Happy Reading
***
“Bodoh!” satu kalimat keluar dari bibir Daffin saat kedua matanya terbuka dan mendapati dirinya dan Aluna tidak memakai pakaian apa pun.
Kepalanya dengan keras mengingat kejadian apa yang telah mereka lalui beberapa jam lalu. Ingin rasanya Daffin memukul semua benda di dekatnya saat mengingat apa yang sudah mereka lakukan. Tangannya terangkat keatas menyugar rambut kebelakang saat matanya melihat tubuh Aluna menggeliat pelan.
“Shit! Apa yang sudah aku perbuat?!” Daffin mau mampus mengingat bagaimana gilanya dia mencumbu Aluna dan sekarang dia terbangun dengan kondisi masih di atas ranjang yang sama tanpa sehelai kain pun.
“Hah…” membuang napas kasar, Daffin dengan semua pikirannya ingin segera melenyapkan diri. Meniduri seorang gadis? Ah tidak, yang masih lelap tidur disampingnya sudah bukan gadis lagi melainkan wanita. Mampus sudah nyawa Daffin ditangan Mamanya jika ditahu bercinta denga
Happy Reading***“Kalau orang bertanya itu dijawab Daffin bukan malah kamu suruh diam,” tekan Aluna. Mengambil posisi duduk dihadapan Daffin, sekarang mereka tengah bertatapan dengan kabut yang berbeda.Aluna terlihat biasa saja, sementara Daffin merasa begitu aneh dengan posisi mereka. Ayolah jelas Daffin merasa aneh, dia baru saja meniduri Aluna kemarin sore. Tidak mungkin kan dia akan terlihat biasa saja.“Lihat aku gitu banget, kenapa? Ada yang aneh?”Jangan kalian kira Aluna tidak tahu ada apa dengan Daffin, yang mengalami itu mereka tapi ya sekedar basa-basi agar bukan suara jangkrik yang memenuhi mereka.“Kamu tidak datang untuk marah-marah dan merusak kantor saya kan?” Haha… jika kalian menjadi Aluna mungkin kalian akan tertawa karena melihat mimik lucu Daffin. Pria yang biasanya berwibawa itu kini menatap parno wanita di depannya.“Ck! Jadi kamu kira aku kesini untuk mengacau?
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat Happy reading *** Harus kita mulai dengan apa bab ini? Bingung, sangat bingung sama seperti Aluna yang saat ini duduk dengan kepala menunduk menatap ubin putih di depannya. Wanita ini tidak tahu harus memposisikan dirinya di mana? Dia seperti orang asing di rumah sakit tempatnya berada. Ya kalian tahu kalau di bab sebelumnya Mama Daffin pingsan bukan, sekarang Aluna tengah duduk di depan kamar rawat inap Mama Daffin. Masuk? Jangan gila, Aluna tidak punya keberanian untuk itu. “Mana berani aku masuk, aura Papanya saja sudah mengintimidasi,” bisik Aluna pada ubin putih di depannya. Tadi saat melihat pria tua yang ternyata Papa Daffin membuat Aluna bergidik ngeri. Aluna jadi tahu dari mana sifat dingin dan tidak bersahabat Daffin berasal. “Hah…” Menghela napas lelah, Aluna pusing dengan semua yang terjadi padanya. Semuanya begitu singkat, sesingkat kedatangannya ke Canada. Dia datang ke Canada
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy reading***“Aku membebaskanmu bersama pria lain.”Tersenyum mengejek, benarkan tebakan Aluna, memang ada yang tidak beres dengan tawaran menikah Daffin. Menatap remeh Daffin yang masih menatapnya. Kalau tempat mereka bicara bukan rumah sakit, mungkin Aluna sudah mengeluarkan teriakan nama binatang pada Daffin.“Kamu tahu, sikap kamu terlalu bajingan Mister Adelard,” ucap Aluna dengan penekanan dikata bajingan.“Semua sifat saya akan kamu ketahui setelah kita menikah nanti, seberapa bajingan pria di depan kamu sekarang,” balas Daffin dan langsung ditanggapi anggukan kepala oleh Aluna.Kita sudah tahu bukan kalau dari awal cerita ini dimulai seorang Aluna Grazella Xavier adalah gadis gila, jadi tidak heran jika saat ini Aluna malah tersenyum dengan tawaran menikah Daffin.“Aku terima lamaran luar biasa kamu,” berbisik pelan, Aluna mende
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat Happy reading *** “Salina,” tegur Papa dengan tatapan memperingati. Jelas tatapan itu membuat Aluna meneguk ludah, astaga lebih parah dari Daffin. “Benar kan Pa, kak Daffin selama di Canada mana pernah dekat dengan perempuan, aku saja hampir mengira dia berkelainan.” Salina menghendikkan bahu, dia tidak merasa bersalah sudah mengejek kakaknya, karena memang benar itu yang terjadi. “Begini anak Mama Aluna, suka saling ejek satu sama lain. Pusing kepala Mama dengan ulah mereka.” “Hehe… Aluna juga kalau di rumah pasti suka adu mulut dengan kak Adnan,” tutur Aluna dengan senyum anehnya. Bahkan dia dengan sang kakak lebih parah, sampai bisa saling adu jambak kalau bertengkar. “Jadi kak Aluna kenal kak Daffin dari mana?” tanya Salina dengan tangan menyodorkan sepiring potongan apel kehadapan Aluna. Diam, Aluna kembali mengingat dari mana dia mengenal Daffin. Memejamkan mata saat Aluna d
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***Tap.Langkah Daffin terhenti tepat di depan pintu lift yang tidak jauh dari posisi Aluna. Menoleh menatap wanita yang masih diam dengan tangan terlipat di depan dada. Memejamkan kedua mata, Daffin tidak menyangka akan menikah dengan wanita seperti Aluna, sungguh sial.“Rooftop.”Satu kata singkat dari Daffin yang langsung membuat Aluna melangkahkan kaki ikut masuk ke dalam lift.“Emmm tapi kenapa rooftop? Kita ke tempat yang lebih romantis saja yuk,” ajak Aluna dengan hati setengah ingin dan tidak.“Kita tidak sedekat itu untuk duduk berdua di tempat seperti itu.” Daffin tetap menatap ke arah depan. Memberitahu Aluna kalau di antara tidak ada hal special yang harus dipertunjukkan.“Tapi kan seenggaknya kita bisa lebih dekat Daffin, mau jadi suami istri jadi harus-”“Aluna bisa diam tidak?”Tin
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***“Kenapa?” Kali ini Daffin agak bingung, sebenarnya jika dilihat surat perjanjian yang dia buat sudah sangat menguntungkan bagi Aluna.Why? Poin nomor satu, setelah Aluna melahirkan anaknya akan diserahkan seutuhnya pada Daffin. Nomor dua, Daffin membebaskan Aluna untuk melakukan apa yang dia mau asal tidak mengganggu semua urusan Daffin, begitu juga sebaliknya. Nomor tiga, mereka berdua berhak dekat dengan siapa pun bahkan boleh memiliki hubungan dengan orang tersebut. Ke empat, mereka akan tinggal terpisah setelah dua minggu umur pernikahan. Ke lima, mereka harus terlihat seperti pasangan suami istri pada umumnya di depan keluarga besar keduanya. Ke enam, tidak ada hubungan badan setelah menikah. Terakhir, Daffin akan tetap menjalankan perannya sebagai suami, memberikan Aluna uang belanja bulanan sesuai keinginan pihak wanita.“Kamu tidak akan rugi Aluna, apalagi dengan po
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***“Duh ini mau ngapain sih Aluna?” suara cempreng Alisia mengisi penuh kamar miliknya dan sang suami.“Adik kamu pagi-pagi kesambet setan,” ucap Adnan dengan wajah tertekuk masam.“Hello, adik kamu juga sayang,” balas Alisia dengan tatapan melotot.Oke, apa permasalahannya? Jadi pagi-pagi sekitar jam tuju Aluna sudah mengerecoki kedua kakaknya, lebih tepatnya lemari Adnan dan Alisia. Sedari tadi Aluna mengeluarkan baju tapi terus saja berkata tidak pas, sampai-sampai ranjang Adnan dan Alisia penuh dengan pakaian.“Kak Adnan gak punya gitu jas warna putih tulang?” Alisia menoleh menatap sang kakak yang duduk di atas lantai.“Tidak tahu, tanya istri kakak.”Dengan cepat kepala Aluna menoleh menatap Alisia yang duduk di ranjang merapikan pakaian yang Aluna buat berantakan.“Kak, ada gak?”
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***“Aluna.” Suara rendah Adnan langsung membuat bulu kuduk Aluna merinding disko.Aluna menunduk, jujur dia tidak berani saat ini. Kakaknya sudah masuk dalam mode serius, jadi dia tidak berani melakukan apa pun. Bahkan kegirangannya yang tadi pagi langsung lenyap, tersisa rasa gugup dengan perasaan membuncah.“Aluna Grazella Xavier, saya memanggil.” Lihat, bahkan Adnan sudah menggunakan kata saya yang tidak pernah dia gunakan pada Aluna, kecuali saat menahan rasa kesal dan marah.“Sayang,” bisik Alisia, berusaha mencoba menenangkan sang suami yang sudah manatap tajam Aluna yang masih menunduk. Melamar? Aluna bahkan tidak ada memberitahu satu patah kata pun tentang hal ini. Alisia tidak habis pikir pada adik iparnya itu.“Aluna.”Suasana rumah Adnan langsung menegang, Aluna yang sedari tadi dipanggil tetap menunduk, memainkan j