Dan si ibu berjanji akan memberitahukannya jika sudah bertanya kepada ibu Vania, karena saat ini sang ibu di seberang itu sudah pulang dari rumah Vania.
Dendi menyetujui dan merasa berterima kasih kepada ibu tersebut dan berjanji suatu hari nanti akan pergi mengunjungi keluarga Vania di sana dan akhir nya Dendi mengakhiri panggilan telponnya dan kembali melajukan mobil menuju jalan raya. Dalam hati Dendi berfikir dimana gerangan Vania berada. Ia terus memandangi jalanan yang masih tampak ramai hanya saja sudah tidak macet. Angannya melayang jauh seolah ingin membelah gelapnya malam yang dingin, kemudian lamunannya di kejutkan dengan panggilan telpon masuk di layar ponsel miliknya. Dddrrrrrttt.....Drrrrtttttttt......... " Della Calling" Lalu dengan berat hati Dendi menjawab panggilan dari wanita yang menjadi tuna" Ehh Bego'... !! Itu namanya Cinta.. keliatan amat lu udah tuwir ye, udah beku hati lu ngebedain mana cinta mana kaga. Makanya jangan burung lu doank yang di kasih makan ma cewek - cewek kaga jelas, sekali - kali makan lu gizian dikit kek..." Balas Sarah sambil meninju lengan sahabat nya itu dan di sambut gelak tawa kedua nya. Dan akhirnya kedua nya memutuskan untuk berpisah karena sudah larut malam dan Sarah harus shooting pagi harinya. Mereka bercipika cipiki mengakhiri pertemuan mereka yang sangat berkualias bagi Dendi. Dan Dendi berjalan menuju mobil lalu menginjak gas dan menuju jalanan yang mengarah ke alamat Rumah Megah milik orang tua nya. Dua puluh menit kemudian Dendi sudah sampai di rumah orang tuanya dan memasuki kamar milik mya yang berada di Lantai 4 Rumah milik orang tuanya. Dendi berganti
*** Sementara itu, di tempat yang berbeda, tampak Dendi telah menyelesaikan mandinya dan bersiap hendak menuju meja makan, dimana Della dan kedua orang tuanya sudah menunggunya untuk sekedar menikmati santap siang bersama yang memang jarang mereka lakuakan bersama, memgingat kesibukan yang di lakukan masing - masing. Ayah Dendi hampir tak memiliki waktu hanya sekedar untuk makan siang bersama keluarganya, karena banyaknya bisnis yang di jalaninya. Tapi siang itu ia menerimanya karena merasa tak enak dengan calon menantu mereka yang sudah menghubunginya langsung. Dendi menyapa semua yang ada di meja makan itu dengan wajah yang di penuhi keringat, mengingat reputasinya yang terkenal patuh sedari kecil dan hampir tidak pernah mencoreng nama keluarga besarnya. Ia selalu mematuhi setiap keinginan orang tuanya. Untuk seukuran anak lelaki Dendi di katego
" Paah...Maahh. Maaf dengan terpaksa Dendi akan membatalkan pertunangan yang sudah terjalin dengan Della. Esok Dendi akan konfrensi pers, menyatakan batalnya pertunangan karena urusan karier. Dendi akan berusaha untuk tidak merugikan perusahaan papa..Karena setelah Dendi paksakan, Dendi tetap tak dapat memaksa mencintai Della, dan hingga detik ini, hanya menganggap Della sebagai sahabat Dendi. Dendi sangat mencintai Vania, dan tak mampu lagi untuk kehilangan dirinya. Maaf sudah mengecewakan semuanya. Dendi Siap menerima Resiko terburuk apapun yang papa dan mama berikan..Dan Della, aku mohon perhari ini berhenti menggunakan segala fasilitas dariku, karena aku telah memproses pemblokiran semua kartu kredit yang kau gunanakan dan tidak akan bisa kau gunakan per detik ini..Kamu berhak bahagia dengan pria yang mencintaimu dengan tulus, Begitu juga dengan ku..." PLAKKK.!! PLAAAK.!! " Jahanam!! kamu y
Della melajukan mobilnya kencang, ia membuka kaca mobil sembari merokok. Lalu dengan lincah tangannya memutar stir mobil ketika melewati menara Twin Sanjaya yang ada di hadapannya. Satu - satunya jalan adalah ia menemui ayah Dendi pikirnya, dengan senyum miring dan otak liciknya. Della menambah make upnya lalu memoleskan lipstick merah merona, lalu berjalan keluar mobil menuju gedung kembar pencakar langit milik orang tua Dendi. Semua mata memandang kearahnya. mereka semua mengenal Della sebagai tunangan putra pemilik gedung ini. Tentu saja mereka membiarkan Della, bahkan ketika ia berjalan menuju aAkses VVIP milik ayah Dendi yang akan langsung membawa ke depan pintu ruangan ayah Dendi. Sesampainya di depan ruangan yang di jaga pria berbadan kekar dan seorang sekretaris, Della terus melangkah denga
Sosok yang belum lama ia temui dan menyingkirkannya begitu saja. Iriana Sanjaya istri dari Indra Sanjaya, pria yang baru saja berbagi kenikmatan bersamanya. Wanita itu mengerutkan dahi, lalu bertanya mengapa ia dari dalam, ada apa.?Tapi Della yang selalu mampu bersilat lidah, akan membuat siapa saja yang berhadapan dengannya selalu terpedaya. Dengan santai Della berkata, " Mo ngucapin makasih ma oom Indra, tante. Karena kan om Indra udah balesin sakit hati aku.. oke deh tante, Della pamit yah mo ada perlu.." Pamit Della yang dapat membaca situsi bahwa sang Istri memasang ekspresi curiga, terhadapnya yang menatap kostum yang di gunakan dengan mata melotot seperti hendak keluar biji matanya. Della meninggalkan ruangan itu dengan cepat. Di bibirnya mengembang senyum karena sudah berhasi menggaet sumber uang terbaru setelah lep
Setelah menghubungi seluruh peserta meeting, Vania segera kembali berfokus untuk melanjutkan membuat planning meeting seperti yang di inginkan sang CEO. Termasuk meminta bantuan untuk reservasi villa tempat mereka melakukan meeting dengan berkoordinasi bersama team HR & GA, sekaligus mengingatkan team untuk melakukan games pengisi acara di sela - sela break meeting. Vania memastikan untuk membuat games kepada seluruh peserta sekreative mungkin. Vania telah menyerahkan beberapa list games yang akan di permainkan di acara meeting, agar tidak merasa jenuh dan tegang selama meeting. Meski terasa berat bekerja di perusahaan itu, karena memiliki pemimpin yang jauh berbeda, bak langit dan bumi dengan perusahaan lamanya, dimana pimpinan di tempat lamanya sangat peduli dengannya termasuk keluarga sang pemimpin, sehingga membuatnya nyaman bekerja. Sedangkan pimpinan barunya ini, hampir tidak pe
“ Baru selesai makan, duduklah terlebih dahulu, sampai terasa nasi sudah turun keperut, kamu pasti udah keburu mo tidur kan?” Tanya Verrel lagi menatap Vania yang terlihat tampak lelah. Ia menghela nafas panjang, tak tega menatap wajah lelah itu. “ Yaelahh bawel amat si bapak satu ini, usir juga tar baru tahu..” Gerutunya langsung memasuki kamar mandi dan menguncinya dari dalam, lalu menyiram tubuhnya sembari bernyanyi kecil, dan tersenyum teringat akan Verrel. Setelah selesai mandi, ia langsung mengganti baju dan hendak tidur karena ia harus tidur cepat untuk bekerja pagi - pagi buta demi menyiapkan semua pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Ia tak mau bergadang malam ini takut esok kesiangan. Dan akhirnya Vania selesai mandi dan beranjak ke tempat tidur dimana Verrel sudah berada disana menunggunya. Verrel menatapnya dan mengecup dahi Vani
Seperti saat ini, ia lebih memilih bermalam di kantor, meskipun di kantor itu memiliki ruang istirahat yang nyaman, tapi setidaknya otak tidak bisa istirahat dengan nyaman. Karena masih berbau - bau pekerjaan, alih - alih memikirkan untuk mencari istri atau memperdulikan kesehatannya, ia justru berfokus pada pekerjaannya dan memaksakan diri mengadakan meeting ke seluruh cabang perusahaan hanya karena ia ingin segera menyelesaikan permasalahan penyakit di perusahaan ini, dan hal itu membuat dirinya kembali memforsir diri. Tak seperti para boss pada umumnya yang lebih suka mencuri waktu untuk dapat bermain dengan sekretarisnya atau wanita - wanita nakal lainnya demi menyegarkan otak mereka, Aaron justru lebih suka mengurung diri di ruang kantornya dan bekerja dengan lebih giat. Alih - alih menggunakan waktu senggan dengan sekretaris cantik di sebuah hotel, Aaron justru memilih menggunakan waktu sengganya untuk berolah raga at