Cakra, Putra dan para anggota Natch sudah sampai di depan rumah Aksa. Tidak lama setelah kedatangannya, Cakra melihat ada sebuah mobil parkir di dekat motor mereka.
Ia tersenyum kecil saat melihat ada perempuan yang keluar dari dalam mobil itu.
"Qilla, lo udah denger kabarnya?" tanya Putra sambil menatap Aqilla yang baru saja keluar dari dalam mobil.
"Udah. Gua ke sini buat nemuin Aksa. Kalian juga?" jawab Aqilla diakhiri dengan sebuah pertanyaan.
"Iya," jawab Cakra.
Mereka pun berjalan bersama memasuki perkarangan rumah Aksa. Langkah mereka berhenti tepat, saat Cakra, Putra, dan Aqilla sudah berada tepat di depan rumah Aksa.
Dengan berat hati, Cakra mulai mengetuk pintu rumah Aksa. Berulang kali ia mencoba untuk tersenyum. Biar saat nanti Aksa keluar, ia bisa menyambut sahabatnya itu dengan senyuman hangat. Supaya sejenak sahabatnya itu bisa melupakan apa yang sudah menimpa Pitaloka.
Perlahan pintu rumah Aksa mulai terbuka. Put
Putra dan Cakra sudah ada di pasar ilegal yang tadi diceritakan oleh Putra. Mereka memakai sebuah masker, kacamata dan jaket untuk menutupi identitas mereka. Supaya tidak ada berita yang menyebar kalau mereka telah membeli barang di pasar ilegal. Karena bisa gawat jika berita itu menyebar luas. Bisa-bisa mereka jadi incaran polisi.Selagi mereka berjalan ke tempat yang mereka tuju. Para anggota Natch dan Salamander yang mengikuti mereka perlahan-lahan mengikuti gerakan mereka. Para anggota kedua devisi itu memberi jarak aman, supaya tidak akan yang curiga dengan kedatangan mereka. Dan supaya mereka bisa langsung melindungi ketua mereka jika seandainya ada yang tiba-tiba menyerang ketua mereka.Langkah mereka semua berhenti saat Putra dan Cakra sudah sampai tujuan mereka. Putra berhenti tepat di sebuah ruko yang sudah tutup.Putra menendang pintu ruko itu secara perlahan untuk memberi tanda orang yang ada di dalam ruko. Tak lama setelah itu, pintu ruko itu terbuk
Pagi-pagi buta seperti ini, Aqilla sudah ada di depan pintu rumah Azkia. Aqilla datang ke rumah Azkia karena ingin memastikan kecurigaannya selama ini.Ia berkali-kali mengetuk pintu rumah Azkia. Tetapi tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang pemilik rumah. Ia sudah menelepon Azkia berkali-kali. Tetapi tidak ada satu pun teleponnya yang bisa tersambung dengan perempuan tersebut.Jadi ia hanya bisa diam di teras rumah. Sambil menunggu Azkia muncul dari dalam."Lo ngapain di rumah gua?" tanya seorang perempuan dari arah belakang Aqilla.Aqilla yang kaget mendengar itu, sontak langsung melihat ke arah belakang. Ia menghembuskan nafas lega, saat tau kalau orang yang ada di belakangnya itu adalah Azkia."Buat nemuin lo, lah. Dari mana aja lo? Udah gua tungguin dari tadi juga," ucap Aqilla sambil menatap wajah Azkia."Gua habis beli makan," jawab Azkia sambil menunjukkan sebuah kantong plastik berisikan makanan kepada Aqilla."Mau ngapain
Azkia menatap sendu seorang laki-laki yang sedang tiduran di atas kasur. Dengan langkah pelan, ia berjalan memasuki kamar laki-laki itu. Berjalan mendekat ke kasur laki-laki itu.Ia duduk di tepi kasur laki-laki itu. Senyumannya muncul saat ia memandang banyak buku yang berjatuhan di lantai.Sekarang Aksa yang ada di dekatnya bukanlah Aksa yang ia kenal. Karena Aksa yang ia kenal adalah laki-laki yang sangat suka dengan kebersihan dan kerapian. Setiap ada barang yang tidak rapi, pasti laki-laki itu akan langsung merapihkan barang tersebut. Tetapi itu Aksa yang ia kenal. Aksa yang sekarang berbeda. Kamarnya sangat berantakan, rambutnya yang acak-acakan. Sangat berbanding terbalik dengan sifat Aksa yang aslinya."Besok lo masuk sekolah, 'kan?" tanya Azkia sambil memandang wajah Aksa."Lo ngapain di sini? Bukannya lo besok ada ujian?" tanya Aksa tanpa memandang ke arah Azkia."Gua udah nggak peduli lagi sama ujian. Karena sekarang yang terpentin
Putra dan Cakra sedang ada di markas Natch. Tentu saja mereka didampingi oleh para anggota Salamander dan Natch yang sekarang sedang bersama di dekat warung.Mereka masih memikirkan tentang keadaan Aksa. Rasanya mereka belum bisa tenang sebelum melihat wajah sahabatnya itu secara langsung.Cakra ingin sekali memandang wajah sahabatnya itu secara langsung. Dan menanyakan tentang kondisinya bagaimana sekarang.Sedangkan Putra ingin sekali mendengar suara tawa Aksa. Terakhir kali ia mendengar suara tawa laki-laki itu adalah saat malam terakhir mereka liburan. Dan itu pun sudah tiga hari yang lalu.Saat suasana di antara mereka sedang hening. Ada satu orang dari anggota Natch berlari ke arah mereka. Dengan keringat yang sudah membasahi keningnya, ia mendekat ke arah Putra dan Cakra."Orland, lo ngapain lari-lari malam-malam kayak gini? Lagi bosen lo?" tanya Putra sambil menatap laki-laki yang berlari ke arahnya."Ada pertempuran di bawah jembata
Aqilla sekarang sedang ada di sebuah cafe bersama Shila. Aqilla tidak sengaja bertemu dengan Shila saat ia sedang menunggu taksi di dekat cafe itu. Jadi karena ia ingin bertanya tentang Aksa kepada perempuan itu, makanya ia ajak perempuan itu untuk minum bersama di cafe.Tatapan Shila terfokus pada sebuah mesin ketik yang ada di bawah kursi Aqilla. Ia tidak menyangka kalau ada yang masih menggunakan mesin itu di zaman sekarang."Itu mesin ketik kamu?" tanya Shila sambil menatap wajah Aqilla."Ini harusnya milik Aksa. Tapi saya belum sempat ngasih ini ke dia," jawab Aqilla."Milik Aksa? Kok bisa?""Sebenarnya dia pengen sekali punya mesin ketik sejak SMP. Tapi belum kesampaian sampai sekarang. Jadi saya ingin memberikan Aksa mesin ketik ini. Hitung-hitung biar Aksa nggak terus-terusan sedih. Oh, iya. Apa saya bisa minta tolong?""Minta tolong apa?""Tolong berikan mesin ketik ini pada Aksa. Saya yakin, dengan mesin ketik ini bisa
Seminggu sudah berlalu. Ujian yang menentukan lulus atau tidaknya para kelas XII pun sudah selesai dilaksanakan. Dan sekarang adalah saatnya untuk memastikan kalau mereka berhasil melewati ujian tersebut dengan baik. Supaya mereka tidak perlu mengulang kembali.Semua murid SMA Nusa Bangsa sedang melakukan upacara. Upacara kali ini sangat penting bagi para kelas XII. Karena di upacara ini akan diumumkan tentang informasi kelulusan mereka.Dengan sangat khidmat. Mereka mendengarkan Kepala Sekolah yang sedang mengucapkan amanat.Setelah menunggu sekitar menit, sekaranglah saat yang mereka tunggu-tunggu. Sang kepala sekolah sudah mulai membahas tentang kelulusan kelas XII. Membuat semua murid yang ada di sana sangat penasaran."Tetapi sebelum saya mengucapkan tentang hasil ujian kalian. Saya mohon terlebih dahulu untuk kelima perwakilan dari kelima SMA segera berjalan ke tengah lapangan," ucap Diaz sekalu kepala sekolah.Tidak lama setelah itu, m
Semua perwakilan dari sekolah lain sekarang sedang beristirahat di ruangan OSIS. Mereka tidak langsung pulang, karena kepala sekolah SMA Nusa Bangsa ingin bertemu mereka sekali lagi untuk mengucapkan kalimat terima kasih.Tetapi situasi yang seharusnya bahagia itu menjadi tegang. Saat Aqilla menampar pipi keras sebelah kanan Aksa di depan para perwakilan sekolah lain."Woi, kalem. Jangan asal nampar gitu," ucap Raka sambil menengahi Aqilla dan Aksa."Aqilla apa lo tau apa yang lo lakuin barusan? Jangan sampai hubungan sekolah lo dan SMA Angkasa rusak karena kelakuan lo tadi," ucap Rio memperingati Aqilla."Lo pernah janji buat nggak akan pernah pergi dari gua. Tapi seminggu belakangan ini lo menghilang entah ke mana. Dan sekalinya gua ketemu lo, gua lihat lo mencium kening sahabat gua. Sebenarnya apa yang lo mau, Alvin?" tanya Aqilla tanpa menghiraukan perkataan para orang yang ada di sekitarnya.Aksa tersenyum kecil saat mendengar itu. Secara perl
Aksa, Azkia, dan Fanny sekarang sedang berada di sebuah bioskop. Tentu saja mereka masih menggunakan seragam sekolah. Karena mereka langsung ke bioskop setelah dari sekolah. Ditangan Azkia sekarang ada dua tiket film. Sebuah film bergenre romantis. Yang seharusnya ia tonton bersama Aksa untuk menghilangkan semua beban yang sudah ia tanggung selama ujian. "Sa, lo masuk duluan," ucap Azkia sambil menyerahkan satu buah tiket kepada Aksa. "Oh, oke," ucap Aksa sambil mengambil tiket itu lalu melenggang pergi. "Dan ini buat lo," ucap Azkia memberikan tiketnya pada Fanny. "Lah, buat apa? Kan harusnya yang nonton ini lo sama Aksa," ucap Fanny bingung. "Lo sayang sama Aksa, 'kan? Ini kesempatan terakhir lo buat berduaan sama Aksa. Jadi gunakan kesempatan ini sebaik mungkin." "Apa maksudnya kesempatan terakhir?" "Dengerin gua baik-baik dan gua mohon jangan emosi. Malam ini Aksa bakalan dijodohkan. Perjodohan ini untuk keba