“Berikan aku apapun itu, berikan kepadaku!” racau Clara.
Aland sudah tidak tahan lagi, dengan cepat kedua lengannya meraih tubuh Clara lalu membalikan posisinya agar benar-benar terbaring di atas ranjang. Wajah cantik dengan rona merah dan terlihat sayu, dada yang naik turun karena napas yang terengah itu kini berada tepat di bawah kuasanya.Kemudian pria tampan bertubuh tegap itu mencium bibir Clara secara sarkas, membuat decapan demi decapan itu terasa perih dan menyakitkan. Namun Clara hanya terdiam dan menikmati setiap sentuhannya, walaupun dengan bibir yang bergetar dan kaku perlahan Ia membalas sentuhan Aland.Namun tiba-tiba Aland menarik tubuhnya menjauh, melepaskan ciuman mereka agar mendapat jarak pandang dengan Clara. Keningnya berkerut halus, raut wajahnya heran menatap ke arah wanita cantik di bawah kuasanya. Apakah seperti ini caranya berciuman?Pandangannya bertemu langsung dengan netra berwarna coklat terang milik wanita cantik itu. Dan Aland bergeming sejenak, menatap Clara dengan begitu intens. Beberapa menit mereka hanya saling bertukar pandang, hingga suara dering telepon yang tiba-tiba menyadarkan Aland dari semuanya.Pria tampan itu langsung beranjak dari menindih tubuh Clara, menegakkan posisinya namun masih berada di atas tubuh wanita cantik itu. Ia merogoh saku celananya, mengambil sebuah smartphone dari dalam sana.“Baiklah,” balasnya kepada seseorang di seberang sana.Aland menatap wajah Clara kembali. “Sepertinya kau harus merasakan hal yang lebih menyakitkan lagi, Clara,” ujarnya. Lalu Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Clara. “Terpaksa kau harus menahannya seorang diri.” Sebelum akhirnya pria tampan itu beranjak turun dari ranjang dan kemudian melangkah keluar dan meninggalkan kamar itu.Clara tidak mengerti, bahkan pikirannya tidak dapat mencerna dengan baik untuk saat ini. Pengaruh obat itu benar-benar telah membuatnya seperti orang gila. Hanya perasaan panas, haus, dan aneh yang muncul di tubuhnya.Kemudian tak lama setelah Aland pergi, Clara beranjak terbangun dari posisinya berbaring. Napasnya masih terengah dengan suhu tubuhnya yang semakin memanas. Itu sangat menyiksa. Benar kata Aland tadi, jika Clara harus merasakan hal yang lebih sakit lagi, bahkan lebih sakit dari sebuah cambukan.“Hah hah hah ….” Clara menundukan wajahnya ke bawah, mencengkram sprei dengan kuat. Itu menyiksa, dan sangat menyiksa.**Di dalam mobil, Aland sedang memegangi sebuah tab dengan satu video terputar di dalamnya. Video tersebut tak lain adalah video yang diambil dari CCTV kamar Clara. Sudah setengah jam berlalu wanita cantik itu masih dalam pengaruh obatnya. Namun tiba-tiba tubuh ramping itu jatuh dan lunglai di atas peraduan, Aland yang melihatnya pun langsung meraih smartphonenya untuk menelpon seseorang.“Pastikan agar dia tetap hidup!” perintahnya kepada seseorang di seberang sana.Setidaknya matilah nanti, setelah Aland puas bermain dengan seorang wanita dengan harga tiga milyar itu. Karena akan merugikan untuk Aland jika Ia membeli wanita namun tiba-tiba mati begitu saja.Lalu Aland mematikan layar tabletnya dan kemudian menyimpan itu tepat di sampingnya. Pria itu tidak memperdulikan kondisi Clara, setidaknya Ia telah memerintahkan itu kepada anak buahnya. Dan jika Clara mati, maka beberapa anak buah yang ditugaskan menjaga Clara juga akan ikut mati.Mobil mewah itu berhenti tepat di depan pintu masuk sebuah perusahaan besar bertuliskan Washington Grup. Beberapa orang penjaga sudah berderet di depan pintu masuk untuk menyambut kehadiranya. Seorang penjaga membukakan pintu, Aland keluar dari mobil dan langsung menjadi pusat perhatian orang-orang di sana.Pria tampan itu mulai memasuki area lobby perusahan dengan diikuti beberapa orang berpakaian jas rapih di belakangnya. Satu langkah di belakangnya sudah ada seorang wanita cantik yang berstatus sebagai sekretarisnya, dan sibuk dengan satu tablet di tangannya, mengatur beberapa jadwal Aland.“Ada yang menunggu anda di ruang tunggu, Pak,” ucap sang sekretaris cantik Aland yang bernama Luna.“Siapa?”“Hanna Royce.”“Royce?” tanya Aland memastikan.“Benar, Pak,” balas Luna.Aland pernah mendengar nama Royce sebelumnya. Yaitu, pada sebuah saluran televisi di mana perusahaan Royce terancam bangkrut. Namun hal itu sama sekali tidak ada hubungan dengannya. Lantas untuk apa, salah satu anggota keluarganya datang mengunjungi Aland di perusahaan?“Berapa menit sebelum rapat di mulai?” tanya Aland kepada Luna.“Tiga menit, Pak,” jawab Luna.“Perintahkan dia untuk masuk ke dalam ruanganku,” perintah Aland kepada Luna.Luna menjawab, “Baik, Pak.”Aland masuk ke dalam ruangannya dan langsung duduk di atas kursi kebesaranya. Pria tampan itu memeriksa beberapa berkas dengan begitu kompeten sampai tak lama suara Luna kembali terdengar. Namun fokusnya terbelah menjadi dua di antara pekerjaan dan wanita yang tak lama akan masuk ke dalam ruangannya. Apa yang akan dilakukan oleh wanita bernama Hanna Royce itu sudah bisa Aland tebak.“Silahkan masuk, Nona,” kata Luna mempersilahkan.Aland langsung menatap ke arahnya, mempersilahkan Luna keluar setelah sekretarisnya itu mengantarkan Hanna untuk masuk ke dalam ruangannya. Kemudian Aland langsung beranjak dari tempat duduknya, dan berjalan menuju sofa berwarna abu yang masih berada di dalam ruang kerjanya.“Silahkan duduk, Nona Hanna,” ucap Aland dengan senyuman.Hanna tersenyum lalu akhirnya Ia duduk di atas sofa di depan Aland. “Aku kira akan sulit untuk menemuimu, Tuan Aland.”“Tidak akan sulit jika aku mempunyai waktu senggang,” balas Aland cepat.Tentu saja Aland tidak akan mempersulit seorang wanita untuk masuk ke dalam perusahaan ataupun kediamannya. Jika mereka berani melemparkan diri kepada Aland, dengan resiko tidak akan pernah kembali lagi ke tempat asalnya, Aland akan merentangkan tangannya dengan senang hati. Karena Aland akan mengurung mereka, mempermainkannya, menikmati, lalu setelah puas Ia akan membuangnya.Aland melirik arlojinya. “Kau hanya mempunyai waktu dua menit, Nona Hanna.”Hanna mengangguk dan mengerti. “Baiklah, aku tidak akan berbasa-basi. Aku kemari ingin menawarkan sebuah kontrak kerjasama dengan anda, Tuan,” ungkapnya dengan penuh percaya diri.“Kerjasama?” Aland mengangkat sebelah halisnya.“Benar, dengan perusahaan keluargaku,” balas Hanna seraya tersenyum ke arah Aland dengan bibir meronanya.Aland balas tersenyum kepadanya, menatap Hanna dengan begitu intens. Di matanya Hanna tak lebih dari seorang jalang murahan. Wanita itu menawarkan sebuah kontrak kerja sama namun datang dengan berpenampilan seperti itu.Baju yang terbuka dan memperlihatkan belahan dadanya, rok slim fit yang hanya menutupi sebagian paha, serta high heels yang begitu tinggi. Jangan lupakan rambutnya yang tergerai, serta make upnya yang begitu menonjol.“Waktumu habis, Nona Hanna. Aku berharap bisa memiliki pertemuan lain denganmu,” ujar Aland, dan demi apapun itu sangat membuat Hanna merasa senang. Karena secara tidak langsung, Aland meminta Hanna untuk mengatur jadwal pertemuan mereka.Hanna tersenyum merekah karena kedatanganya tidak sia-sia. Wanita cantik itu merasa jika Aland tertarik kepadanya. Tentu saja, Hanna sudah berdandan dengan secantik mungkin untuk menarik perhatiannya. Wanita cantik dan sexi itu jadi tidak sabar dengan apa yang akan terjadi di pertemuan selanjutnya. Apakah di dalam sebuah kamar hotel?***Semangaat bacanya yaaa ....Aland mengetuk-ngetukan sebuah kartu nama bertuliskan Hanna Royce yang tengah digenggamnya ke atas meja. Pria tampan itu tengah duduk di atas kursi putarnya dengan sedikit menggoyangkan kursi tersebut ke kanan dan ke kiri. Ia tersenyum simpul, mengingat tingkah Hanna yang sangat mirip seperti seseorang dari masa lalunya.Sebelah telapak tangannya memegang satu botol berisikan butiran pil di dalamnya. Aland menatap botol obat itu dengan begitu intens. Pikiranya membayangkan antara seorang wanita yang mirip seperti Hanna, dan sangkut pautnya dengan obat-obatan itu.Aland akan merasa tidak tenang jika membiarkan wanita seperti Hanna lolos dari hadapanya. Ia akan membawanya, menariknya ke dalam lubang neraka yang begitu dalam dan menyakitkan. Sebab, karena wanita seperti Hanna dirinya harus mengalami semua mimpi buruk ini. Pria tampan itu memutar pergelangan tangannya, melihat arloji yang seharian penuh terpasang kokoh di sana. Waktu sudah menunjukan pukul dua siang, yang artinya ini wak
“Nona, Tuan muda sudah menunggu Anda di bawah.”Beberapa kalimat yang dilontarkan oleh penjaga pria itu seketika membuat seluruh tubuh Clara meremang. Wanita cantik yang kini masih intens menatap bayangan dirinya di depan cermin itu hanya bergeming. Ia menatap wajahnya yang cantik dengan polesan make up yang menutupi semua luka lebamnya. Clara meratapi dirinya sendiri, seolah ini adalah kali terakhirnya Ia bisa menatap dirinya di depan cermin. Tidak tahu besok, atau mungkin malam ini Ia akan mati.Sejenak Clara merenungi nasibnya. Jika dalam keadaan yang terdesak seperti ini, haruskah Ia menyesali keputusannya? Seharusnya, Clara tidak pernah mengatakan jika dirinya sudah tidak perawan lagi, dan berakhir dengan kondisi yang sangat mengerikan seperti sekarang ini. Mungkin jika Clara tidak menolak, hari ini dirinya pasti tengah berada di sebuah ranjang hangat, namun dengan seorang pria tua Bangka.Apa yang lebih mengerikan? Menikah dengan si tua bangka dan menjadi istrinya yang ke sekian
“Katakan apa yang kau inginkan, Clara?” tanya Aland kepada wanita cantik di atas pangkuannya.Aland memeluk tubuh ramping wanita cantik itu dengan sesekali telapak tangannya meraba punggung rata Clara. Wajah tampannya tersimpan pada ceruk leher wanita cantik itu. Dia mencium, dan mengendusnya beberapa kali.Sementara Clara hanya terdiam sembari merasakan tubuhnya yang meremang akibat sentuhan-sentuhan seductive yang Aland buat. Clara memejamkan matanya perlahan disaat lidah pria itu menyentuh daun telinganya sekaligus menghembuskan napasnya di sana.” I love your scent, Clara,” ujar Aland, semabri terus menciumi leher jenjang Clara.Jemari lentiknya mencengkram kuat gaun yang tengah dikenakannya. Sebisa mungkin Clara harus menahan ini semua. Rasa yang sangat memalukan ini. Tiba-tiba, telapak tangan Aland menyentuh paha mulus Clara, menyentuhnya dengan sangat halus. Sementara Clara masih terdiam dengan degup jantung yang sangat tidak beraturan.Tidak lama kemudian, beberapa orang pelay
Aland menghisap rokoknya kemudian menghembuskan asap menjauh. Pandangannya masih setia tertuju pada wanita cantik di hadapanya. Clara masih terdiam, dan tidak kunjung menuruti perintahnya. Apa yang tengah dipikirkan oleh wanita itu?“Apa kau menginginkan satu pengawalku masuk ke dalam sini dan membukakan baju itu, Clara?” seru Aland yang sontak membuat Clara menoleh ke arahnya dengan terkejut. Pengawal?“Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku!” imbuhnya, yang tentunya itu adalah sebuah ancaman besar bagi Clara.“No, no. I will open it myself,” ujar Clara dengan nada suara yang bergetar.Aland menatapnya tajam, tersenyum simpul ke arah wanita cantik itu. “Lakukanlah.”Clara menelan ludahnya dengan susah payah. Ia merasa bahwa dirinya sudah melebihi dari seekor anjing peliharaan pria itu. Clara menundukan wajahnya yang telah memerah, membuka perlahan baju yang tengah dikenakannya dengan tangan yang bergetar hebat. Jika terus dipermainkan dan dipermalukan seperti ini, Clara benar-
Wanita cantik itu duduk sembari memeluk lututnya di sudut kamar mandi. Wajahnya tertunduk dengan rambut panjang yang tergerai hingga menutupi seluruh bagian wajahnya. Seluruh tubuhnya bergetar hebat dengan perasaan yang sangat tidak karuan. Pikirannya selalu terbayang permainan gila bersama Aland beberapa menit yang lalu.Itu menjijikan! No! No! No! Batin Clara menjerit histeris.Wanita cantik itu mengutuk dirinya sendiri. Menolak keras dengan apa yang baru saja terjadi. Namun tidak lama kemudian, Ia menatih tubuhnya kembali. Melangkah mendekat ke arah wastafel lalu menyalakan airnya. Clara membasuh wajahnya dengan air dan sesekali menampari dirinya sendiri dengan kasar.Clara menatap bayangannya di depan cermin. Wajahnya benar-benar sangat tidak karuan. Rambutnya yang lusuh dan acak-acakan, make up yang terbasuh dengan air, dan matanya yang bulat dan sembab karena menangis. Wanita cantik itu terlihat begitu frustasi. Ia menjerit tanpa mengeluarkan sedikitpun suara. Semua rasa sakitny
Clara tidak bisa lagi menahan semua penyiksaan yang Aland lakukan terhadapnya. Oleh karena itu, Ia berusaha memecahkan cermin di kamar mandi agar bisa mengakhiri hidupnya. Namun siapa yang mengira jika Aland menyadari itu. Ternyata Aland mengawasinya begitu ketat. Bahkan pria itu memasang sebuah kamera CCTV di dalam kamar mandi.Beberapa pengawal pria memaksa Clara untuk menghentikan tindakan bodohnya. Sekuat tenaga Clara mencoba untuk memberontak, namun usahanya sia-sia. Mereka berhasil menyeret Clara kembali ke dalam kamar, kemudian membawanya ke atas ranjang lalu mengikat tangan serta kakinya. ***Clara duduk dan termenung di atas peraduannya dengan pandangan yang menatap kosong ke depan. Sudah dua jam lebih dirinya berada di dalam posisi itu, namun tidak membuatnya lelah sama sekali. Tanpa sepengetahuan para penjaga, ternyata Clara berhasil membawa sebuah pecahan kaca digenggamanya. Dan kini, Ia tengah berusaha membuka tali yang mengikat tangannya.Clara melakukan itu dengan per
Aland tengah berada di sebuah ruangan khusus yang telah ditata rapih untuk sebuah makan malam mewah. Pria itu tengah duduk di kursi sembari memutar-mutarkan gelas berisikan redwine miliknya. Baru saja dirinya pulang setelah menemui Helena. Kini pria tampan itu harus menemui wanita cantik lainnya.Helena. Aland tidak pernah mau merusaknya, menyakitinya, ataupun mengkhianatinya. Seandainya Aland bisa, seandainya saja Aland siap. Namun tidak. This is not the right time.Tidak lama kemudian, seorang pelayan membukakan pintu ruangan. Dan seorang wanita cantik masuk dengan senyuman di wajahnya. Ia melenggang mendekat ke arah Aland.“Hallo, Aland,” sapa wanita cantik itu.“Welcome, Hanna,” balas Aland seraya beranjak untuk menyambut Hanna. Aland mengulurkan sebelah tangannya untuk menjabat tangan Hanna, dan tentunya langsung disambut baik oleh wanita cantik itu.Aland mempersilahkan Hanna untuk duduk di tempatnya. Wanita cantik itu terlihat sangat senang ketika melihat dekorasi ruangan yang
Wanita cantik itu duduk dengan kaki yang bertumpu di depan sebuah meja bartender. Digenggamanya sudah ada gelas berisikan whisky. Pandangannya menatap intens pada lautan manusia yang tengah meliukkan tubuhnya di bawah musik EDM yang tengah dimainkan DJ.“Hallo, Baby,” sapa seorang pria tampan yang baru saja datang, dan langsung memeluk serta mencium pipinya.Seketika Hanna menoleh, melihat ke arah Jordan yang tengah memesan minuman pada seorang bartender. Wanita cantik itu membenarkan posisi duduknya, dan menyimpan gelasnya ke atas meja.“Ada apa denganmu?” tanya Jordan seraya merangkul pinggang Hanna dan hendak menciumnya. Namun Hanna menolak, Ia mendorong dada bidang Jordan perlahan menjauh.Satu jam yang lalu Hanna masih berada di dalam dekapan pria lain. Pria tampan, mapan, sukses, terkenal dan kaya raya. Yakinlah, tidak akan ada satupun wanita yang bisa menolak pesonanya. Wangi tubuhnya, caranya menyentuh, dan mencium. Semuanya terasa sangat sempurna. Dan sekarang, ketika Hanna