Semoga masih ada yang baca cerita ini. Semoga bisa rutin lagi ya sampai tamat. Aamiin.
Setelah beberapa hari bertengkar dengan istrinya dan memutuskan pisah ranjang, hari ini Saka mendatangi kediaman Lidya. Ingin menyudahi konflik berkepanjangan yang tak menemui titik temu ini. Hati Saka sudah agak tenang walaupun perasaan sakit dan kesal masih ada. Tapi biarlah, demi keutuhan rumah tangganya, Saka rela mengabaikan itu semua. Merendahkan sedikit egonya demi memperjuangkan Lidya. Wanita itu sungguh tidak mau mengalah dalam hal ini.Bahkan, sebelum datang ke sana, dua hari lalu Saka telah intens menghubungi Lidya tapi tak pernah ada respons positif. Panggilan Saka kerap diabaikan, pesannya tidak dibalas, bahkan dari semalam ponsel Lidya mati. Saka tidak mengerti apa maunya perempuan itu. Ketika tiba di kediaman Lidya, Saka disambut oleh ibu mertuanya karena katanya Lidya belum pulang. Semakin khawatirlah Saka mendengar sang istri tak ada di sana. Kemana Lidya dan apa yang sedang dilakukannya, pertanyaan itu bergelayut memenuhi isi kepala Saka saat ini
Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi seorang anak dibanding ketika kita melihat perempuan yang melahirkan kita ke dunia bersedih. Saka duduk bersimpuh di atas dinginnya ubin, menatap lurus pada manik sang ibu yang masih rutin meneteskan air mata sejak kembali dari rumah Lidya. Takdir memang selalu memberi kejutan pada setiap hamba tanpa pernah hamba itu sangka-sangka. Niat hati ingin meluruskan masalah, menyelesaikan polemik, dan menuntas huru-hara rumah tangga. Nyatanya yang Saka dapat sekarang adalah kesakitan yang lebih dalam.Dia sedih rumah tangganya dengan Lidya hancur namun kesedihan itu tak sebanding dengan air mata pilu yang dicurahkan sang ibu. Saka merasa sangat berdosa karena telah membuat ibunya merasa demikian sakit. Dia telah gagal sebagai kepala rumah tangga dan juga sebagai seorang anak. Ya, ini kegagalan terbesar yang pernah Sakalangit Bastara alami.“Maafkan aku Bu, gara-gara aku, Ibu jadi bersedih seperti ini.”Saka menggenggam jemari ibunya, sepenuh hati dia cura
Dua pekan kemudian ..."Kakak selamat ...," heboh May sembari memeluk sang kakak dengan perasaan yang lega pun bahagia."Ya Allah, ini nyata enggak sih, May? Semuanya benar-benar sudah terbongkar?"Sharena melihat dengan mata kepalanya sendiri pemberitaan tentang perkembangan terbaru dari kasus prostitusi yang waktu itu sempat menjeratnya. Ternyata walaupun sudah dinyatakan tidak bersalah beberapa waktu lalu dan dibebaskan dari penjara. Kasus prostitusi online itu tidak redup begitu saja. Pihak pengacara Sharena dan pengadilan masih memproses kasus tersebut hingga akhirnya muncul bukti-bukti baru, yang semakin menguatkan jika semua tuduhan atas Sharena selama ini hanyalah fitnah yang tidak berdasar. "Ini serius Kak, oknum jaksa dan orang yang menjebak kakak sudah tertangkap. Ternyata dalang di balik semua ini adalah Fiona. Dia otak dari kasus prostitusi yang menjebak kakak. Polisi sedang meminta keterangannya dan kemungkinan nanti Kakak juga akan dijadikan saksi."Sharena masih antar
Saka telah mendaftarkan surat perceraiannya ke pengadilan, kini ia hanya tinggal menunggu proses sidang berlangsung. Sebelum benar-benar disidangkan, dua hari lalu sempat ada pemanggilan kepada Saka dan Lidya untuk mengadakan mediasi. Saka memenuhi pemanggilan itu sedangkan Lidya mangkir. Seolah tak peduli dan memang niat berpisah sudah kuat dari perempuan itu. Saka pun sebenarnya sudah malas bertemu dengan Lidya, namun ia hanya berusaha untuk tetap bijaksana. Meskipun sekali lagi, kebijaksanaan Saka selalu disia-siakan. Kini mereka hanya tinggal menunggu persidangan pertama yang rencananya sudah dijadwalkan minggu depan.“Saka, Saka, Saka,” panggil Tristan saat sang teman berjalan cepat di lorong kantor polisi hendak menuju ruang pribadinya.Tristan berlari menyamakan langkah dengan Saka karena pria itu tak kunjung menggubris panggilannya.“Ah elah lu Ka, gue panggil juga malah nyelonong aja.”“Jaga panggilan kamu, kita di k
“Sharena, bagaimana tanggapan kamu setelah semua kebenaran terkuak? Apa kamu berencana untuk memenjarakan Fiona lebih lama?” ujar salah seorang wartawan.Sejak Sharena memasuki ruangan konferensi pers, bidikan kamera dan riuh pertanyaan wartawan menyambutnya dengan hangat. Sharena yang biasanya sangat ceria dan antusias jika tampil di depan publik, kini terlihat lebih tenang dan berwibawa. Dia tidak memiliki tujuan lain selain untuk meluruskan keadaan dan menyampaikan pengunduran dirinya. Biarlah orang mau menilainya menjadi dingin atau apa. Sharena tidak lagi peduli.“Jujur aku kaget dan tidak menyangka dia tega melakukan hal itu padaku hanya karena iri. Aku tidak mau ikut campur urusan sanksi apa yang akan diberikan padanya. Kupasrahkan semuanya pada pihak yang berwenang dan aku akan bersikap kooperatif jika sewaktu-waktu mereka membutuhkan bantuanku,” jawab Sharena diplomatis.“Apa yang mau kamu sampaikan pada para haters
Pada ruang temaram yang berselimut sepi, Saka menatap senyum manis yang sebenarnya terlihat sarat akan lirih. Pria itu baru selesai menonton konferensi pers Sharena yang ditayangkan beberapa stasiun televisi serentak. Begitu selesai, televisi itu lantas dimatikan. Saka beranjak dari ranjangnya, ia berjalan menuju balkon kamarnya. Saat ini Saka memutuskan untuk kembali tinggal di kediaman orang tuanya. Dia berniat menjual rumah yang dulu dia huni bersama mantan istrinya—Lidya.Walaupun rumah itu sudah Saka miliki sebelum dia berumah tangga dengan Lidya namun pria itu sudah berniat memasukkan aset itu dalam pembagian harta gono-gini nanti. Selain itu, Saka juga ingin meninggalkan berbagai hal yang sekiranya akan membuatnya ingat pada kenangannya bersama Lidya. Kecewa yang semula hanya bermuara pada keegoisan Lidya kini bertambah setelah Saka tahu bahwa perempuan itu juga ternyata tega meneror Sharena.Lidya tidak berani menyerang Sharena secara terang-terangan kare
Ramen aneka toping telah tersaji di atas meja, sang pelayan undur diri setelah memastikan tiga porsi ramen yang dipesan tamunya lengkap. Kafe yang menjual makanan khas Jepang ini menjadi pilihan May untuk mengajak Saka berbincang. Mereka memesan ruangan khusus dan tertutup demi menjaga privasi. Acara makan berlangsung dengan damai. Setelah semuanya sama-sama santai dan momennya tepat, May mulai membuka pembicaraan. Public speaking May sebagai seorang manajer tidak perlu diragukan. Penjelasan ihwal tujuannya mengajak Saka berunding sangat singkat, padat, dan mudah dimengerti.Sepanjang May bercerita, perasaan sesal muncul di hati Saka. Dia menganggap dirinya sebagai penyebab utama hal buruk yang dialami Sharena walaupun faktanya Saka tidak tahu apa-apa. Sementara Sharena, dia hanya membisu dan fokus pada makanannya yang belum habis. Hati kecil gadis itu ingin melarikan diri dari situasi ini. Niatnya yang ingin menghilang secara diam-diam dari kehidupan Saka gagal total karena May."Ja
Dua tahun kemudian ... Waktu berjalan sangat cepat. Membawa setiap insan pada halaman kehidupan yang sama sekali berbeda dari masa yang telah ditinggalkan. Setiap hal berotasi, mengalami perubahan dengan atau tanpa disadari. Di antara banyaknya perubahan, ada satu hal yang tetap dipertahankan oleh Sakalangit Bastara. Kesendirian yang dipeluk masih tetap sama sejak kata talak terucap dan pengadilan meresmikan perpisahannya dengan Lidya. Ini bukan perkara sudah atau belum melupakan masa lalu. Bukan juga tentang ada atau tidaknya hati baru yang berusaha menyentuh kehidupan Saka. Pria itu hanya sedang menikmati masa-masa pemulihan yang sungguh menyembuhkan semua kepiluan hatinya. Dia sadar bahwa luka yang dulu tertoreh hanya bisa disembuhkan oleh dirinya sendiri, bukan orang lain. Oleh karena itu, Saka sangat fokus pada dirinya sendiri dan keluarga. Menyelesaikan semua tanggung jawab dengan penuh sambil berusaha membahagiakan kedua orang tuanya. Meskipun sudah tampak baik-baik saja, nya