Saat sudah di perbolehkan berkunjung di ruang rawat, bu Yuli dan tuan Bram lah yang terlihat sangat bahagia kala melihat kedua cucu mereka dalam keadaan sehat dan bugar. Kebahagiaan mereka tidak bisa dibandung ketika melihat dua malaikat yang sedang tertidur lelap di samping kanan dan kiri Chelsea. "Ya ampun, lucu sekali kedua anakmu Chelsea, meraka sangat imut dan begitu cantik juga tampan," puji bu Yuli yang tidak bisa membendung kebahagiaannya. "Apa yang kau katakan itu benar bu besan, kedua cucu kita ini sangat cantik dan juga tampan sekali, aku sendiri tidak menggambarkan bagaimana bahagianya aku bisa melihat kedua cucuku ini," seru tuan Bram yang begitu sangat gemas saat menatap wajah meraka. "Benar Tuan, kita sangat beruntung karena bisa melihat cucu-cucu kita lahir dengan sehat dan selamat." jawab bu Yuli menambahkan kebahagiaannya. Nyonya Andin, Edo, dan lainnya hanya bisa terdiam menatap mereka yang seakan tidak menganggap meraka ada, saat itu Edo sama sekali tidak berni
"Ibu hanya mengingatkan saja pada ibumu ini, kau jangan tersinggung," ucap nyonya Andin melempar senyum. "Tentu saja aku tidak tersinggung Nyonya Besan, aku sangat senang karena telah diberikan kesempatan untuk datang merawat anak dan cucuku, aku sangat bahagia sekali karena bisa ada di samping Chelsea. Dan saat Chelsea sudah pulih nanti, aku akan pulang ke desa," seru bu Yuli yang saat itu tersenyum tipis menatap nyonya Andin. "Bagus, kalau begitu nikmati saja sisa waktumu di sini Ibu besan, karena sebentar lagi Chelsea pasti akan segera pulih dan kau akan kembali ke desa mu." jelas nyonya Andin tanpa ragu menyakiti hati bu Yuli. Bu Yuli hanya melempar senyum kala itu, ia tidak ada jawaban lain selain pasrah dan tersenyum, lalu setelah mengatakan itu nyonya Andin pun memilih untuk pergi, sementara Chelsea saat itu mendekati bu Yuli untuk memastikan keadaannya. "Ibu, apa kau tidak apa-apa?" tanya Chelsea yang saat itu mendekati bu Yuli lalu menyentuh pundaknya. "Tidak masalah say
Saat sore tiba, Chelsea membawa kedua anaknya keluar untuk mengantar kepergian ibu Yuli yang sudah berpamitan bahwa ia akan pulang ke desa hari itu juga, meskipun sedih karana ditinggalkan oleh ibu kandungnya di saat ia masih membutuhkan sosok ibu, namun Chelsea harus tegar dan tabah untuk kehilangannya, ia tidak bisa memaksa agar ibunya tetap tinggal bersamanya, ia juga merasa kasihan jika sampai ibunya akan merasa tidak nyaman karena sikap seluruh anggota keluarga. Untuk itulah Chelsea harus menerima keputusan yang tepat ibu Yuli, yaitu membiarkannya pulang ke kampung halaman nya. Chelsea berusaha untuk tidak menunjukkan wajah sedih nya, saat bu Yuli menghampiri dirinya dan mencium kening nya dengan penuh kasih sayang. "Ibu pulang dulu ya, kau jaga anak-anak mu dengan baik dan jangan lupa istirahat, kau pasti akan merasa sangat lelah, karena kau harus bekerja 24 jam untuk anak-anak mu," ucap bu Yuli memberikan pesan. "Jangan khawatir Bu, aku akan baik-baik saja, aku justru mencem
Di sudut ruangan, Edo terlihat gelisah seorang diri, ia masih berpikir keras bagaimana bisa Chelsea bisa berani padanya saat ini, ia masih tidak percaya jika itu adalah Chelsea. "Sial, kenapa Chelsea tiba-tiba bisa berubah jadi wanita yang begitu berani padaku, apa dia lupa kalau aku adalah suami yang seharusnya dia hormati, tapi kenapa sekarang dia jauh lebih berbeda dari biasanya?"Edo terlihat sangat bingung saat itu, wajahnya dipenuhi dengan tanya karena tidak biasanya Chelsea bersikap seperti itu. "Memang sudah seharusnya Chelsea berani padamu jauh-jauh hari, bahkan Ayah sangat mendukung jika sekarang Chelsea bersikap jauh lebih berani padamu, tidak seperti sebelumnya, yang hanya berpikir bahwa kau adalah laki-laki yang harus di hormati, harusnya sejak dulu Chelsea melakukan ini padamu."Tiba-tiba Edo dikejutkan dengan suara seseorang yang tidak asing baginya, dan ia terkejut ketika melihat bahwa itu adalah suara dari tuan Bram. "Ayah, sejak kapan Ayah di sini?" tanya Edo deng
"Sayang, kamu kenapa si, kenapa marah-marah sama aku?" tanya Edo yang masih tidak tenang ketika Irish marah padanya. "Mas, bagaimana aku tidak marah padamu, dari awal masuk ke sana kau selalu menyebut nama Chelsea, apa kau sudah mulai cinta dan nyaman sama dia!" omel Irish yang tidak mau menatap wajah Edo. "Ya ampun, kenapa kamu ngomongnya gitu si, tentu saja tidak. Aku justru merasa aneh dengan sikap Chelsea yang sudah berubah. Irish, Chelsea yang ku kenal bukan lah wanita yang berani pada suaminya, sebab itu lah aku merasa bahwa ini adalah perubahan bagi hidupnya." jawab Edo yang mencoba untuk menerangkan. Hati Edo memang sangat tidak tenang ketika melihat perubahan sikap Chelsea, namun sebenarnya itu adalah hal yang sangat wajar. Apalagi saat ini Chelsea baru saja melahirkan dan baru saja menjadi seorang ibu baru. Sikapnya yang harus menjadi seorang ibu untuk dua anak sekaligus itu tidak akan mudah, akan tiba saatnya di mana Chelsea mungkin tidak akan semanis dulu lagi sebelum
Di kamar Edo nampak menghempaskan jas kerjanya di sofa kamarnya, ia sangat marah kala itu karena melihat tingkah tuan Bram yang semakin hari semakin dekat dengan Chelsea dan semakin membela dirinya. Saat itu nyonya Andin membuka pintu kamar, saat itu Edo menyadari bahwa ibundanya datang menghampiri dirinya, ia tertahan, mencoba untuk tidak meluapkan kemarahan di hadapan nyonya Andin. Namun, saat itu nyonya Andin justru mengajak Edo duduk dan menatapnya dengan tatapan yang cukup serius, Edo pun merasa bingung dan takut ketika membalas tatapan nyonya Andin. "Kenapa tidak melanjutkan amarahmu, lanjutkan saja Edo, Ibu datang ke sini bukan untuk melarang mu, Ibu datang ke sini karena Ibu juga memiliki perasaan yang sama dengan mu, kemarahan dan kebencian pada sikap ayah mu terhadap Chelsea," ucap nyonya Andin mengutarakan perasaannya. "Ibu, kenapa ayah begitu peduli pada Chelsea, kenapa setiap apa yang kulakukan tidak pernah benar di mata ayah, dan Chelsea selalu benar di matanya, kalau
"Mas, minggir, aku mau lewat!" cetus Chelsea yang saat itu terlihat sangat kesal lantaran Edo menghadangi jalannya. "Chelsea, bagaimana rasanya ketika mendapatkan perhatian penuh dari ayah? Apa kau merasa bahagia?" tanya Edo menatap tajam ke arah Chelsea. "Apa maksud mu Mas, ayah perhatian pada kedua cucunya, bukan padaku," ucap Chelsea memberitahu. "Tidak Chelsea, dia tidak hanya perhatian pada kedua cucunya, tapi pada dirimu juga, kau itu memang keterlaluan Chelsea, tidak mendapatkan perhatian dariku, tapi kau mencuri perhatian dari ayah mertuamu, apa kau sangat merindukan sosok seorang pendamping sampai kau memilih ayahku untuk mengisi hari-harimu?" tuduh Edo pada Chelsea. Chelsea melotot tajam ke arah Edo, apa maksud suaminya itu, mengapa ia menghakimi dirinya dengan tuduhan yang sangat tidak masuk akal itu, bahkan Chelsea sama sekali tidak pernah terpikir bahwa ia haus akan kasih sayang seorang laki-laki. "Mas, tolong jaga bicaramu, aku sama sekali tidak seperti yang kau tud
Pembicaraan antara Edo dan nyonya Andin tak sengaja di dengar oleh tuan Bram ketika mereka sedang mengobrol berdua di kamar. Tuan Bram pun akhirnya mengetahui bahwa selama ini Edo telah menduakan Chelsea dan mengkhianati pernikahan meraka. Dengan tatapan kemarahan tuan Bram menghampiri Edo yang sedang bersama dengan nyonya Andin, saat itu Edo terkejut ketika menyadari kedatangan tuan Bram, ia perlahan bangkit dari tempat duduk nya dan membalas tatapan dari tuan Bram. Plak!! Sebuah tamparan mendarat bebas di pipi Edo, nyonya Andin yang melihat itupun terkejut bukan main, ia berdiri tepat di depan Edo untuk mengulangi suaminya yang ia takutkan akan melakukan sesuatu yang lebih dari itu lagi. "Apa-apaan ini, kenapa kau menampar putraku?" tanya nyonya Andin tidak terima. "Apa kau sudah tidak waras, kau tahu kalau putramu telah mempermainkan pernikahan nya, tapi kau justru mendukung dan menyembunyikan semua ini dariku!" pekik tuan Bram tidak terima. "Lalu apa masalahnya dengan mu, ap