"Ayo pak, kita makan di restoran disana dulu" ajak Bella. "Sudah saya bilang jangan panggil saya bapak" Andi menekukkan wajahnya tanda tidak terima dengan ucapan Bella tadi. "Baiklah, akan saya usahakan. Soalnya masih canggung pak". "Eh, Andi" mendengar Bella menyebut namanya tanpa embel-embel pak lagi membuat Andi tersenyum. "Nah, gitu dong. Jadi saya tidak berasa terlalu tua". "Kalau kamu mau bisa panggil saya dengan sebutan mas Andi" perkataan Andi sontak membuat wajah Bella merona merah karena tersipu malu. "Saya rasa kurang pantas saja kalau saya manggil dengan sebutan mas Andi. Takutnya akan terjadi kesalah pahaman" Bella mencoba untuk membentengi jarak antara mereka berdua. Dia tidak ingin nanti terhanyut dengan kata-kata manis Andi. Dia takut akan sakitnya patah hati. Mendapatkan sebuah kekecewaan dari orang yang dicintai nantinya. Seperti halnya yang telah dialami oleh mamanya. Pengalaman hidup mamanya lah yang membuatnya sedikit merasa trauma untuk menjalin hubungan. O
"Bella... " sapa seseorang. Mendengar ada yang memanggil namanya, Bella pun langsung menoleh. Suara tersebut terdengar begitu familiar di telinga Bella. Ketika dia melihat sosok yang memanggil namanya tadi, Bella langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia seperti terkejut melihat orang tersebut. "Andin" teriak Bella dan langsung menghambur memeluknya. "Ya ampun, kamu sekarang tambah keren dan tambah cantik saja" puji Bella kepada sosok wanita yang kini berdiri di hadapannya. "Kamu juga sekarang lebih cantik" balasnya lagi memuji Bella. "Kamu terlihat sangat begitu anggun dengan balutan hijab dikepalamu ini" kata Andin sambil membelai hijab Bella. "Kamu juga sekarang jauh lebih feminim dan menawan. Sekarang sudah tidak ada lagi Andin si cewek tomboy yang brutal" kekeh Bella. Hingga keduanya pun tertawa bersama. Semua karyawan yang ada direstoran tersebut memandangi mereka berdua. "Aish. Ada nyonya CEO rupanya". "Ciye.... Yang sudah jadi istri seorang CEO lupa sama kaw
"Maksud pak Andi apa ya?" untuk pertama kalinya Bella menampilkan wajah marahnya kepada Andi. Bella merasa jika Andi kini tengah mempermainkannya dengan mengakui jika dia adalah pria yang dia tolong tiga tahun yang lalu. "Kan sudah saya bilang jangan panggil saya pak kalau tidak sedang waktu bekerja" Andi masih tetap bersikap ramah dan tersenyum manis kepada Bella. Andin yang melihat senyuman manis Andi langsung meleleh, dia seakan merasa jika Andi bersikap begitu sangat manis kepada sahabatnya Bella. "Saya tidak peduli dengan hal itu, yang ingin saya tanyakan. Kenapa bapak berbicara seperti tadi? Malah mengaku jika bapak adalah pria yang saya tolong dulu". "Jangan-jangan bapak nguping pembicaraan kami ya". "Saya tidak menyangka jika bapak sepicik itu orangnya. Jangan mentang-mentang bapak itu suka sama saya jadi bapak menghalalkan segala cara untuk memiliki saya" ucap Bella dengan nada marah. Tapi Bella berbicara penuh percaya diri jika Andi sengaja mengatakan hal itu demi memenuh
Bella terdiam setelah mendengar permintaan dari Andi. Pertanyaan yang tak pernah dia angankan terucap di bibir sang bos. Bella masih antara percaya dan tidak percaya dengan semua yang baru saja terjadi. Dia telah dilamar oleh pria yang memang telah membuatnya terpesona pada perjumpaan pertama. "Apakah semua ini nyata?" ucapnya dalam hati. Bella memandangi Andi yang masih memegangi sebuah cincin emas putih bermata berlian yang begitu sangat cantik. Andin dan Rony pun juga sama seperti Bella. Terpana dengan sikap lugas Andi yang tidak bertele-tele. Entah apa yang harus mereka komentari. Benar-benar gentle. Sungguh pria sejati. Rony pun mengakui hal tersebut dalam hatinya, jika Andi begitu berani dalam mengambil keputusan dan tindakan seperti tadi. Dia langsung meminta Bella untuk menjadi istrinya. Bukan meminta Bella untuk menjadi kekasihnya. "Bagaimana dengan istrimu?" tanya Rony spontan tentang hal tersebut ketika terlintas dalam pikirannya begitu saja. "Aku akan segera menceraikan
"Kamu mengambil penerbangan jam berapa sayang?" tanya Andi kepada Bella. Kini dia tidak perlu merasa malu-malu lagi untuk bersikap romantis kepada Bella. Andi merasa tidak ada halangan lagi baginya agar bisa hidup bersama dengan Bella sekarang. Wanita yang benar-benar dia cintai, wanita yang akan dia perjuangkan untuk membersamai hidupnya. Wajah Bella merona merah saat Andi memanggilnya dengan sebutan kata sayang. Tidak pernah dia sangka sebelumnya, jika kepergiannya ke Bali akan menjadi awal bagi hubungan dirinya dengan Andi. Meski dia mencoba ingin menolak kehadiran Andi yang masuk ke dalam hidupnya. Tapi ada sedikit rasa dalam hatinya yang ingin mengambil posisi Tamara sebagai istri Andi. Sebab, seharusnya dialah yang menjadi istri Andi sejak dulu. Namun posisi itu direbut oleh Tamara, tanpa dia ketahui. Mengingat perbuatan mamanya Tamara kepada ibunya membuat hati Bella sedikit tergerak untuk menerima kehadiran Andi. Apalagi, diapun memiliki perasaan yang sama. Inilah yang namany
"Kepulangan kalian ada hubungannya dengan hal ini" tanya Gris. "Iya. Andi sebenarnya ingin mencari bukti kalau Tamara itu bukan orang yang telah menolongnya. Itulah alasan dia sebenarnya pergi ke Bali ini".. "Astaga. Keren banget sih pak Andi, dia bisa yakin kalau si mak lampir itu bukan penolongnya waktu itu". "Aku sangat yakin kalau pak Andi itu tidak memiliki rasa apapun kepada si mak lampir. Soalnya aku melihat tatapan mata pak Andi ke Tamara itu seperti tersirat kebencian". "Mungkin dia juga merasa jengah dengan tingkah gila si mak lampir". "Kita harus buka kedok busuk si mak lampir gila itu. Aku akan membantumu untuk merebut kembali hak kamu untuk menjadi nyonya Andi Prayoga Wardana" Gris mengucapkannya dengan penuh semangat yang membara. Bella merasa terharu dengan ucapan Gris tersebut. Dia langsung melebarkan tangannya untuk memeluk sang sahabat. Gris pun langsung bereaksi menyambutnya dengan penuh hangat. Keduanya pun berpelukan dalam rasa haru bahagia. Ucapannya yang me
"Duh, jeng Tessa ini memang the best deh. Paling royal diantara geng sosialita kita ya". "Iya kan jeng Mia" ujar Rida si penjilat dalam geng sosialita yang diikuti oleh mama Tamara. Dia memang menginginkan pengakuan kalau dirinya adalah wanita berkelas yang harus berada di puncak paling teratas. Maklum saja, OKB (orang kaya baru) beda sama orang yang beneran kaya. Tessa selalu merasa ingin menyaingi Listy mamanya Andi. Dia tidak ingin kalah dalam hal berpenampilan maupun bersosialisasi dengan orang-orang kelas atas. Padahal harta yang Tessa gunakan adalah harta milik Andi anaknya Listy. Manusia yang tidak punya otak ya begitu. "Maklum bu, bisnis anak saya sekarang lagi maju. Jadi kalau traktir makan begini anggap saja sedang bersedekah" ucap Tessa dengan anggun tapi bernada angkuh. "Rasanya anak jeng si Tamara bisnis butiknya bukannya bangkrut ya. Setahu saya kan begitu, soalnya butiknya kan sudah dibeli sama anak saya" jawab bu Lidya yang memang secara frontal selalu berkata pedas
"Tumben banget sih papa mertuaku menghubungi aku?" tanya Tamara berbicara pada pria yang memanggilnya sayang ketika ayah mertuanya menelpon tadi. . "Mungkin ada hal penting yang ingin dia bicarakan dengan kamu sayang" ucap Gery melingkarkan tangannya di pinggang Tamara. Sembari menciumi leher jenjang milik Tamara. "Nanti malam kamu tidur disini lagi kan sayang?". "Aku nggak bisa lama-lama berjauhan dengan kamu. I'm addicted to you" Gery mencium tengkuk Tamara penuh nafsu. Meski mereka baru saja melakukan aktivitas panas mereka. Tamara kini tengah berada di apartemen Gery yang sengaja dia belikan untuk kekasih hatinya itu. Mereka sudah menjalin hubungan sudah hampir dua tahun. Selama menjalin hubungan dengan Gery, Tamara lah yang mengeluarkan biaya kencan mereka. Gery hanyalah seorang bartender di sebuah cafe ternama. Dengan wajah tampannya dan tubuh atletis yang paripurna, serta rayuan kata-kata manis yang mampu membuai wanita. Gery suka merayu para wanita-wanita kesepian untuk men