Setelah bertahun-tahun, Liora belum pernah terbangun dengan tubuh remuk redam seperti ini. Mengerang pelan, ia merasakan ketelanjangan tubuhnya di balik selimut. Ingatannya berputar bagaimana ia berakhir seperti ini sebelum tertidur. Gairah seks Daniel benar-benar tak berkurang sedikit pun, bahkan semakin menjadi terhadapnya. Liora segera menggelengkan kepalanya mengingat semua itu. Dulu ia akan selalu terbangun dengan pelukan hangat pria itu yang membuat perasaannya nyaman. Sekarang jelas semua itu tak akan ia dapatkan. Ia menoleh ke samping, sisi tempat tidur sudah kosong dan suara gemericik air terdengar dari balik pintu kamar mandi. Ia meraih jubah tidurnya dan bergegas mengenakannya ketika suara dari kamar mandi mulai berhenti. Tapi kemudian digantikan oleh dering ponsel milik Daniel yang tergeletak di nakas. Liora melirik dan nama Carissa muncul di layar tersebut. Ia mengabaikannya dan bangkit berdiri. Sama sekali bukan urusanya, kan? Setelah melihat Xiu yang masih terlelap d
28. Merasa Lebih Baik"Mulai besok kau harus berhenti bekerja." Daniel menatap Liora yang berdiri di depan mejanya. Setelah kakeknya dan Carissa pergi, ia langsung memanggil Liora ke ruangannya. Sebelum kakeknya yang turun tangan dan mengendis sesuatu yang tak beres antara hubungannya dan Liora. Sebagai bos dan sekretaris, juga sebagai kedua orang tua Xiu.Setidaknya hanya ini yang bisa dilakukannya untuk membantu Liora dari ikut campur kakeknya.Liora tersentak dan tatapannya melebar. "Apa?"Daniel menatap raut kecewa wanita itu sejenak dan melanjutkan. "Kau tahu kakek tak menyukaimu, kan. Dia menyuruhku memecatmu.""Atas permintaan Carissa?" sengit Liora mulai emosi. Bukan karena ia menginginkan pekerjaan ini, tetapi kesal jika Carissa benar-benar ikut campur dalam rencana ini. Seringai wanita itu sebelum masuk ke dalam ruangan Daniel memperjelas kelicikan wanita itu."Ini tidak ada hubungannya dengan Carissa, Liora. Kakekku …"Liora semakin kesal dengan kalimat Daniel yang terkesan
Daniel mengerang jengkel membaca pesn singkat yang lagi-lagi dikirim oleh Carissa mengenai pertemuan mereka dengan sang kakek. Selah wanita itu memang sengaja membuat acara-acara semacam ini hanya untuk membuang waktunya. Dan memang ya.Ia melangkah dengan kesal menyeberangi teras dan masuk ke dalam rumah. Carissa menyambutnya dengan senyum terlalu lebar yang membuatnya jengah.“Kau mengganggu kesenanganku, Carissa. Apa tujuanmu kali ini?” desis Daniel tanpa basa-basi ketika berhenti di depan wanita itu.“Kali ini ukan aku. Asisten kakekmu yang tiba-tiba menghubungiku. Dan … ada sesuatu yang lebih menarik. Sejak pagi aku melihat mobil anak buah kakekmu di ujung jalan perumahan. Apa kau tidak melihatnya?”Wajah Daniel seketika membeku. Ya, sebelum mendekati gerbangn rumahnya, ia sempat curiga dengan mobil hitam yang familiar tersebut, tetapi segera mengabaikannya dan berpikir mungkin hanya suatu kebetulan.Carissa menyilangkan kedua tangan di depan dadadan mendekatkan wajah ke arah Dan
Part 30 Turun TanganDaniel mengangguk. Dan beruntung ketegangan tersebut segera terpecahkan oleh kedatatangan Carissa. Dengan nampan berisi teh hangat dan camilan di piring. “Gyokuro, teh favorit kakek datang.” Carissa meletakkan satu cangkir teh yang masih mengepulkan asap halus di hadapan Arata.Napas Daniel kembali, menatap sang kakek yang perhatiannya mulai teralih pada Carissa dan teh di meja. Minuman favorit sang kakek untuk menghabiskan waktu santai di malam hari.Begitu Carissa duduk di sampingnya, pembicaraan pun berubah menjadi lebih ringan. Dan tepat jam sembilan, sang kakek memutuskan untuk pulang. Daniel dan Carissa mengantar Arata ke depan teras, keduanya menunggu mobil sang kakek menghilang dari balik pintu gerbang barulah kembali masuk ke dalam rumah.“Apa kau akan kembali ke apartemen?” tanya Carissa mengekor di belakang Daniel naik ke lantai dua.“Bawa barangmu kembali ke kamarmu.”Mata Carissa melebar. “Apa kau akan bermalam di sini?”Langkah Daniel terhenti, mena
Part 31 Meluruskan Kesalahpahaman Daniel melangkah masuk. “Jerome menyuruhku mengurus semuanya, jadi sementara waktu akulah yang bertanggung jawab atas dirinya sampai dia dan Jenna datang.”“Jerome?” dengus Samuel. “Bukankah hubungan kalian sedang tidak baik-baik saja? Kenapa dia harus mempercayakan kakak iparnya padamu? Apa istrimu tidak keberatan kau masih saja berkeliling di sekitar mantanmu?”“Dan kenapa itu menjadi urusanmu? Tunanganmu jelas memiliki hati yang luas melihatmu masih berkeliling di sekitar mantan selingkuhanmu.”Samuel menggeram rendah, kedua tangannya terkepal dan pegangan Liora di lengan segera mengalihkan kemarahannya pada Daniel.“Pergilah, Samuel. Aku baik-baik saja,” bujuk Liora dengan suara lirihnya sebelum ketegangan di antara Samuel dan Daniel berubah menjadi baku hantam.Samuel menoleh ke arah Liora, sorot matanya menunjukkan penolakan yang segera dilelehkan dengan permohonan dalam tatapan wanita itu. Mendesap panjang, akhirnya Samuel mengangguk. Menggen
"Ah, jadi memang begitu, ya?" Tatapan Daniel menajam. Tanpa melepaskan pandangannya dari Liora, ia merogoh ponselnya."Di mana ponsel istriku?""...""Hancurkan dan buang."Mata Liora melebar mendengar perintah tersebut. "Apa yang kau lakukan, Daniel?""Jadi, barang apa saja yang diberikan pria itu padamu? Apakah semua isi lemarimu?""Kau pikir aku pengeruk emas Samuel?" kesal Liora tersinggung."Baguslah kalau tidak." Ada peringatan dalam kepuasan tersebut. "Lakukan itu padaku."Liora terdiam mendengarkan penuturan tersebut. Ada keposesifan yang familiar dalam suara dan tatapan Daniel yang membuatnya membeku. Untuk sejenak, hanya sejenak. Liora merasakan dadanya berdebar halus ketika tatapannya dikunci oleh Daniel."Liora?" Suara panik Jenna muncul dari arah pintu segera memecah keheningan di antara keduanya. Wanita itu setengah berlari mendekati ranjang pasien, membekap mulut dengan mata yang berkaca-kaca melihat keadaan sang kakak. "Apa yang terjadi padamu?"Liora memaksa seulas se
"Kenapa kau mengatakan semua itu, Daniel?" Liora ingin berkata lebih dingin dan kasar. Namun yang keluar malah suaranya yang lirih dan lembut. Lihatlah, hanya rangkaian kata-kata itu saja sudah berhasil membuatnya tak berkutik seperti ini. Pria ini jelas sudah menguasai dirinya lebih banyak dari yang seharusnya.Daniel tak langsung menjawab. Menatap dalam dan lembut kedua mata Liora, mengunci dan tak membiarkan wanita itu melepaskan pandangan mereka yang saling bertaut. "Sebagai permintaan maaf?"Kening Liora berkerut. Seharusnya tak semudah ini memaafkan."Aku tak pernah baik-baik saja tanpamu, Liora. Tak pernah."Kesungguhan dan keseriusan dalam ucapan Daniel berhasil memyentuh hati Liora meski wanita itu ingin menolaknya. Tatapan pria itu terlalu hangat dan entah bagaimana, seolah hatinya pun merindukan tatapan tersebut untuknya."Apa yang kau lihat tak pernah seperti yang sesungguhnya. Sekarang, aku tak menginginkan apa pun lagi selain kau tetap berada di sisiku.""Kau tahu aku ta
Part 34 MembutuhkanmuPonsel Daniel bergetar bersamaan ketika membaringkan Liora di tempat tidur. “Istirahatlah,” ucapny sambil memperbaiki selimut untuk Liora. Kemudian berjalan ke dinding kaca dan mengangkat panggilannya.“Ada apa?”“Salah satu anak buah tuan Saito baru saja menyelinap ke ruang perawatan nyonya Lim.”Daniel mengembuskan napas kelegaan. Seperti firasatnya, anak buah kakeknya pasti akan datang. Paling cepat mala mini. “Semua seperti yang ada dalam rencana, kan?”“Ya, Tuan.”“Bagus. Lanjutkan seperti rencana,” pungkasnya mengakhiri panggilan. Berbalik dan menatap Liora yang masih belum memejamkan mata. “Kau belum tidur?”“Kau membawaku pulang selarit ini karena kakekmu?” Liora tak tahu kenapa harus mempertanyakan hal itu. Tetapi menjadi istri simpanan, ia tak mengira akan serumit dan semengganggu ini. Juga ada kekesalan yang menyelinap masuk ke dalam hatinya meski ia paham situasi ini juga demi Xiu.Daniel menatap kecewa yang terlintas di mata Liora. Mendesah pendek,