Tibanya di rumah tepat pukul 01:00 malam. Tuan Bram menunggu dengan sabar kedatangan Edo yang sudah ia nantikan sejak siang tadi. Bram terkejut saat ia masuk ke dalam rumah, tiba-tiba lampu ruang tamu menyala. Dan saat itu tuan Bram menunjukkan bahwa itu adalah dirinya, Edo menyibak rambutnya ke belakang, saat itu ia terlihat gelisah lantaran ternyata tuan Bram menanti kedatangannya sejak tadi. "Ayah, kenapa Ayah belum tidur? Ini sudah malam," ucap Edo berasa basi. "Kau sudah tahu kalau ini sudah malam, tapi kenapa kau sendiri baru pulang, dari mana kau? Apa kau lupa kalau di rumah istrimu sedang hamil tua?" tanya tuan Bram dengan nada yang tidak biasa. Saat itu tuan Bram terlihat sangat marah dan kesal, di suasana malam yang sepi tanpa ada satu orang pun yang berjaga kecuali dirinya dan Edo, membuatnya ingin mengutarakan semua rasa penasarannya pada Edo. Tuan Bram meminta Edo untuk duduk di ruang tamu, karena ada sesuatu yang sangat serius yang ingin ia tanyakan pada Edo. Dan hal
"Chelsea, katakan apa yang kau inginkan," lirih tuan Bram menyentuh hati Chelsea. "Ayah, aku ingin memiliki kamar sendiri," ucap Chelsea menatap tuan Bram tanpa keraguan. "Apa? Kabar sendiri, tapi kenapa Chelsea, bukannya kau dan Edo masih berstatus suami istri, kenapa ingin pisah kamar?" tanya tuan Bram tidak menyangka dengan permintaan Chelsea. "B-bukan seperti itu maksud ku Ayah, aku ingin memiliki kamar lain di lantai bawah. Ayah, kau tahu kan kalau aku sedang hamil tua, aku tidak kuat rasanya jika harus naik turun tangga, kakiku sakit, Ayah." jelas Chelsea yang tidak mengatakan secara langsung isi hatinya. Mana mungkin ia berani menjelekkan nama baik Edo di hadapan tuan Bram, sekalipun selama ini tuan Bram sama sekali tidak pernah memihak pada Edo, yang sudah sangat keterlaluan padanya. Saat itu tuan Bram melempar senyum lega, karena yang Chelsea inginkan bukan lah sesuatu yang membuat rumah tangga nya akan semakin renggang. "Oh, jadi kau ingin punya kamar sendiri lantaran h
Setelah semua selesai di bereskan, para Asisten rumah tangga membawa barang-barang Chelsea turun ke lantai bawah, sementara Chelsea sendiri dibantu turun karena ia terlihat sangat lelah sekali. Ia digiring masuk ke kamar barunya yang sudah terlihat sangat rapi, saat itu Chelsea terkejut ketika melihat kamar yang ia pilih sudah jauh berbeda dari sebelumnya, ia melihat ada beberapa peralatan bayi yang sudah tersusun rapi di sana. Ranjang bayi pun juga nampak terlihat nyata, berwarna putih senada dengan ranjang yang akan ia tiduri. "Ya ampun, kapan kamar ini di sulap sedemikian rapih nya?" tanya Chelsea yang tidak bisa menahan kebahagiaan di hatinya. "Beberapa saat yang lalu Nona, dan semua ini adalah ide dari tuan Bram, beliau lah yang telah mempersiapkan semua ini," ucap salah satu asisten rumah tangga. "Masya Allah, ayah baik sekali. Aku harus menemuinya." Chelsea dengan semangat membalikkan tubuhnya, ia ingin bertemu langsung pada ayahnya. Namun saat itu Chelsea terhenti lantara
"Tidak perlu kau bertanya dengan cara yang sopan dan baik Chelsea, ibumu itu tidak pantas mendapatkan sikap sebaik dirimu, kau harus sedikit egois agar kau mendapatkan tempat di rumah ini," celetuk tuan Bram yang memberikan pengajaran pada Chelsea. "Tapi Ayah, Ibu meminta sesuatu padaku, aku ingin melakukannya untuk Ibu," lirih Chelsea yang saat itu tidak mau ada pertikaian di antara dirinya dengan ibu mertuanya, walau kebaikan yang diberikan oleh Chelsea sama sekali tidak berpengaruh pada nyonya Andin. "Berhenti lah bersikap seolah aku adalah orang yang paling jahat di rumah ini, dan berhentilah bersikap bahwa kau adalah manusia yang paling sempurna kebaikannya di rumah ini, sikapmu itu membuat aku semakin muak!" marah nyonya Andin yang saat itu menoleh kembali ke arah Chelsea. "Kalau begitu berhenti lah berharap bahwa Chelsea akan selalu di bawah mu, perlahan aku sendiri lah yang akan menaikkan derajat putriku." tegas tuan Bram dengan sangat yakin bahwa ia akan melawan ketidak-suk
Edo menghampiri Chelsea yang saat itu terbaring di tempat tidur dengan infus yang terpasang di tangan kirinya. Bukannya kasihan pada Chelsea, Edo justru nampak menyalahkan Chelsea karena telah sengaja masuk rumah sakit agar mendapatkan perhatian dari tuan Bram dan dirinya di salahkan. Wajah Chelsea yang saat itu terlihat memerah menahan sakit justru dibuat tambah sakit lantaran ucapan dari suaminya sendiri. "Kau sengaja kan, sengaja terlihat lemah agar keluarga simpati padamu? Tapi kau tidak berhasil Chelsea, yang memperhatikan dirimu hanya lah ayah, ibu dan lainnya sama sekali tidak peduli padamu termasuk aku, aku sama sekali tidak perduli apa yang saat ini menimpamu," ucap Edo yang kala itu dengan lantang berkata demikian."Aku sama sekali tidak pernah mencari perhatian pada keluarga mu Mas, sedikit pun aku tidak pernah. Selama menjadi istrimu, aku berdiri di bawah kakiku sendiri, tapi saat kau mengatakan kalau aku sengaja mencari perhatian, kau salah besar! Mana mungkin rasa sakit
Melihat putra kesayangannya itu datang, membuat perhatian nyonya Andin teralihkan pada Edo, saat itu Edo terdiam menanti kedatangan nyonya Andin yang menghampiri dirinya. "Edo, istrimu masuk rumah sakti?" tanya nyonya Andin. "Ya Bu, dia ada di rumah sakit sekarang," ucap Edo membenarkan. "Memangnya apa yang terjadi padanya? Kenapa dia bisa masuk rumah sakit, benar-benar merepotkan!" celetuk nyonya Andin kesal. "Entah lah Bu, ayah bilang dia mengalami kontraksi, sebenarnya aku tidak peduli Bu, gara-gara dia aku dimarahi oleh ayah." jawab Edo cetus. Nyonya Andin marah dan kesal kala mendengar cerita dari Edo, ia berpikir bahwa akhir-akhir ini tuan Bram memang sangat membela Chelsea, entah itu ia salah atau pun benar. Namun sekalipun Chelsea benar, ia akan tetap dianggap salah oleh nyonya Andin dan juga Edo yang memang tidak menyukainya. Di sore hari yang cukup sunyi, lantaran semua sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ada yang memainkan game, ada yang memainkan ponsel dan
Esok paginya, keadaan Chelsea jauh lebih baik dari sebelumnya, ia terlihat lebih segar karena semalaman di temani oleh bu Yuli, meskipun diberikan kesempatan untuk bersama dengan sang ibu, namun Chelsea sama sekali tidak manja. Atau berkesempatan untuk mengatakan semua tentang kehidupannya selama ikut dengan suami, meskipun bu Yuli bertanggung jawab atas kebahagiaan yang seharusnya dirasakan oleh Chelsea, namun Chelsea nampak pasrah menghadapi semua ujian yang ada. Pagi ini suster membawakan makanan yang tersedia di rumah sakit, dan bu Yuli meminta agar dirinya saja lah yang menyuapi putrinya, dengan senang hati suster tersebut memberikan tugasnya pada sang ibu pasien, lalu setelah itu bu Yuli melempar senyum ketika mulai menyuapkan makanan itu pada Chelsea. Karena ada di rumah sakit sejak sore dan tidak ada satu pun sanak keluarga yang menjenguk, kecuali hanya tuan Bram, membuat ibu Yuli merasa curiga, lantaran rasa bingung itu terus datang membuat bu Yuli akhirnya memberanikan di
Tiba di kediaman tuan Bram, bu Yuli yang diizinkan untuk menemani Chelsea sampai melahirkan itu merasa sangat senang, karena ia akan bisa memantau keadaan Chelsea yang saat ini sedang hamil besar. Namun tidak dengan Chelsea yang merasa cemas kala itu, ia bingung harus bagaimana ketika ibunya akan tinggal bersamanya untuk beberapa waktu, tinggal bersama dengan nyonya Andin, ketiga adik iparnya, dan juga suami yang sama sekali tidak perduli padanya membuat Chelsea cemas. Cemas karena ia tidak mungkin bisa melihat bagaimana sikap mereka nanti saat tinggal bersama, tidak mungkin juga nyonya Andin akan merubah sikap nya di hadapan bu Yuli, seorang ibu miskin yang tidak memiliki apapun. "Selamat datang di rumah ini Bu, silahkan masuk," ucap tuan Bram menyambut dengan ramah. "Terima kasih banyak Tuan, terima kasih sudah diberikan izin saya untuk tinggal bersama dengan Chelsea, saya sangat senang," seru bu Yuli melempar senyum. "Iya Bu, Chelsea itu putrimu, jadi kau berhak tinggal bersama