Saat Ningrum sibuk mencari keberadaan Rudi di antara para tamu. Secara tidak sengaja Ningrum melihat Rudi duduk di salah satu ruangan sambil memeluk Akbar. Sekilas Ningrum melihat air mata sang putra jatuh saat memeluk Akbar."Kenapa kamu di ruangan ini!" bentak Ningrum hingga membuat Rudi terkejut."Mama," jawab Rudi sambil meletakkan Akbar lalu mengusap air matanya."Cepat jawab pertanyaan Mama, apa yang kamu lakukan di sini, dan kenapa kamu menangis saat memeluk anak haram itu?" tanya Ningrum dengan tegas."Tidak ada apa-apa Ma, aku hanya menyayangi Akbar seperti putra ku sendiri," jawab Rudi sambil berdiri dari tempat duduknya."Sekarang cepat ikut Mama, karena para tamu sudah menunggumu," ucap Ningrum sambil menarik tangan sang putra.Semua rangkaian acara sudah dilalui oleh Rudi dan Anita. Kini saatnya Rudi dan Anita bermalam di sebuah hotel mewah di kota Surabaya. Syifa yang melihat Rudi dan Anita pergi untuk menikmati malam pertama mereka hanya bisa terdiam sambil menahan agar
Setelah selesai sarapan Rudi dan Andre langsung berangkat ke kantor. Begitu juga dengan Sherin dan Shania yang langsung berangkat menjalani aktivitasnya masing-masing. Ningrum yang sudah penasaran dengan malam pertama Anita dan Rudi langsung mengajak sang menantu ke ruang keluarga."Semua orang sudah berangkat, sekarang kamu harus ceritakan kepada Mama tentang kejadian semalam," ucap Ningrum sambil memeluk tubuh Anita dari belakang."Mau cerita apa Ma, namanya malam pertama ya seperti itu rasanya," jawab Anita yang terlihat sewot."Kamu kenapa, kok jadi sewot seperti itu?" tanya Ningrum sambil mengajak Anita duduk di sofa ruang keluarga."Memangnya Mama nggak lihat tatapan Mas Rudi ke pembantu genit itu," jawab Anita sambil terlihat sedikit cemberut."Syifa maksudmu," ucap Ningrum penasaran."Iya siapa lagi, sejak Mas Rudi bertemu dengan Syifa di meja makan aku melihat ada tatapan yang berbeda," jawab Anita sambil menoleh ke arah sang mertua."Ah kalau Mama lihat sih biasa saja, kamu
"Kenapa Mbak Anita bicara seperti itu?" tanya Syifa dengan penasaran."Karena aku tahu kalian pasti punya hubungan rahasia,"jawab Anita sambil tersenyum kecut."Hubungan rahasia, apa maksud Mbak Anita dan kenapa Mbak bisa menyimpulkan hal seperti itu," tanya Syifa sambil berusaha menarik rambutnya dari cengkraman Ningrum."Kami pikir aku tolol, tatapan mata kalian saat berpandangan tidak dapat membohongi ku," jawab Anita sambil menatap Syifa."Nyonya lepaskan rambut saya!" teriak Syifa sambil menarik rambutnya dengan keras."Asal Nyonya besar dan Mbak Anita tahu, saya dan Mas Rudi tidak ada hubungan apapun selain hubungan majikan dan pembantu," tanbah Syifa setelah melepaskan rambutnya dari jambakan Ningrum."Ehm kamu pikir kami percaya, asal kamu pelacur seperti kamu akan sangat muda menggoda semua laki-laki apalagi mereka yang notaben keluarga kaya raya seperti Mas Rudi," ucap Anita sambil berjalan mendekati Syifa."Plak," tiba-tiba Syifa menampar pipi Anita dengan cukup keras."Kur
"Apa maksudmu, aku tidak melakukan apapun kepada pembantu itu," ucap Anita sambil mengelak."Jangan bohong! Aku sudah tahu apa yang kamu dan Mama ku lakukan kepada Syifa," bentak Rudi hingga membuat Anita terkejut."Dari mana dia tahu apa yang sudah kami lakukan, apa jangan-jangan perempuan itu melapor kepada Mas Rudi," batin Anita sambil menatap Wajah sang suami."Kenapa diam, kamu pasti heran darimana aku bisa tahu apa yang sudah kamu lakukan kepada Syifa," tebak Rudi saat melihat wajah gugup Istrinya."Tidak, ehm begini saja bagaimana kalau malam ini kita makan di luar," ucap Anita sambil merayu Rudi."Tidak, malam ini aku mau makan di rumah bersama keluargaku," jawab Rudi yang lalu berjalan ke arah kamar mandi.Anita yang melihat sikap dingin Rudi langsung keluar dari kamar. Dia mulai berjalan ke arah ruang keluarga untuk menemui Ningrum dan kedua adik iparnya. Sambil memasang wajah cemberut Anita duduk di samping mertuanya."Ya ampun menantu kesayangan Mama kenapa cemberut, coba k
Ningrum dan Andre langsung bergegas keluar dari kamar untuk segera ke kamar sang putra. Ternyata Shania dan Sherin sudah ada di depan kamar sang kakak. Terdengar keributan dan perdebatan antara Rudi dan Anita."Rudi, cepat buka pintunya," perintah Andre sambil mengetuk pintu kamar Rudi."Rudi! Cepat buka pintunya," teriak Ningrum yang sudah khawatir dengan keadaan sang menantu."Ada apa Ma?" tanya Rudi sambil membuka pintu kamarnya."Minggir kamu," ucap Ningrum sambil mendorong tubuh Rudi dan berjalan ke arah Anita yang menangis di bawah tempat tidurnya."Rudi! Kenapa kamu bisa memukul seorang perempuan, apalagi dia istrimu," bentak Andre saat melihat Anita penuh dengan luka lebam."Dasar anak tolol tidak punya otak kamu, bisa-bisanya kamu memukul Anita hingga babak belur," tambah Ningrum sambil berjalan ke arah Rudi dan memukul kepalanya."Perempuan seperti dia memang harus dikasih pelajaran, agar dia tahu bagaimana caranya bersikap sopan," jawab Rudi seolah mencari pembenaran dalam
"Sekarang aku tanya sama Mama, apa Mama lupa kalau tadi kami pamit ke Dokter?" tanya Rudi kepada Ningrum."Mama ingat, tapi kenapa sampai selama ini?" tanya Ningrum sambil mendesak Rudi."Rumah sakit itu tempat umum jadi wajar kalau lama," jawab Rudi sambil berjalan ke arah kamarnya.Melihat sang suami masuk ke dalam kamar Anita langsung mengikutinya. Terlihat Rudi mulai memejamkan mata seolah terlihat sangat lelah. Anita yang saat itu sudah berada di dalam kamar langsung masuk dan duduk diatas tempat tidur."Sepertinya kamu sangat lelah Mas?" tanya Anita dengan lembut."Iya," jawab Rudi dengan singkat."Apa mau aku pijitin atau aku buatkan teh hangat untukmu," tawar Anita sambil memegang tangan suaminya."Tidak perlu, lebih baik kamu keluar, karena aku ingin beristirahat," jawab Rudi hingga membuat Anita kesal dan keluar dari kamarnya.Anita yang kesal dengan Rudi langsung menemui Syifa yang sedang menemani Akbar. Anita yang dalam kondisi marah langsung membuka kamar Syifa. Dia langs
“Kenapa Mama tidak boleh mengusirnya? Ini rumah Mama jadi Mama berhak mengusir siapa pun yang Mama mau!" bentak Ningrum saat dia tahu pemilik suara yang membentaknya."Tapi aku yang membawa Syifa dan aku juga yang memberikan dia upah selama ini, jadi hanya aku yang berhak mengusirnya!" jawab Rudi sambil menghampiri Ningrum dan Anita."Mungkin maksud Mama agar kamu tidak perlu terbebani dengan biaya penggeluaran Syifa dan putranya, Sayang," ucap Anita sambil berjalan dan memeluk lengan kekar sang suami."Diam kamu! Jangan pernah menghasut semua orang yang ada di rumah ini dan asal kamu tahu aku tidak pernah merasa terbebani dengan kehadiran Syifa selama ini," bentak Rudi sambil menatap Anita dengan tatapan tajam."Syifa cepat kembali ke kamarmu sekarang," perintah Rudi kepada Syifa yang di balas dengan anggukan kecil."Tapi Mas …." belum selesai Anita menyelesaikan ucapannya Rudi langsung memotong ucapannya."Jika kamu tidak suka atau keberatan dengan aturan yang aku buat silahkan perg
"Bagaimana hasil pemeriksaan Dokter?" tanya Ningrum yang sudah penasaran dengan hasil pemeriksaan Anita. "Dokter bilang Anita hamil Ma," jawab Rudi sambil memapah Anita masuk ke dalam rumah dengan perlahan. "Alhamdulillah, akhirnya sebentar lagi Mama punya cucu. Sekarang kamu bawa Anita ke kamar biar dia bisa istirahat, Mama mau ke dapur dulu untuk meminta Marni dan Mbok Inah masak makan malam istimewa," perintah Ningrum sambil mengusap perut Anita yang masih rata lalu berjalan ke arah dapur. "Ma, tidak perlu biar Rudi saja yang ke dapur sekalian mau minta tolong Mbok Inah buatkan kopi," ucap Rudi hingga membuat Ningrum menghentikan langkahnya. "Baik kalau begitu, biar Anita Mama yang antar ke kamar. Ayo Sayang Mama bantu ke kamar, " ucap Ningrum sambil menggandeng tangan menantu kesayangannya. "Tapi Mas …." belum selesai Anita bicara Rudi langsung memotong pembicaraannya."Kamu ke kamar sama Mama dulu ya, setelah buat kopi aku akan langsung masuk ke kamar," jawab Rudi sambil ter