Nada dan Putra saling beradu pandangan.Putra tidak bermaksud bersikap romantis, dia hanya ingin bertanggung jawab.Nada juga tidak menganggap romantis semua yang dilakukan Putra.Mereka berdua hanya dua lawan jenis canggung tentang hubungan dan ingin bertanggung jawab terhadap anak yang belum lahir, meskipun cara untuk mendapatkannya salah.Tin! Tin!Nada dan Putra sama-sama menoleh ke sumber suara yang baru berhenti di samping mereka.Sopir Taxi keluar dan bertanya. "Ibu Nada?"Nada segera pergi ke arah Taxi. "Saya, pak."Putra menarik tangan Nada. "Tidak jadi, pak. Biar dia pulang sama saya.""Eh, nggak pak. Jangan, saya sama bapak saja."Putra menatap tajam Nada. "Kamu serius pergi sama orang tidak dikenal?""Orang tidak dikenal gimana? Dia sopir taxi.""Sopir taxi tapi orang asing sama saja bohong."Sopir taxi menjadi tidak tahan lagi. "Maaf, kalau masih lama- saya kenakan charge menunggu lho." Ancamnya.Nada menarik tangan lalu masuk ke dalam taxi.Putra menatap sopir taxi. "Pak
Jam sebelas siang, Putra memutuskan istirahat lebih awal dan minta izin ke Vivi.Vivi mengangguk kasihan. "Wajah kamu pucat, yakin tidak ke dokter?""Mungkin hanya masuk angin, istirahat lebih awal sudah cukup.""Oke."Putra menutup pintu ruang kerja dan pamit ke Choky. "Aku istirahat sebentar.""Pulang ke rumah saja, nyonya pasti mengizinkan.""Tidak perlu."Putra segera turun dengan lift lalu berjalan menuju lobby. "Pak Putra, ini kartunya lalu makanan mau diantar sekarang?" tanya staff fo sambil memberikan kartu kamar ke Putra. "Telepon saya satu jam lagi untuk info makanan yang mau dikirim," kata Putra.Nada yang baru keluar dari ruang marketing, melihat Putra sudah berjalan menuju kamar. Dia segera menghampiri staff fo. "Pak Putra sakit?""Tidak tahu, bu. Tapi wajahnya pucat sekali."Nada menghela napas panjang lalu memberikan laporan ke fo. "Berikan ini ke manager fo pusat ketika sudah datang, tamu kamar 108 komplain mengenai lampu kamar yang mati, hk sudah membantu ganti lamp
Koki utama dan timnya bingung dengan pertanyaan Putra."Pak-" manager operasional pusat menatap ngeri Putra yang menyesap sari lemon dengan santai.General manager berusaha mencairkan suasana. "Wah, pak Putra ternyata suka makan yang asam-asam ya.""Ya, kadang kala jika nafsu makan saya menurun. Saya makan sayur asam dan sambal untuk meningkatkan nafsu makan." Putra menjawab dengan santai lalu bertanya ke koki utama. "Apakah ini salah satu menu yang diminati tamu?"Semua orang tercengang mendengar penjelasan Putra. Sayur asam dan sambal? "Pak Putra, ternyata anda juga orang Indonesia seperti kami," cengir manager engineering pusat yang langsung dapat sodokan sikut dari manager keuangan pusat.Putra mengerutkan kening. "Nama saya saja Putra, Indonesia banget. Bagaimana bisa bukan orang Indonesia?"Nada hampir mengeluarkan isi perutnya ketika melihat Putra makan pudding kue itu dengan lahap. "Pak, mulutnya tidak terasa sesuatu atau gimana?"Putra menggeleng polos. "Tidak, enak kok. Mau
"Putraaaa!!!"Terdengar suara cempreng yang dikenal semua staff hotel ini. Yami Trisha."Putra, lama tidak bertemu! Hari inu aku tidak membawa bekal karena seharian keluar sama mami tapi aku bawa oleh-oleh buat calon suami masa depanku."Putra mendadak pucat dan mual begitu menghirup parfum Yami. "Menjauh!"Yami cemberut manja. "Kenapa sih? Kamu masih saja begitu sama aku, padahal kita sudah berbagi ciuman."Wow, berita heboh! Pantas saja si Yami ini bersikeras mengejar Putra, ternyata bibirnya sudah ternoda.Putra menatap dingin Yami. "Saya hanya menolong anda karena tenggelam di kolam renang, saya tidak ingin ada kematian di hotel ini hanya karena pertunjukan bodoh seseorang."Saat itu Yami berkumpul bersama teman-temannya di hotel ini dan bermain akrobat di pembatas kolam renang untuk memamerkan kemampuannya. Tidak sengaja terpeleset lalu tenggelam, kebetulan pengawas sedang ke toilet sehingga Putra yang ada di sana menyelamatkannya.Sejak saat itu Yami jatuh cinta dan mengejarnya.
Nada berhasil lepas dari manager fb pusat dan menangis di kamar mandi diam-diam. Setelah puas menangis, ia berdiri di depan wastafel dan menghapus air matanya. Begitu keluar dari kamar mandi, tanpa sengaja melihat pria yang paling tidak dia inginkan bertemu.Putra menatap dingin Nada, mengetahui perseteruan antar departemen. "Kamu menangis ketika mendapat teguran dari orang lain tapi begitu saya yang menegur, kamu membantahnya setengah mati."Nada mengerutkan kening tidak mengerti."Apa? Bingung?"Nada menghapus sudut mata dan menatap bingung Putra. "Oh, jauh-jauh mengejar saya ke toilet hanya untuk hal seperti ini?""Percaya diri sekali." Putra menyodorkan satu kotak besar ke Nada. "Ini, jangan langsung dihabiskan. Dark chocolate, bagus buat ibu hamil tapi jangan makan banyak sekaligus, ini juga bisa menurunkan emosi kamu yang tidak stabil. Tapi makan terlalu banyak juga tidak baik untuk ibu hamil, kamu sudah dewasa jadi pasti bisa menjaga diri dengan baik."Nada menatap bingung kot
Nada memijat keningnya begitu tiba di kantor, kejadian semalam benar-benar menguras tenaganya hingga terpaksa sarapan di kantor. Untung saja hari ini menunya tidak terlalu berat sehingga masih bisa dimakan.Nada terlalu emosi jika bertemu dengan ibunya. Kenapa sih masih bukakan pintu untuk mereka? Biarlah orang lain menilai hati mereka sempit, toh juga tidak minta makan dari mereka.Kriiiing.Salah satu staff marketing mengangkat telepon. "Hallo?"Nada makan dengan tidak semangat."Ah, sebentar. Saya sambungkan dulu ke atasan saya." Staff marketing memencet sambungan telepon Nada lalu menutupnya. "Ada yang ingin bicara dengan ibu."Nada mengerutkan kening lalu mengangkat telepon dengan ramah. "Hallo, selamat pagi saya bagian marketing, Nada. Ada yang bisa saya bantu?""Saya manager aktor Oza Radhika, ingin memesan tempat untuk ulang tahun pernikahan. Apakah anda bisa mengirimkan harga paket untuk kami?""Oh, tentu saja. Apakah ada alamat email untuk koresponden? Saya akan segera mengi
Berita Putra tidak setuju pengiriman general manager pusat ke hotel cabang, sudah tersebar keesokan harinya. Semua orang menjadi lega. "Tidak mungkin pak Putra akan setuju.""Benar, dari awal tugas manager pusat berbeda dari yang lain.""Tapi, apa mungkin pak Putra melakukannya demi bu Nada?""Apa hubungannya?""Hei, apakah kalian lupa perseteruan antara pak Putra dan bu Nada? Siapa tahu jika bu Nada satu bulan di sana, pak Putra akan kesepian sehingga mengeluarkan perintah larangan.""Ngaco kamu!""Pak Putra dan bu Nada jelas-jelas bermusuhan.""Ah, sayang sekali. Padahal aku ingin melihat hubungan cinta di kantor.""Iya, siapa tahu pak Putra merubah aturan dilarang pacaran di kantor.""Bukannya pak Putra ada fans juga di kantor?""Memang ada, tapi mereka juga bersikap realistis. Tidak mungkin memaksakan diri hahahaha-"Semua orang ikut tertawa. Ya, pak Putra hanyalah pangeran impian yang sulit mereka gapai, jadi hanya sebatas mengagumi ketampanannya saja.Nada jika mendengar hal in
Setelah melihat Nada dicari seorang wanita cantik, insting tajam Putra mengatakan wanita itu pasti punya rencana di belakangnya. Putra sontak minta tolong ke general manager dengan alasan mengawasi jika dia salah satu suruhan hotel Trisha.General manager pun menurut dan tidak bertanya apa pun. Putra menghela napas panjang, jika terjadi sesuatu pada putrinya, dia akan menuntut balasan. Eh, ngomong-ngomong kenapa dirinya yakin sekali bahwa anak yang dikandung Nada perempuan? Bisa saja laki-laki.Putra membuka bekal makannya dan mendengus nikmat ketika melihat makanan ini. Pagi ini dirinya ingin makan rawon daging khas Malang ditambah nonton drama China.Kenapa suka drama China dibanding Korea? Karena Putra jatuh cinta dengan kekonyolan tokoh utama wanita, persis dengan Nada yang kadang suka marah sendiri atau licik.Ketika serius nonton sambil sarapan, telepon di mejanya berdering dan Putra mengangkatnya. "Ya?""Pak Putra, saya sudah membuatkan asinan mangga dan juga ikan goreng asam