah ini, perintah itu. Kalau gak nurut,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
ini lh ciri2 betina mudah di bodoh2kan..mudh di akal2kan.makanya ipar2 semena2
goodnovel comment avatar
Mira Wati
Rugi bener bayar koin mahal ternyata tokih utama BEGO gak ketulungan. .
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status