"Apa Maksudnya ini?" tanya Arman, dengan tatapan tak sukanya pada Indra.
"Mas..! Kamu kenapa kembali?" tanya Nisa tak nyaman, sambil berdiri disisi suaminya."Oh...! Jadi kamu nggak suka, jika aku mengganggu acara lamaran kalian?" tanya Arman ketus."Kamu ngomong apa sih, Mas?" tanya Nisa tak nyaman pada suaminya."Jadi begini kelakuan kamu di belakangku, Nisa?" tanya Arman lagi."Ini tidak seperti yang kamu bayangkan, Mas!" jelas Nisa serba salah."Lalu, seperti apa yang tidak aku bayangkan, Nisa?" tanya Arman kasar.Indra yang merasa tak rela Nisa disudutkan, akhirnya tak mampu lagi menahan "Oh...! Jadi seperti ini kelakuan suami, yang kamu pertahankan, Nisa! Berkata kasar tanpa bertanya terlebih dahulu!""Apa maksud kamu, hah!" sambar Arman tak terima."Udah dong, Jangan ribut!" pinta Nisa sambil berusaha memisahkan."Orang kasar seperti ini, gak bisa dipertahankan, Nisa! Lebih baik ceraikan dia dan menikahlah denganku!" ucap Indra tanpa peduli dengan Arman."Indra....!" Nisa tak menyangka, jika indra senekat itu, melamar dirinya di depan Arman yang masih sah sebagai suaminya."Kamu gila ya? Nisa adalah istriku!" sambar Arman sambil menyembunyikan tubuh Nisa dibelakangnya."Hahaha....! Apa kamu pikir kamu pantas berada disisi wanita sebaik dan selembut Nisa, hah!" ucap Indra sambil memandang rendah Arman.Nisa yang dari tadi hanya melihat perdebatan itu tak mampu berbuat apa-apa."Lalu, siapa yang pantas mendampingi Nisa! Kamu?" tantang Arman tak mau kalah."Ya..! Aku dan Nisa adalah sepasang kekasih, dan kami..! Akan melanjutkan kisah asmara kami pada sebuah pernikahan!" jawab Indra dengan jelas."Cukup...! Kalian berdua apa-apaan sih?" teriak Nisa dari samping Arman."Nisa..!""Nisa..!"Serempak dua orang laki-laki dewasa itu menoleh ke arah Nisa."Sayang, kamu harus mendengar saran aku, dan kita akan membangun rumahtangga seperti impian kita dulu, ya!" ungkap Indra dengan tatapan memohon."Nggak.. nggak, Nisa! Kamu jangan dengerin ucapan laki-laki ini, Nisa!" ujar Arman seketika panik melihat kesungguhan Indra."Kamu gak punya hak meminta Nisa, untuk menjadi istri kamu, brengsek!" lanjut Arman emosi."Hei, broo! Aku tau bagaimana menderitanya Nisa selama jadi istri kamu!" ungkap Indra mencemooh."Nisa, aku mohon Nisa! Ceraikan laki-laki ini, dan aku akan menikahi kamu!""Bugh...!" Arman tak mampu lagi menahan kekesalannya.Seketika Indra mendapatkan pukulan di wajahnya, dan menyebabkan ia terjatuh ke lantai."Indra...!" reflek Nisa memanggil nama Indra, dan bergegas menghampirinya."Kamu nggak kenapa-kenapa 'kan?" tanya Nisa khawatir, tanpa sadar jika saat ini ia bukanlah siapa-siapa indra.Arman, yang melihat bagaimana reaksi istrinya pada laki-laki lain, merasa cemburu, dan dia pun kembali melayangkan pukulan kepada Indra."Bugh..!""Akh...!""Hentikan....!!" bentak Nisa sambil menatap Arman tajam."Kamu apa-apaan sih Mas, kenapa harus sampai memukul Indra seperti itu?" tutur Nisa yang merasa kesal dengan kelakuan Arman yang kasar."Kamu yang apa-apaan, Nisa? Kenapa kamu membela orang, yang udah berniat menghancurkan rumahtangga kita?" tanya balik Arman tak kalah kesal.Sejenak suasana menjadi hening. Ketiga orang dewasa itu hanya saling pandang dan mulai menyadari posisi masingmasing."Maaf...! Aku hanya tidak ingin terjadi kekerasan!" ungkap Nisa sambil beranjak masuk ke dalam rumah."Tunggu, Nisa!" panggil Indra seraya bangkit dari lantai.Arman yang melihat gelagat indra, langsung bergegas menghampiri."Stop...! Jangan pernah kamu masuk ke dalam rumah ini!" tegur Arman."Oke..! Aku tidak akan masuk ke dalam rumahmu, asal ijinkan Nisa untuk ikut bersamaku!" ungkap Indra tak kalah tegas."Apa maksud kamu! Dan jangan pernah berpikir untuk merusak rumahtangga kami!" Arman pun berlalu dan masuk terlebih dahulu ke dalam rumah."Mas..!" panggil Nisa.Mendengar panggilan istrinya, Arman berhenti dan tanpa menoleh ia berkata "Aku tidak akan melepaskan dirimu untuk dia!" Arman pun melanjutkan langkahnya, meninggalkan dua orang yang hanya saling pandang."Nisa..! Kumohon Nisa, jangan bertahan dengan pernikahan yang toxcik seperti ini!" ujar Indra kekeh dengan rencananya."Cukup Indra! Kamu tidak berhak untuk menilai rumahtangga kami!" tegas Nisa."Nisa...! Aku tau bagaimana situasi rumahtangga yang kamu banggakan ini!""Cukup Indra, cukup! Sekalipun rumahtangga kami hancur, bukan hak kamu untuk memberi penilaian buruk, dan berpikir aku mau menikah lagi denganmu!" Bentak Nisa."Dengar Nisa! Aku tidak akan menyerah, aku akan buktikan jika aku mencintaimu, dan akan aku perjuangkan sesuatu yang berharga dalam hidupku! Camkan itu!"ungkap Indra sambil berniat pergi.Nisa yang mendengar kata-kata Indra merasa gelisah "Tunggu Indra!"Indra yang telah berniat pergi pun menghentikan langkahnya dan tersenyum, ia merasa yakin jika Nisa masih mencintainya."Kenapa lagi, Nisa? Apa kamu berubah pikiran, hmm..?" tanya Indra dengan tatapan lembut."Aku...!" Nisa tak sempat melanjutkan kata-katanya, saat ia melihat kemunculan suaminya.,"Mas..!" Hanya itu kata yang terucap dari bibir Nisa."Kamu..! Masih betah juga kamu bertahan di rumahku!" ujar Arman sambil memandang tajam Indra."Ho..ho..! Ternyata ada orang yang sedang cemburu?" sindir Indra sambil tersenyum mengejek."Apa belum cukup aku menghajarmu! Cepat pergi, dan jangan pernah kamu berpikir, untuk merampas Nisa dariku!" sarkas Arman."Hei.. broo! Nisa bukan barang, yang bisa kamu pertahankan, meskipun kamu tidak lagi membutuhkannya!" jawab Indra tak kalah tegas."Apa urusanmu, meskipun aku menyakitinya, memangnya apa yang bisa kamu lakukan, hm..!" sambil berkata, Arman menarik paksa Nisa ke sisinya.Melihat perlakuan kasar Arman, indra langsung menarik kerah baju Arman "Jangan pernah menyakiti wanita yang aku cintai, meskipun saat ini statusnya adalah istrimu!""Kita lihat saja, apa yang akan kamu lakukan, dan apa yang akan terjadi jika kamu masih mencampuri urusan rumah tanggaku!" jawab Arman santai, sambil melepaskan tangan indra dari bajunya.Nisa yang melihat bagaimana pedulinya Indra terhadap dirinya.Dan melihat bagaimana angkuhnya Arman, seakan tak terima jika dirinya dianggap tak penting dan lemah."Cukup..! Aku tidak ingin ada perdebatan lagi. Indra, pulanglah dan biarkan aku dengan kehidupanku!""Dan Mas Arman, jika memang ingin kembali ke kantor, pergilah!" Tanpa berkata lagi, Nisa langsung masuk ke dalam rumah.Melihat Nisa pergi begitu saja, Arman langsung tersenyum "Lihatlah, bukankah itu tandanya, jika dia masih memilihku! Dan kamu, silahkan tinggalkan rumah ini, dan jangan pernah kembali ke rumah ini lagi!" ucap Arman sambil berlalu meninggalkan indra yang masih mematung."Hei...! Jangan pernah kamu berpikir aku akan mundur untuk mendapatkan wanita yang aku cintai. Dan asal kamu tau, diantara aku dan Nisa, telah lahir buah cinta kami!" teriak Indra.Mendengar apa yang dikatakan Indra, Arman seketika baru menyadari, jika sosok yang berdebat dengannya, adalah mantan suami dari istrinya.Arman berhenti dan berbalik arah memandang Indra."Jangan pernah kamu berniat, untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan! Dan aku tidak akan tinggal diam!" Arman pun melanjutkan langkahnya ke arah mobil, dan langsung pergi.Indra memandang pintu yang tertutup rapat di depannya. Ia bertekad untuk tetap memperjuangkan Nisa dan putranya.Sementara Nisa, yang sejak tadi hanya duduk diam di kursi makan, masih memikirkan pertemuannya dengan Indra.Sejujurnya, Nisa masih menyimpan rasa pada ayah dari putranya itu. Namun, jika mengingat, bagaimana mantan mertuanya yang begitu tidak menginginkan kehadirannya, membuat Nisa kembali bersedih.Berbeda dengan Nisa, Arman saat ini masih merasa kesal, dan ada sedikit ketakutan dalam hatinya. Ia seolah takut jika istrinya berpaling pada cinta masa lalunya, dan pergi meninggalkannya.Lama Arman berkecamuk dengan pikiran dan hatinya. Ingin melepaskan Nisa, tapi ia masih sayang. Namun saat ini, ia juga mempunyai wanita lain, yang juga ia cintai."Huft.....! Mengapa aku seakan tak rela melepaskan Nisa? Tapi...! Bagaimana dengan Sherly? Belum lagi laki-laki bajingan itu begitu menginginkan Nisa."Arman masih berpacu dan berdebat dengan pikirannya.Tak terasa waktu seminggu berlalu begitu saja, dan masalah yang sempat hadir di dalam rumah tangganya pun seakan dilupakan.Tak ada yang membahas masalah kedatangan Indra. Baik Nisa yang memang tak ingin berdebat dengan suaminya, dan Arman pun seolah hanya mendiamkan prihal itu.Disaat Nisa sedang duduk sendiri di taman belakang sendiri, ia kembali teringat dengan setiap kata yang diucapkan mertua dan adik iparnya yang selalu menganggap dirinya adalah benalu di kehidupan Arman."Apa yang harus aku lakukan untuk mempunyai penghasilan."Jika ingin kerja, pasti tidak akan diijinkan! Jika kerja dari rumah? Tapi kerja apa?" ujar Nisa meracau sendiri.Dalam kebingungannya, Nisa teringat dengan teman akrabnya satu desa yang juga tinggal di kota ini, dan rumahnya juga tidak terlalu jauh dari sini."Hm....bukankah? Yes, aku punya jalan keluarnya. Aku akan punya kerja, dan punya penghasilan sendiri. Aku akan keluar dari keadaan yang menyesakkan ini secepatnya!" gumam Nisa dengan segala rencana yang melintas di pikirannya."Kita lihat saja Ibu mertua, akan aku buat kalian tak berkutik lagi di depanku." Nisa tersenyum smirk dengan rencananya, untuk membungkam mulut kedua wanita, yang selalu menghinanya selama ini.Setelah menemukan solusi untuk masalah pekerjaannya, Nisa segera melihat jam dari hapenya. "Hm...! Baru jam delapan, pasti Dinda belum tidur. Tapi lebih baik aku ganti sim card dulu aja ah!" gumam Nisa sambil tersenyum.Setelah mengaktifkan nomornya dan menyalin nomor sahabatnya, Nisa langsung menghubungi, dan tak perlu menunggu lama panggilan pun langsung terhubung."Halo..dengan siapa ya?" Begitu mendengar suara di seberang, Nisa langsung tersenyum."Assalamualaikum Dinda, ini Nisa! Kamu nggak lupa sama aku 'kan?" jawab Nisa."Waalaikumsalam, ya Allah Nisa..! Apa kabar? Kamu kemana aja Nis?" Dinda begitu gembira, begitu tau jika yang menghubunginya adalah orang yang ia tunggu kabarnya selama ini."Alhamdulillah aku baik, Da, selama ini aku dan Ahmad tinggal di rumah Mas Arman, kamu gimana? Apa masih lanjut usaha yang waktu itu atau buka usaha baru, Da?" tanya Nisa penasaran."Oh...Aku lanjut ke usaha yang lama Nis, masalahnya di usaha itu, aku udah di kenal banyak orang, jadi lebih
Arman yang mendengar bentakan dari istrinya, membatalkan niatnya yang ingin tidur."Cukup sudah kamu menghina posisi aku dan anakku dalam hidupmu, Mas!Bukankah sedari awal, kamu mengetahui statusku. Apa pernah aku menipumu Mas?" Kekecewaan yang selama ini terhadap sifat suaminya, tumpah sudah!"Nisa...." Arman tak mampu berkata-kata.Melihat air muka Nisa yang tampak penuh kekecewaan, ada penyesalan yang muncul dalam hatinya."Ahmad adalah darah dagingku Mas, dan aku adalah Ibu kandung Ahmad." "Jika untuk membuat kamu bahagia, harus memisahkan aku dan Ahmad. Itu nggak mungkin Mas, aku nggak akan bisa!" Sedih dan kecewa itulah perasaan Nisa saat ini."Mengapa kamu bicara begitu Nisa?" tanya Arman heran."Kamu menikahiku, tapi kamu gak bisa menerima kehadiran Ahmad dalam rumah tangga kita. Itu namanya apa, Mas?""Aku nggak pernah memisahkan kamu dan anakmu, Nisa." Arman mencoba membela diri."Ini....!! Apa kamu sadar Mas? Kata-kata ini yang telah memisahkan antara aku dan Ahmad! Apa ha
"Nggak Nisa, nggak! kumohon jangan kau ucapkan kata terkutuk itu lagi!" jawab Arman semakin merengkuh tubuh istrinya.Takut merasa akan kehilangan, membuat Arman pun langsung berkata "Jangan tinggalkan aku, jangan pernah capek berdiri di sisiku, Nis, aku mohon...!Temani aku, untuk menaklukkan bahtera ini, seperti cita-cita kita dulu Nisa, please...!" Arman merasa tak sanggup mendengar rintih kepedihan dalam diri istrinya, yang begitu ia cintai."Percuma aku bertahan Mas, jika aku sendiri tak tau lagi ke mana arah bahtera ini akan di bawa!" jawab Nisa lemah."Cukup kamu bertahan di sisiku Nis, biarkan aku berjuang sendiri di temani semangat cinta yang kau berikan." Arman begitu takut, jika harus kehilangan wanita yang ia perjuangkan, walau harus melawan orang tuanya saat itu."Siapa dia Mas?""Si..siapa? Kamu mengigau 'kan Nis? Tidurlah." Arman dengan susah payah menyelesaikan ucapannya yang hanya beberapa kata."Jawab jujur Mas, siapa dia? Biarkan aku melepas mu jika itu membuat mu te
Begini Pak, istri anda mengalami pendarahan, terlambat sedikit saja ditangani, maka akan fatal akibatnya!" ucap dokter dengan wajah tegas. "Apa pasien melakukan pekerjaan berat atau mengalami tekanan emosi yang berlebihan?" tanya pria berjas putih itu.Maaf Dok, tadi memang kita ada salah paham yang berakibat pertengkaran. Memangnya apa yang terjadi pada istri saya Dok?" "Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat atas kehamilan istri anda." jawab Dokter tersebut."Apa Dok!? Istri saya hamil??" "Benar Pak, usia kandungan pasien saat ini memasuki usia empat minggu." "Nisa hamil?.... istri saya hamil Dok? alhamdulillah." tanya Arman lagi dengan wajah bahagia.Tanpa sadar Arman langsung memeluk Dokter paruh baya tersebut."Begini ya Pak, kandungan ibu Nisa sangat lemah, jadi tolong diusahakan, agar bapak lebih extra dalam menjaga pola makan, istirahat dan terutama emosinya. Bagaimana pak?" nasehat dokter tersebut."Baik Dok, saya akan berusaha memberikan yang terbaik untuk istri dan ca
Mendengar jika istrinya mempunyai teman laki-laki, Arman merasa tak terima jika istrinya nanti lebih akrab dengan laki-laki itu dan merasa nyaman, maka bisa saja Nisa pergi meninggalkan dirinya."Memangnya udah lama kenal yank?kenal di mana? Udah pernah ketemuan ya?" Arman segera memberikan rentetan pertanyaan.Nisa yang melihat rona merah menahan emosi di wajah suaminya, semakin semangat bercerita. "Hmm.! Sebenarnya aku baru sih kenal sama dia Mas, yaa..! Walaupun awal kenal lewat aplikasi sih, tapi dia enak diajak ngobrol, ngobrolnya nyambung lagi! Malah nih Mas ya? Dia itu udah kabulkan apa pun permintaan aku lho Mas, hehehe.""Mana, sini nomor handphone nya?" ucap Arman sambil menadahkan tangan meminta."'Kan handphone aku di rumah Mas, emang nya kamu mau ngapain? Mau hubungin dia? Ayo...!Jangan usil deh Mas."Nisa berusaha menahan tawanya, saat melihat wajah suaminya yang merah seperti kepiting rebus menahan emosi."Yank, please jangan nekad deh, jangan pernah hubungi dia lagi ya
Brak..!""Arman! Ngapain kamu bawa dia ke rumah sakit, jika hanya sakit biasa begitu sih! Buang-buang uang saja." Melihat putranya memperlakukan istrinya dengan baik, bu Susy pun meradang."Ma! Mama apaan sih Ma! Datang ke Rumah Sakit teriak-teriak begitu. Mama mau kalau sampai Mama diusir sama security?" "Mengenai Nisa yang dirawat di sini, itu bukan keinginan dia. Tapi itu semua salah aku, gara-gara keegoan aku, aku hampir kehilangan calon anak aku, Ma."Bu Susy yang mendengar kabar kehamilan menantunya nampak tak suka dan tak rela."Apa!! Wanita itu hamil?" "Wanita itu istriku Ma, dia punya nama. Please, demi anak aku, hargai dia Ma." Arman memohon pada mamanya."Cukup dulu kamu memohon untuk menikahi dia Arman! Jangan pernah kamu memohon pada Mama, untuk menerima dia sepenuhnya hanya karena dia hamil. Mama gak sudi punya cucu dari wanita seperti dia!" ujar bu Susy sambil melototkan matanya.Kata-
Arman yang melihat raut kecewa di wajah istrinya, langsung menolak panggilan dan menyimpannya kembali."Maaf, aku akan menyelesaikan permasalah ini secepatnya sayang!" ungkap Arman sambil memegang tangan istrinya."Itu adalah hak kamu Mas, dan aku hanya tidak ingin, jika pernikahan kita dimasuki orang ketiga." Tanpa berkata lagi, Nisa langsung membaringkan tubuhnya, dan membelakangi suaminya."Jika aku tahu kalian masih menjalin hubungan, maka jangan salahkan aku, jika aku inginkan perpisahan, Mas!" lanjut Nisa.Arman yang mendengar ultimatum istrinya hanya diam. Begitu masuk kedalam rumahnya, bu Susy langsung duduk dengan kasar dan meletakkan tasnya begitu saja. Nampak wajah penuh kemarahan, dan hembusan napas kasar pun berulang ulang ia lakukan.Semua itu membuat Bella, yang dari tadi duduk santai sambil menikmati cemilan di depan tv merasa heran dengan kelakuan ibunya."Mama kenapa sih? Datang-datang bukannya ucap salam k
Bu Susy langsung merogoh tasnya mengambil handphone. Ia langsung menghubungi seseorang. Tak lama terdengar suara dari seberang."Halo, Sherly ini Tante! Kamu ada waktu nggak? Ada yang ingin Tante bicarakan!" ucap Bu Susy pada seseorang.Terdengar obrolan panjang lebar antara bu Susy, dan seseorang di seberang sana. Entah apa yang dibicarakannya tak ada ada yang tahu. Muslihat dan taktik apa yang di rencanakan pun tak diketahui.Bahkan Bella yang saat itu berada di luar kamar ibunya pun, tak dapat mendengar jelas apa isi percakapan ibunya dengan Sherly. Yang ia ketahui bahwa ibunya sedang merencanakan sesuatu."Hm...! Moga aja Mama punya rencana bagus untuk mengusir perempuan itu dari keluargaku!" Gumam Bella sendiri.Tak terasa dua hari sudah Nisa dirawat di Rumah sakit. Hari ini Nisa sudah diperbolehkan pulang.Setelah menyelesaikan administrasi dan keperluan lainnya, Arman membawa istrinya pulang ke rumah mereka.Begit