Ares menyeringai melihat Kaira yang menatap tajam padanya. Tidak mungkin Ares membiarkan kesempatan ini pergi begitu saja.
Kaira menepis tangan Ares lalu berjalan ke arah pintu kamar Ares. Sebelum Kaira sempat membuka pintu itu. Kaira membalikkan badannya ke arah Ares. “Luapin apa yang udah terjadi sama kita, aku nggak bakal balik ke kamu lagi.”Brak!Kaira terkejut ketika tangan Ares mengukungnnya di pintu kamar Ares yang masih tertutup. “Jangan harap kamu bisa pergi dari sini, Kaira.”Kaira melotot marah pada Ares. “Jangan buat aku marah, Ares!” seru Kaira masih menahan volume suaranya karena dia tidak ingin Devin mendengar teriakannya dari kamar sebelah.Ares terkekeh melihat Kaira yang malah terlihat menghibur di matanya. “Kamu yang bodoh nurutin aku masuk ke kamar ini, Kaira. Emangnya kamu seyakin itu aku nggak bakal ngelakuin sesuatu ke kamu, hm?”Ares langsung memegang pergelangan tangan Kaira dan menarik Kaira dengan kuDevin mengernyitkan keningnya ketika tidak mendengar jawaban dari Ares. Dia kembali mengetuk pintu kamar Ares lagi. “Ares? Kamu masih bangun, kan?” tanya Devin yang memang melihat lampu kamar Ares masih menyala. Kaira yang merasa ada kesempatan untuk menyingkirkan Ares, langsung saja dia mendorong dada bidang Ares dengan kuat hingga akhirnya Ares pun menjauhkan tubuhnya dari Kaira. Kaira menggunakan kesempatan itu untuk bangkit berdiri dari posisi terbaringnya dan merapikan penampilannya agar tidak terlihat berantakan. Tidak dipungkiri Kaira begitu gugup ketika mendengar suara Devin yang saat ini masih berada di luar kamar Ares. Kaira juga mengusap bibirnya dengan punggung tangannya. Dia ingin menghilangkan jejak ciuman Ares di bibirnya tadi. Ares hanya memutar bola matanya malas melihat Kaira melakukan hal itu. Dia berjalan mendekat pada pintu kamar namun hal itu dihentikan oleh Kaira. Kaira menggelengkan kepalanya, meminta agar Ares tidak membuka pintu kamar itu. Dia tidak in
Kaira terbangun lebih pagi dari biasanya. Tentu saja itu karena dia tidak bisa tertidur nyenyak malam kemarin. Dia masih merasa begitu gelisah karena takut Devin malah mencurigai hubungannya dengan Ares. Meskipun Devin tidak terlihat mencurigainya, namun Kaira tetap saja merasa cemas. Kaira menatap ke arah Devin yang masih tertidur nyenyak. Dia pun turun dari kasur dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Selagi mandi, Kaira terpikirkan masalah ciuman dan perkataan Ares padanya. “Nggak, mulai sekarang aku harus jaga jarak dari Ares,” gumam Kaira. Setelah beberapa menit berlalu, Kaira pun melangkah keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah berganti. Dia mengeringkan sedikit rambutnya dan merapikannya sebelum akhirnya dia melangkah keluar dari kamarnya. Kaira menatap sejenak ke arah pintu kamar Ares yang masih tertutup rapat. Dia berharap Ares belum terbangun sehingga pagi ini Kaira tidak perlu meras
“Kamu beneran udah gila, Res!”Kaira menjauhkan tubuhnya dari Ares agar tidak menyebabkan kesalahpahaman yang tidak-tidak jika dilihat oleh Devin nantinya. Untungnya jarak kamar menuju dapur cukup jauh dan juga dapurnya memiliki sekat yang tidak akan terlihat jika tidak masuk ke dalam dapurnya. Ares kembali menyunggingkan senyuman miringnya. “Aku pengen kita balikan, Kaira. Apa susahnya sih? Kamu tinggal balik ke aku lagi dan kita bisa sama-sama kayak dulu.”Kaira menghela nafasnya. Dia tidak habis pikir akan jalan pikiran mantan kekasihnya itu. padahal Kaira sudah menjelaskan sejelas-jelasnya kepada Ares namun Ares tetap bersikap keras kepala padanya. “Ares, kita nggak bakal bisa balik kayak dulu lagi. Hubungan kita sekarang nggak lebih dari keluarga. Aku nggak mau kamu berbuat hal kayak gini lagi, Res,” ucap Kiara menatap pada Ares. “Aku bakal ngenalin Devin ke orang tua aku secepatnya setelah Papa udah keluar dari rumah sakit. Devin juga masih kelihatan muda jadi aku yakin Papa d
“Ares, hentikan kelakuan kamu ini!” Kaira berusaha mendorong tubuh Ares untuk menjauh darinya.Namun seperti sebelumnya, usahanya hanya sia-sia. Ares bahkan tidak bergerak sedikit pun dan hal itu membuat Kaira semakin gelisah. Dia takut Devin sampai di dapur dan melihatnya dengan Ares seperti itu. “Aku nggak bakal biarin kamu sama siapapun, Kaira.” Ares dengan berani mendekatkan wajahnya pada leher putih Kaira. Dikecupnya leher itu dan dijilatinya dengan liar. Kaira mendongakkan kepalanya dengan mata yang membelalak lebar. “Egh, Ares!” tegur Kaira mendorong dengan penuh tenaga hingga Ares pun terhuyung ke belakang dan tanpa sengaja Ares menabrak teflon yang masih berisi minyak panas dengan bumbu-bumbu di dalamnya. “Akh!” aduh Ares kesakitan dengan tangannya yang mulai memerah. Minyak panas itu mengenai tangannya hingga Ares pun langsung menjerit kesakitan. Kaira terkejut menatap Ares yang terduduk di lantai dengan tangan yang sudah me
Setelah pembicaraan Kaira dengan Ares hari itu, weekend pun tiba. Seperti perkataan Kaira kepada Ares, Kaira benar-benar mengajak Devin untuk diperkenalkannya kepada kedua orang tuanya. "Mas, maaf, ya aku baru ceritain ini ke kamu," ucap Kaira yang baru jujur masalah orang tuanya kepada Devin. Dia memang pernah merahasiakannya kepada Devin dan mengatakan kalau sebenarnya dia tidak punya orang tua. Devin menghela nafas pelan. Dia tidak merasa marah kepada kaira, hanya saja terselip perasaan kecewa di sana. Namun Devin mencoba mengerti perasaan Kaira. "Nggak apa-apa, Kaira. Asalkan kamu udah cerita ke aku, aku nggak bakal mempermasalahkannya lagi."Kaira tersenyum kecil. Perasaan hangat hinggap di benaknya. Inilah yang dia sukai dari Devin. Devin itu pria yang pengertian kepadanya dan selalu menerima apapun yang dilakukan Kaira. "Makasih, Mas. Jadi Mas mau kan ketemu sama orang tua aku?""Iya, Mas mau kok. Ares gimana? Kamu juga mau ikut, kan?" ta
Warning! Typo bertebaran, mohon hara maklum."Apa lagi ini?" gumam Kaira pelan.Kaira tidak percaya bahwa Ares akan mengancamnya lagi bahkan sekarang Ares mengancamnya dengan akan menyebarkan foto ketika mereka masih berpacaran. Devin melirik sedikti ke arah Kaira. "Kamu kenapa?" Kaira tersentak kaget dan menutup pesannya itu. Dia menoleh ke arah Devin dan tersenyum seakan tidak ada yang terjadi. "Aku nggak apa-apa. Hanya lagi mikirin apa yang harsu aku bilang ke orang tua aku nanti," ucap Kaira sedikit berbohong. Devin tersenyum lembut. "Kamu tenang aja, Kaira. Aku akan meyakinkan mereka agar mereka menerimaku sebagai suamimu."Kaira tersentuh dengan perkataan Devin. Dia tidak menyangka Devin masih sebaik itu padanya meskipun Kaira sudah menyembunyikan masalah mengenai roang tuanya dulu. Namun sekarang Kaira tidak merasa ragu lagi untuk memperkenalkan Devin kepada kedua orang tuanya. Kaira membauk kembali pesan Ares
“Ares!” tegur Kaira menghempas paksa tangan Ares yang sempat menariknya hingga masuk ke dalam gudang. “Kamu ngapain sih?!”Ares mengeraskan rahangnya. Dia terlihat jauh lebih kesal dibandingkan Kaira sekarang. “Kenapa kamu nggak dengerin perkataan aku, Kaira?”Kaira mengernyitkan keningnya. “Apa maksudmu?”Ares berdecak kesal. “Harusnya kamu nggak perkenalkan Papa ke orang tua kamu!” Kaira menghela nafas pelan. dia sudah tahu bahwa Ares pasti tidak akan pernah setuju dengan keputusannya itu. namun itu bukan lagi urusan Kaira. Ibu dan ayahnya sudah menyetujui hubungannya dengan Devin jadi tidak ada alasan lagi Kaira menyembunyikan hubungannya dengan Devin di hadapan kedua orang tuanya itu. “Kenapa aku harus dengerin kamu? Ares, aku udah bilang kalau hubungan kita udah selesai, kan? Aku harap kamu nggak nekat ngelakuin hal ini lagi.” Kaira pun berjalan melewati Ares dan keluar dari gudang itu, meninggalkan Ares sendirian di dalamnya.
Tubuh Devin yang terluka itu ditemukan oleh orang yang tidak sengaja lewat di tempat kejadian itu. Langsung saja orang tersebut membantu Devin dan menolong Devin dengan membawanya ke rumah sakit terdekat. “Sshh,” desis Devin selagi dalam perjalanan menuju rumah sakit. ‘Aku harus hubungin Kaira nanti,’ batin Devin memikirkan mengenai sang istri yang mungkin saja akan panik setelah tahu kejadiannya itu. Tidak membutuhkan waktu lama hingga Devin tiba di rumah sakit. Langsung saja orang yang menolongnya itu membantu Devin berjalan masuk ke dalam rumah sakit. “Tolong ada pasien kecelakaan di sini,” ucap orang itu kepada perawat yang berjaga di sana. “Bawa dia ke sini,” ucap perawat itu menuntun orang yang membantu Devin itu ke salah satu bilik kamar pasien di sana. Setelah tubuh Devin direbahkan di atas kasur rumah sakit itu, langsung saja perawat itu memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Devin sebelum terjadi hal yang buruk