Ia hanya menelan ludahnya getir, bulir air mata tak henti terus mengalir, ia tak tau harus menyalahkan siapa atas takdirnya yang buruk ini. Ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya, agar tak lagi merasakan sakitnya terhina, andaipun bisa memilih ia memilih untuk mempertahankan pernikahan saat itu, jika mantan suaminya bisa sedikit lebih berbelas kasih kepadanya sebagai seorang istri. Tapi tiap kali rasa putus asanya hadir, tiap itu juga senyum sang putri semata wayangnya melintas, hingga akhirnya ia mengurungkan niatnya dan kembali menguatkan hatinya.
Sesampainya dirumah, ia langsung mengunci pintu lalu berjalan menuju kamarnya. Ia terduduk di tepi ranjang sembari memandang sekitar, tangisnya tak lagi tertahan, ia menangis sesenggukan lalu mengambil ponselnya yang masih bergetar lalu ia mengangkatnya. " Kenapa lama sekali kamu mangangkat telponku hah.?! Sedang bercinta dengan pria itukah kamuDendi dengan nanar menatap tubuh mungil yang terlentang pasrah, tubuh itu tampak begitu menggairahkan, semua terlihat kencang dan terawat, Dendi tersenyum sinis menatap Vania memejamkan matanya. Ia membuka kemejanya dengan kecepatan tinggi, lalu melemparnya di lantai. Ia melangkahkan kaki menuju ranjang, tanpa basa - basi ia mencumbui Vania dengan kasar, meskipun hal yang ia lakukan saat ini tak pernah ia lakukan terhadap pelacur sekalipun. Sedangkan Vania hanya bisa pasrah, dengan mata terpejam rapat, menerima semua perlakukan Dendi tanpa perlawanan sedikitpun, hanya air mata yang menjadi jawaban atas semuanya, ia meratapi diri betapa buruk nasib hidupnya. Sampai tak seorangpun menghargainya sebagai wanita yang masih mempunyai kehormatan, dan tak mempercayai akan dirinya. Dendi dengan amarah yang memuncak memikirkan apa y
Vania menaiki tangga menuju kamar Cameella dan langkahnya tak luput dari pandangan Kevin yang bingung tak mengerti pola pikir sahabatnya kali ini, Jika memang menginginkan Vania ia seharusnya tegas, langsung saja menikahi Vania dan mengabaikan wanita lainnya, agar Vania menjadi miliknya seutuhnya. tapi ini seolah Dendi ingin memiliki semuanya dan tak ingin mengambil resiko. " Liat apa lu bro...” Suara Dendi mengejutkan dan membuyarkan pandangan Kevin dari Vania yang sudah menghilang masuk ke kamar Cameella, sehingga tidak terlihat dari bawah. Kevin hanya menjawab dengan tawa pertanyaan sahabatnya. Lalu mereka bertiga keluar meninggalkan rumah, Kevin bersama Della menuju mobil kevin untuk mengantar Della pulang sedangkan Dendi bersama sopir pribadinya menuju rumah sakit milik ayahnya. Di sisi Lain Van
Dendi meraih ponselnya lalu menekan tombol panggilan cepat,yng tersimpan di ponselnya, lalu menghubunginya. " Bro... lu lacak Vania dimana dia sekarang dan rutenya kemana saja hari ini. Aku ingin tahu apa saja yang di lakukannya, Sekarang ya, gua butuh itu cepat.!" Belum lagi dendi mendengar jawaban dari seberang, ia sudah mematikan ponselnya lalu melempar sekenanya di kursi sebelah dan jatuh berserakan di lantai mobil. " Awas saja kalau sampai aku tau keberadaanmu dengan pria laknat itu, akan aku seret kau dalam keadaan telanjang sekalipun! Kau itu milik ku, dan kau sudah aku beli dengan nominal 5 Miliar, jadi kau harus ikuti apapun keinginanku dan kemana pun aku pergi, jangan coba - coba menghilang seperti ini, Kau milik ku wanita Jalaaaangg....milikku.!!” Teriak Dendi yang sudah menutup kaca mobilnya, dan melaju dengan sedikit pelan, Karena ia bingung haru
Sementara itu Verrel yang telah berada di Batam sangat kawatir karena tidak dapat menghubungi Vania, meski panggilan masuk tapi Vania yang tak kunjung mengangkat ponselnya. Sedangkan laporan yang ia dapat anak buahnya, bahwa Vania pergi pagi - pagi dan belum pulang sampai saat ini. Tak lupa Verrel juga mendapat informasi mengenai Vania yang telah di pecat dari perusahaan tempatnya bekerja, karena skandal foto Vania bersama Verrel menghiasi web portal perusahaan tempat Vania bekerja dengan tulisan yang mengatakan Vania tengah melacurkan diri, dan dengan adanya berita itu, Vania merasa sangat terpukul atas ulah orang yang dengan sengaja menyebar foto itu, tak lupa ia juga memberi informasi mengenai perlakuan semua orang terhadap Vania paska foto itu tersebar cepat dan menjadi konsumsi publik penghuni gedung tempat Vania bekerja. Verrel mengkawatirkan keadaan Vania, ia merasa Vania saat ini tengah
Sang penodong pistol itu semakin menekan moncong pistolnya ke kepala Verrel, lalu perlahan menarik pelatuknya, baru saja Verrel hendak bergerak, sedetik kemudian penodong pistol itu sudah melumat bibir Verrel dengan penuh gairah. Ya. Wanita penodong pistol itu saat ini mencium bibir Verrel dengan hangat dan penuh nafsu, Verrel yang baru pertama kali mendapat perlakuan lawannya seperti itu ia terkejut dan menepis wanita yang sempat beberapa saat menikmati bibir merahnya sembari meraba dadanya yang Bidang dan di penuhi bulu halus. Wanita itu tertawa terbahak - bahak menahan kegetiran hatinya, mengetahui dirinya di tolak oleh Verrel. Tampak wanita cantik nan sexy dengan tubuh mungil sesuai selera Verrel, berada telat di hadapannya, dengan gaya siap bertempur, Awalnya ia sangat percaya diri bahwa Verrel akan bertekuk lutut padanya seperti yang ia lakukan terhadap lawan - lawannya selama ini yang se
Dan Verrel yang sudah sedari tadi menahan diri untuk tidak meluapkan emosi, kini meradang karena merasa di permainkan, dan tak menghargai keputusannya. Secara reflex ia meletuskan tembakan ke sembarang tempat sehingga memancing anak buah Daniar mendatangi mereka dan mereka terkejut melihat Daniar ada dalam sanderaan Verrel. Mereka otomatis bergerak mengangkat senjata dan bersiap menembak Verrel, hingga Daniar mengintruksikan mereka untuk menurunkan senjata agar tak membuat keributan, mereka pun mematuhinya. Daniar yang sudah mencium aura kemarahan Verrel hanya menelan ludah getir, karena ternyata Verrel tidak mudah terpengaruh olehnya, hal itu membuat hati nya terluka dab malu karena secara tidak langsung telah mengaku kalah kepada pria yang sangat ia inginkan di hadapannya ini. Daniar berfikir keras bagaimana nanti menyusun scenario yang lebih matang dalam menjerat Verrel agar jatuh ke pelukannya. Setelah percobaan pertama yang ga
Vania hanya melirik adegan keluarga bahagia itu dengan hati yang kacau, tapi ketika Dendi hendak duduk di ruang tamu bergabung bersama ibu kesayangannya, secara tanpa sengaja matanya tertuju pada wanita yang amat sangat ia cintai, wanita yang selalu berhasil mengubah moodnya dalam waktu sedetik, tampak dengan jelas dari raut wajahnya, wanita itu sangat kelelahan dengan baju yang sudah basah bermandikan keringat. " Vaniaaaa..!!Apa yang kau lakukan?!Hentikan itu! atau ku pecah kan semua itu.!" Teriak Dendi mengejutkan seluruh penghuni rumah, dengan suaranya yang menggelegar lalu Dendi berjalan mendekati Vania dan melempar Lap serta menendang ember berisi air untuk mengelap. Brraaakkkkkkkkkk..!!!!!!! Suara Ember yang sudah terpelanting mengenai lemari hias berisi miniatur koleksi kesayangannya, tampak beberapa barang terjatuh ke lantai.
" Hmm, kamu tega gak nyuruh aku masuk..??" Goda pria itu sembari berdiri kaku tepat di depan pintu yang sudah terang karena lampu sudah di nyalakan oleh Vania dari dalam. " Yaudah masuk aja sih, toh ga di suruh masuk pun, kamu juga bakal maksain diri buat masuk kan? Jadi ngapain basa - basi! mau minum apa, aku gak punya banyak stock menu dirumah..” Ujar Vania berjalan menuju kulkas untuk melihat minuman apa yang masih tersedia di kulkasnya, dengan sedikit membungkuk melihat stock makanan di dalam kulkas, tiba - tiba seseorang memeluknya dari belakang, Ya, Pria itu sudah mendekap erat Vania hingga hembusan nafasnya terasa di tengkuk Vania. Merasakan itu Vania menelan ludah dan mencoba melepas tangan pria itu, tapi ketika ia hendak melepas tangan itu tiba tiba tangan pria itu sudah memutar tubuhnya dan mengubah posisi pelukannya dari belakang kedepan. Van