"Reza--"
"Keputusanku sudah bulat untuk apa yang sudah aku rencanakan ini!"
Bisa apa mereka berdua kalau Reza sudah berkata begitu?
"Ini adalah keputusan hidupmu. Aku tidak akan mempengaruhi apapun dan aku tetap akan mendukungmu Reza. Tapi aku hanya khawatir setelah kau melakukan niatmu itu pada Rania maka kau akan menyesal seumur hidupmu. Karena tidak mungkin bisa menghidupkannya lagi Reza."
"Dan maaf ini Za, apa kamu bakal bisa ngejelasin apa yang terjadi pada Rania ke Marsha?"
Biasanya David tidak ikut menimpali tapi kini dia merasakan sesuatu di dalam h
"Akhirnya kau datang juga.""Sesuai janjiku, selepas rapat Michael Clarke."Setelah lumayan lama menunggu, seseorang yang dinanti itu akhirnya muncul.Tak bisa lagi Michael menutupi kekesalan di wajahnya saat seseorang di hadapannya duduk berseberangan dengan dirinya."Kau sudah melebihi batas bersikap pada seorang yang sudah membesarkanmu Reza!"Dia tak sabar dan sudah meluapkan semua kesal di hatinya."Di belakangku ada dua ratus juta karyawan. Di belakangku ada mereka yang menggantungkan harapan besar untuk tetap menyambung nyawa mereka dengan bekerja di perusahaan ini. Aku harus berpikir bagaimana perusahaan harus terus beroperasi dan mendatangkan profit yang bisa dibagi pada mereka setiap bulannya sebagai upah. Di mana letak aku melampaui batas bersikap?" sindir Reza yang tentu saja tidak bisa diterima dengan lapang dada oleh orang yang berada di hadapannya."Kalau hanya untuk urusan keluarga aku harus mengorbankan kehidupan dua ratus juta keluarga di belakangku, apakah itu namany
"Kau tahu dia tidak ada hubungannya dengan keluarga kita dan dia adalah putri dari istriku dengan suaminya yang terdahulu!" Michael masih bicara meluapkan perasaannya."Tega kau memperlakukan itu padanya?""Menurut Anda aku lebih tega daripada diri Anda sendiri?"Tapi bukannya menjawab, Reza malah mengembalikan lagi pertanyaannya pada orang di hadapannya."Aku tega? Yang benar saja kau!" protes Michael lagi."Di sini kau yang bersalah karena mempermainkan dirinya! Kau mengenalnya dari kecil! Kalian sudah seperti saudara, kau--""Kalau Anda tahu kami seperti saudara kenapa malah menjodohkan kami untuk menikah?"Reza bersikap sangat tenang sekali. Cuma kata-katanya itu nyelekit. Dia selalu saja bisa menumbangkan seseorang dengan sepatah dua patah katanya dan membuat gemas campur emosi."Reza!ā"Tuan Michael Clarke, bukankah saudara tidak boleh menikah?"Dari panggilan Reza sudah jelas di sini kalau dirinya tidak ingin berbicara atas dasar ikatan kekerabatan. Tapi sebagai profesional."
"Hari ini apa lagi agendaku?"Selepas masuk ke dalam mobil, Reza bertanya pada seseorang yang ada di sampingnya yang masih mencoba mencari cara duduk yang nyaman."Sekarang ini sudah jam sembilan kurang dua belas menit lagi. Tak ada agenda apapun, paling aku hanya punya agenda buat pulang ke rumah dan bertemu dengan keluargaku setelah berbulan-bulan aku tidak bertemu dengan mereka.""Aku bertanya agendaku bukan agendamu! Dan siapa bilang kau boleh pulang?"Pria itu pun meringis mendengar jawaban Reza."Kau tidak mengizinkanku pulang?" Dia tak suka dan sudah lemas sekali menatap Reza."Tapi kan aku ingin bertemu dengan putraku. Masa aku hanya video call dengannya saja? Tega sekali kau!Lagian istriku juga butuh jatah kali."Namanya manusia memiliki kebutuhan yang banyak sekali. Bukan cuma kebutuhan ekonomi tapi juga kebutuhan biologis termasuk yang diminta oleh asisten Reza itu."Tapi kurasa pekerjaan kita belum selesai.""Aish, tak pedulilah. Habis aku mengantarkanmu, aku mau pulang da
"Reza, segitu teganya kamu sama aku?"Sayangnya seseorang yang dipanggil sudah tidak mau mendengarkannya lagi. Geram betul hati wanita itu melihat Reza meninggalkannya tapi memang dia tidak bisa berbuat apapun karena Reza yang dipanggil-panggil olehnya tetap tidak mau berbalik dan masuk ke dalam lift begitu saja.Sssh, pasti ada yang salah dengannya! Aku yakin sekali pasti ada wanita yang menggodanya! Tidak mungkin kan dia seperti ini?Setelah security mengusirnya keluar dirinya memang merasa sangat tak tenang. Dia ingin tahu apa yang dilakukan Reza selama beberapa bulan terakhir ini.Tapi bisakah dia mencari tahu?TOK TOK TOK!"Febry ini sudah malam! Kamu mau apa lagi sih?""Aku udah ketemu sama Reza, Dad! Tapi dia nggak mau ngedenger aku. Dia nggak peduli bahkan dia malah nyuruh security mengusirku! Dia benar-benar udah nggak ngelihat aku sebagai anggota keluarganya lagi. Aku benar-benar dipermalukan!ā"Sudahlah Febry! Kalau kamu memang tidak bisa lagi bersama dengannya ya sudah. Le
Tak ada telepon juga.Sementara itu di sisi lain seorang wanita bersungut karena dia menunggu sesuatu yang tidak kunjung ada kabarnya.Kupikir setelah pelukan itu dia akan memberikan kabar padaku dan akan menepati janjinya untuk menelepon. Tapi sampai Marsha tidur dia tidak menghubungi. Haaah.Dia menggerutu sendiri sambil mengelus kepala putrinya yang sedang terlelap.Apa karena pekerjaannya sangat banyak makanya dia tidak bisa menghubungi ya? Tapi masa iya nggak ada waktu istirahatnya? Atau mungkin dia sedang sibuk dengan urusannya yang lain? Tapi katanya dia sudah bercerai bukan dengan istrinya? Rania, apa kau tidak pernah bisa melupakannya? Dan apa terus akan seperti ini hidupmu dengannya? Menjadi wanita dibalik layar.Rania bersungut sendiri karena malam ini dia juga tidak bisa tidur entah kenapa rasanya matanya terus saja terbuka. Padahal sudah seharian ini dia juga tidak tidur. Sibuk bermain dengan putrinya yang terus menanyakan seseorang yang biasanya menemani putrinya dalam b
Sementara itu di tempat lain."Tidakkah kalian bisa bekerja dengan benar?"Emosi seseorang sepertinya sangat buruk sekali saat ini dan dia sudah melemparkan berkas-berkas itu ke lantai."Perbaiki!"Mereka semua yang ada di hadapan Reza diam. Tak ada yang berani berkata-kata. Hanya satu orang yang memungutnya untuk nanti dibagikan di depan setelah mereka selesai dimarahi."Dan berikan laporan barunya padaku sejam lagi!"Tak ada yang bicara. Mereka keluar dari ruangan itu dengan wajah sangat stres sekali."Reza kurasa tidak baik kalau harus melepaskan semua emosimu pada mereka.""Paman Bagus, siapa juga yang melepaskan emosiku pada mereka? Aku hanya tidak suka dengan pekerjaan mereka yang berantakan itu. Apa mereka tidak mengerti standar yang sudah kubuat?" tanya yang membuat Bagus malah tersenyum"Apa yang lucu Paman Bagus?""Apa Rania belum juga meminta pada pelayan untuk menghubungimu?""Siapa yang bilang aku menunggu dia meneleponku?"Reza membuang wajahnya kesal. Tapi untung saja B
āSsssh, menyuruh mereka pergi saja rasanya sulit sekali. Apa susahnya sih tinggal keluar dari pintu itu?āReza memang masih kesal tapi bibirnya sudah tersenyum saat dia mengucapkan itu. Tak sinkron dengan perasaannya apalagi saat matanya menatap ke layar handphonenya senyum bahagia kembali muncul."Ehem."Dia berdehem sebelum memencet nomor telepon mansion tempat dua orang wanita yang sangat diperhatikannya itu tadi menghubunginya.Marsha: Papa. Papa Reza kapan Papa pulang? Aku udah bisa banyak. Bisa baca. Bisa nulis. Aku udah bisa tambahan sama kurangan terus aku juga udah bisa bikin hujan. Tadi aku baru belajar bikin hujan. Sama aku juga udah bisa gambar gunung. Gambar pohon. Aku bisa gambar orang. Gambar bebek. Aku udah bisa banyak diajarin sama mama. Terus aku juga udah bisa manggil Papa Reza pake R bukan pake L.Suara yang kurindukan. Sudah lama sekali aku ingin sekali mendengar suara ini. Kenapa baru meneleponku sekarang? Apa sulit aku tidak menghubungimu selama sehari lalu kau
Rania: Reza, waktu itu kan--Reza: Sampai saat ini aku tidak mengganti nomor handphone-ku. Kau ingin beralasan apa-apa padaku?Rania ingin menjawab tapi hatinya sudah bersiasat sendiri dan membuat dirinya sulit untuk bicara.Reza: Lalu sekarang bagaimana aku bisa percaya padamu? Kau sudah banyak menghianatiku.Rania: Maaf tapi tolong jangan salah paham. Aku tidak menghubungimu karena kau bilang tidak perlu ada lagi hubungan di antara kita. Jadi aku tidak berani melakukannya. Aku takut kamu menolakku lagi dan aku tidak berani. Maaf. Aku tidak tahu kalau selama ini--"