Perlahan Vania melepaskan tangan Verrel, dengan tersenyum dia berkata dan menatap Verrel dalam.
“ Pergilah sayang, aku disini baik-baik saja, kalau aku bosan aku akan kembali ke mobil, sudah pergilah, jangan biarkan temanmu menunggu…” Jawab Vania bijak, hingga membuat verrel mengerutkan dahi, tak percaya dengan apa yang dia dengar malam ini. " Naah, tuh istrimu aja paham dia, yuklah Rel gak enak buat orang laen nunggu, dont worry, ini murni bisnis bro…” Ujar Sarah meyakinkan Verrel yang terlihat masih ragu, hingga Vania mendorong pria itu untuk menjauh darinya. Dengan jari tangan memerintahkan pergi. Verrel menghentikan langkahnya dan memandang Vania, lalu memandang sekitar. “ Kamu sebaiknya ikut saja, toh tidak ada yang terlalu penting di dalamnya…” Ujar Verrel kawatir dengan kesendirian Vania, perasaannya tidak tVerrel melirik wajah calon istri tertunduk takut, membuatnya menghela nafas. " sayaang…kau tak perlu mengenalkan kami, kami sudah saling mengenal sebelumnya, dia ini sahabat SMA nya Sarah honey…” Bisik mesra Verrel sembari mempererat rangkulan tangannya. Sikap Verrel membuat Vania bernafas lega, setidaknya dia dapat membaca situasai bahwa Verrel tak mempermasalahkan hal ini. “ Ohh, ya. Bung Dendi kenal Vania dimana? maklum sebelumnya nama bung Dendi tidak pernah ada di percakapan kami…” Lanjut Dendi sembari menyunggingkan senyum menandakan kemenangan. Mendengar ucapan Verrel, tampak Dendi menatap tajam kearah Vania. “ Apa sebenarnya yang terjadi? benarkah kau telah menikah dengan pria ini? Van! lupakah kau? bahwa kau milikku, dan akan tet
Sebuah peluru melintas kearah mereka, dan syukurnya tak mengenai salah satu diantara mereka. Mereka saling pandang, dan Verrel refleks memeluk Vania. Hingga kemudian. Ddoorr!! Mendengar suara tembakan, membuat Dendi sedikit panik, di tambah melihat Verrel memeluk Vania yang mulai menggigil. Verrel menyadari sesuatu, hingga dia tak dapat berfikir panjang, menendang Dendi hingga Dendi tersungkur di atas rumput-rumput halaman luas depan gedung mewah itu, sebuah convention center yang biasa di gunakan untuk sebuah acara. Lalu Verrel memeluk Vania yang ketakutan dengan erat, Hingga... Ddoorr!! Ddoorr!! Dua tembakan tepat mengenai punggung Verrel dan kepala Verrel. Dengan adanya kedua tembakan terakhir Vania menjerit dan akhirnya terkulai lemah, lalu pingsan di pelukan
" Mengapa dia tak mengatakan langsung dok jika ada keperluan, lalu suara tembakan tadi malam? siapa yang tertembak, apa yang terjadi? Verrel bukan orang yang pergi diam-diam…” Tanya Vania lagi dan menatap tajam sang dokter yang masih tetap memasukkan jarum infus kembali ke tangan Vania. " Yang terpenting saat ini, nyonya Istirahat terlebih dahulu, setelah pulih baru nyonya bisa kembali kerumah, bukankah nyonya ingin segera menikmati indahnya taman anggrek? “ Tanya sang dokter sembari menjalankan kembali selang infus. “ Begitu besar rasa cinta tuan Verrel kepada nyonya, sehingga nyonya sebaiknya membalasnya dengan tidak mengecewakan kebahagiaan tuan Verrel, nyonta tidak boleh stress agar janinnya aman di dalam, bagaimana jika nyonya bersikeras memaksakan diri seperti tadi, trus tiba-tiba terjatuh dan terjadi sesuatu terhadap kandungan nyonya, apa yang t
Bathin Vania selalu bergejolak bertanya - tanya mengenai keberadaan Verrel, Sementara diri nya tak juga bisa mencari tahu dimana Verrel berada, Karena ia tak di perboleh kan untuk keluar dari rumah megah itu. Vania hanya boleh berada di dalam rumah, dan jika harus turun maka ia di dampingi oleh sang dokter yang ada disana. Mereka tak ingin membuat kesalahan seperti bagaiaman Verrel tertembak hingga belum sadar kan diri setelah seminggu mengalami Koma. Dia melangkahkan kaki menuju lemari, dan mencari petunjuk tentang keberadaan Verrel. Beginikah rasanya di tinggal lagi sayang-sayangnya? sesak dada terasa. *** Dokter bekerja meneliti setiap kemungkinan yang terjadi dengan Pimpinan nya dengan MRI maupun CT Scan yang memang ada di markas itu. Tampak mereka di sibukkan mencari referensi dari
Vania membaca dokumen itu dengan berurai air mata di pipinya, dia memegang tangan Verrel erat-erat, nyeri dadanya menyeruak. Lalu Vania meminta para dokter itu untuk meninggalkan ruangan tersebut dan tidak di perkenankan berada di luar kKamar ICU, Tapi para dokter itu di minta stanby jika terjadi sesuatu kepada Verrel. Sementara itu dka memperbolehkan Arjun Pradugo tetap berada di ruangan itu, karena Vania mengetahui jika Arjun yang mengenal Verrel dengan baik dalam hal apapun. " Jun…tolong ambilkan aku Air hangat dan Handuk kecil sekarang.." Ucap Vania menatap Arjun dengan tatapan memerintah, hingga membuat Arjun mengerutkan dahi sejenak, lalu dengan sigap Arjun hanya mengangguk dan meninggalkan ruangan itu, tak lama kemudian dia telah memasuki ruangan ICU markas mereka dengan satu ember air hangat di tangannya dan meletakkannya di hadapan Vania, lalu
Vania berjalan mengikuti langkah sang dokter menuruni tangga menuju bangunan yang berbeda melewati taman yang indah. Hingga Vania menghentikan langkahnya sejenak untuk menikmati keindahan taman yang baru pertama kali dia lihat di markas milik Verrel. Kala pertama kali Vania ke markas ini, dia langsung menuju dimana ruang kerja Verrel berada. Siapa sangka markas tersebut sangatlah luas. Lalu Vania kembali melanjutkan perjalanannya menuju kamar Verrel ketika berada di markas ini. Dia menaiki lift dengan sedikit lesu. Sang dokter membuka pintu untuk Vania menggunakanCard ID yang diberikan Arjun kepadanya. Vania memasuki Kamar itu, matanya melihat sekeliling , teringat pertama kali dimana dia bangun di pagi hari sudah dalam pelukan Verrel dengan tanpa busana. Vania merebahkan tubuhnya di atas kasur yang
Verrel menuntun Vania menuju meja makan yang tersedia, dengan sabar dia menyiapkan makanan untuk Vania makan. Setelah memastikan Vania memakan semua menunya, Verrel memberikan obat yang telah di resepkan oleh dokter kandungan kala itu. Vania menelan obat untuk kandungannya itu dengan Patuh. Setelah makan Verrel menyiapkan semua peralatan mandi Vania di bathroom kamar mereka. " Sayang…, setelah mandi nanti, jangan tidur dulu ya, tidur pagi hari tak baik untuk kesehatanmu, berjalan-jalan di taman bisa membuat mood mu bagus, kau bisa yoga juga disana, perlu aku panggil instruktur yoga untukmu? “ Tanya Verrel menatap mesra Vania. Vania mengangguk perlahan. “ Moodku akan bagus, kalau kau ada di dekatku…” Sontak saja, ucapan Vania membuat
" Makasih ya sayang, karena aku yakin dia di jebak Reel…, Karena diakan lagi project film baru dan baru comeback album, Satu-satunya idolaku dan publik figure Indonesia yang aku ikuti cuma dia, bahkan aku memiliki member card Fans Club J-niUs, aku kasihan dengan talenta yang di miliki dia kalau dia harus berakhir seperti ini, oke sayang? Anakmu dalam perutku akan lebih menghormatimu, ketika mengetahui kau menjadi penolong…” Rengek Vania kepada Verrel, sikap manja Vania, menyandarkan kepalanya di dada Verrel seraya mengusap-usap dada bidangnya membuat Verrel tersenyum dan menciumnya. Dengan enggan Verrel menjawab " Aku harus jadi penolong bagaimana sayang? Akankah aku mengaku bahwa aku yang menjebak, gak lucu kan? Calon suamimu ini bukan mainan seperti itu sayang, aku rasa dia sudah memikirkan cara bagaimana cara mengatasi masalahnya, haruskah kita ikut campur? &