Dokter Ussy bukanlah seperti klien-klien Langga selama ini, yang kebanyakan es te we dan hanya wajahnya kencang, tapi dalamnya sudah kendur. Dokter Ussy memiliki tubuh yang sangat denok, harum dan terawat. Usianya pun baru 30 tahunan, benar-benar bak wanita 20 tahunan saja.
Langga benar-benar memberikan service yang sangat lembut buat wanita jelita ini. Semenjak Astrid tidak ada lagi, baru kali Langga seolah melaksanakan tugasnya seakan bersama wanita yang dia sayangi.
Langga tak sadar sudah baper sendiri dengan bentuk tubuh si dokter jelita ini. Ussy benar-benar memperoleh kenikmatan tiada tara dengan Langga, tanpa sadar dia berucap service sang pria pemuas ini jauh melebihi suaminya dulu.
Ucapan itulah yang langsung menyadarkan Langga, ia ingat saat ini bukan sedang bercinta dengan kekasihnya atau dengan Astrid. Tapi dokter Ussy, yang ingin memperoleh kenikmatan dengannya, si lelaki komersil.
Dengan kesadaran itulah, Langga lalu mengambil pengaman yang diletakan dokter Ussy di meja kecil samping tempat tidurnya, dan akhirnya membuat Ussy melayang ke angkasa.
Sudah tak terhitung lagi berapa kali dia klimaks dan melayang dibuat sang pejantan bayaran ini.
Ussy agaknya memang beda! Dia tak seperti para klien Langga selama ini, begitu klimaks langsung menyudahi permainan dan mendorong tubuh Langga agar menjauh.
Ussy membiarkan Langga menuntaskan dirinya. Dan Langga pun sadar hal ini, dengan tehnik yang sudah mendarah daging, ditambah pengalamannya, Langga benar-benar mampu klimaks di atas tubuh dokter Ussy, sesuatu yang sangat jarang ia lakukan pada semua klien-kliennya.
“Ma-maaff…aku sudah lancang!” Langga buru-buru bangkit melepaskan pelukan dokter Ussy.
Wanita hanya tersenyum saja melihat kelakuan Langga dan melihat pengaman itu hampir pecah di batang pria tampan ini. Karena menggembung akibat cairan milik pria ini yang tertahan di sana yang kini buru-buru ke toilet membersihkan diri.
Begitu Langga kembali dari toilet, dokter Ussy sudah mengenakan baju kimononya.
Ditangannya ada dua gepuk uang bernilai 20 jutaan.
“No…jangan…aku tak menerima itu dok, karena aku sudah lancang klimaks!” Langga menolak sodoran uang tersebut, hingga dokter Ussy kaget sendiri. Tapi dia tak memaksa seakan memaklumi.
Setelah berpakain rapi, dokter Ussy tiba-tiba memeluk dan mencium bibirnya. “Ini bukan yang pertama dan terakhir yaa…someday, aku butuh kehangatan ini lagi…!” bisik Ussy lembut.
Langga menarik dagu si cantik ini dan mengecup balik. “Khusus buat kamu…jangan mikir harus bayar…selamanya free..!” dokter Ussy tersenyum…manis sekali dan diapun mengantar Langga sampai ke mobilnya.
“Langga…!”
“Iya…!” Langga mematikan kembali mesin mobilnya, dokter Ussy kini mendekat di pintu mobinya.
“Kuharap…kamu akan benar-benar berhenti kelak jadi pria komersil…aku menunggu moment itu.”
Langga terdiam sesaat lalu mengangguk. Dokter Ussy pun menjauh dari mobil Langga dan membiarkan mobil ini keluar dari halaman rumah mewahnya, yang berada di kompleks perumahan mewah.
*****
Langga kembali buru-buru bersembunyi, dia melihat dua pria yang dulu menculiknya kini berdiri di dekat mobilnya di parkiran kampus.
“Sialan…dua centeng Tante Erna kembali ke sini, pasti akan menculikku lagi!” batin Langga cemas.
Ketika berpaling, lagi-lagi Langga hampir saja menabrak mahasiwi dan kembali si mahasiwi ini adalah…Rebecca.
“Aduhh Abang…kenapa sih tiap kali bertemu kita selalu saja mau tabrakan!” sungut Rebecca kesal sendiri.
“Maaf Rebecca, aku…!”
“Pasti didatangin dua orang kasar itu lagi yaa…emang Abang salah apa sih, deb collector yaa mereka itu, dan mau rampas mobil Abang!”
Langga lalu menarik lengan Rebecca dan menjauh dari tempat ini, agar tak terlihat dua centeng tersebut.
“Iya mereka deb collector, makanya Abang mungkin akan serahkan ni mobil biar nggak lagi dikejar-kejar mereka!”
“Baguslah bang…kasian banget sih hidup kamu dikejar-kejar terus. Mending kayak aku bang, jalan kaki aja, nggak usah mentingan gaya!” ceplos Rebecca, walaupun tak bermaksud menyindir, tapi Langga tersindir juga.
“Udah ahh, aku mau pulang dulu Bang, hari ini mata kuliahku sudah kelar!” Rebecca pun benar-benar pergi meninggalkan Langga.
Langga terpaksa bertahan hingga 2,5 jam, barulah setelah dua pria kasar ini tidak ada lagi, karena kampus mulai sepi, Langga pun cepat-cepat mengambil mobilnya dan pulang.
Besoknya…!
Mami Ela menatap kunci mobil dan STNK serta BPKB yang Langga serahkan padanya.
“Tolong Mam, pulangkan ini semua ke Tante Erna, aku kapok memakai pemberiannya, hidupku selalu terancam.” Langga benar-benar ingat ucapan Rebecca agar mengembalikan saja mobil ini, sehingga pria inipun benar-benar menyerahkan mobil tersebut melalui Mami Ela.
“Hmm…ya sudah…aku pun sebenarnya tak suka dengan kelakuannya.” Ucapan Mami Ela terpotong, saat Joy terlihat keluar dari sebuah ruangan dengan wajah diplester.
“Joy…kamu sudah berobat!” sapa Mami Ela.
“Iya mam…mam tolong jauhkan aku dari wanita jalang itu, bisa mati aku melayaninya!” Joy pun berlalu sambil meringis dan hanya mengangguk menatap Langga.
“Kenapa si Joy Mam..?” Langga bertanya keheranan.
“Ulah Tante Erna…saat kamu memutuskan cuti, dia datang ke sini dan mencari-cari kamu, tapi mami bilang kamu cuti panjang. Lalu mami sodorkan si Joy, ternyata penderitaannya lebih parah dari kamu Langga!” Mami Ela menghela nafas panjang.
Langga langsung terdiam, kini makin bulat tekadnya tak ingin lagi berhubungan dengan Tante Erna.
“Langga…malam ini kamu temui Tante Mei, dia sudah lama antre menunggu service kamu, nihh depe buat kamu, kulihat kamu sudah sehat!” Mami Ela menaruh satu bebat uang di atas mejanya dan disodorkan ke hadapan Langga.
Langga tak bisa menolak, dia pun mengangguk dan mengambil depe 5 juta di meja tersebut.
Langga benar-benar tak mau lagi membawa mobil pemberian Tante Erna, kunci dan surat-surat mobil sudah dia tinggalkan semua di meja Mami Ela.
Malamnya di sebuah hotel mewah bintang 5…!
Tante Mei senang bukan main, Langga sudah berhasil membuat dia melayang hingga 10X klimaks.
“Hmmm nggak rugi aku nunggu kamu, benar-benar hebat permainan kamu Langga,” puji Tante Mei sambil meremas batang kokoh pemuda ini.
Tante Mei istri seorang pengusaha keturunan telah dibuat bertekuk lutut oleh Langga. Di usianya yang sudah hampir 50 tahunan, Tante Mei bak mendapatkan energy baru usai digeruduk Langga, yang selama ini tak pernah terpuaskan oleh suaminya.
Langga pun pulang membawa bonus 15 juta dari Tante Mei, dia sengaja berjalan kaki menikmati malam kota Jakarta.
Saat duduk di sebuah kafe pinggir jalan dan mengisi perutnya yang kosong, Langga baru tersadar dengan pesan Astrid dahulu.
“Langga, seandainya terjadi apa-apa terhadapku, tolong sesekali jenguk anakku yang tinggal dengan neneknya.” Itulah pesan Astrid yang belum dia tunaikan.
“Astaga…maafkan aku Astrid, baiklah besok aku akan jenguk anakmu sekalian menyerahkan uang buatnya!” Langga kemudian membayar makananya dan menyetop sebuah taksi lalu pulang kembali ke kosnya.
“Waah ini pasti artis, tampan banget, tumben naik taksi!” batin si sopir taksi sambil melirik ke spion mengintip Langga yang duduk termenung menatap jalanan ibukota.
Besoknya Langga naik bus menuju ke kampung Astrid…!
*****
BERSAMBUNG
Tak sulit mencari orang tua Astrid, setelah menempuh perjalanan hingga 6 jam naik bus milik travel, Langga tiba di kantor travel ini, lalu dengan naik ojek 30 menitan, dia tiba di alamat ini jelang senja, yang ternyata rumahnya sangat sederhana. Hanya berdinding batako tanpa plester, saat Langga mengetuk, ia kaget yang membukakan pintu adalah seorang anak kecil cantik manis, tapi terlihat rambutnya berantakan, bahkan tubuhnya agak berbau, tanda belum mandi. “Kamu…Andina kan…?” si gadis cilik ini mengangguk. “Aku Om Langga, teman mendiang ibu kamu…mana nenek kamu Andina?” “Nenek sakit Om…tuh berbaring di kasur!” Andina menyingkir dan mempersilahkan Langga masuk. Di kamar yang sumpek dan tidak ada penerangan listrik, kecuali lampu teplok, Langga melihat seorang nenek renta hanya tiduran saja di kasur. “Siapa dia Andina..” terdengar orang yang berbaring di kasur bersuara. “Katanya Om Langga nek, temannya mendiang mama!” “Mak kenapa…sakit apa Mak?” Langga kini mendekat dan memegan
Mahasiswi cantik berkerudung ini memarahi ke 3 centeng tersebut tanpa rasa takut. Anehnya, tiba-tiba ketiganya saling pandang dan pelan-pelan menjauh dari Langga. Lalu naik mobil jenis MPV dan tancap gas menghilang dari parkiran Kampus Merah Putih ini. “Kamu tak apa-apa Bang…?” Rebecca membantu Langga berdiri. “Tak apa Becca, hanya…pipiku agak sakit kena tabok mereka!” Langga memegang pipinya yang membiru dan mengibaskan debu yang ada di pantatnya, setelah tadi sempat terjatuh ke tanah. “Aneh Abang ini, kok jadi lelaki payah banget, lawan lah badan gede gitu, masa kalah sih!” tegur Rebecca sambil jalan menjejeri langkah Langga menuju ke mobilnya. “Aku tidak pintar beladiri Becca, tadi aku juga sudah melawan tapi mereka memang sudah biasa main otot!” Langga malu hati sendiri di tegur gadis cantik berkerudung ini. Rebecca tertawa kecil. “Latihanlah, masa cuman latihan gedein otot doank!” gadis ini sampai menutupi mulutnya dengan jari lentiknya, Langga hanya bisa tertawa masam. Cand
“Iyaahhhh sayangg…terusss…terusss dikit lagi…aaahhh!” wanita setengah tua yang masih cantik ini terkapar di kasur, lututny seolah lepas dari tubuhnya. Pemuda tampan ini pun bangkit dari tubuh wanita ini, seperti biasa, dia tak pernah melepaskan air kenikmatan ke tubuh kliennya. Tugasnya hanyalah membuat kliennya puas dan bisa klimaks berkali-kali dan tugasnya pun selesai. “Thanks ya Tante Aura…jangan jera kontak saya lagi!” Langga pun memberi kecupan manis di bibir wanita ini, lalu mengambil bonus 15 juta dari wanita yang ternyata seorang politikus terkenal ini. “Langga…kamu mau nggak jadi simpanan tante, tapi syaratnya kamu keluar dari Mami Ela dan nggak boleh lagi menerima wanita manapun.” Tante Aura kini duduk di bibir ranjang dan membiarkan tubuhnya yang mulai kendor terpampang jelas di hadapan Langga yang sudah berpakaian rapi. “Ehmm…nanti saya pikirkan lagi ya Tan.” “Jawab sekarang dong sayang…jangan bikin tante kayak cacing kepanasan.” Desah Tante Aura dengan suara manja…
100-an lebih wartawan cetak, online dan TV berebutan memfoto dan menyorot 12 orang yang datang ke Polda Metro, semuanya menatap kagum, tapi ada juga celutukan lucu terdengar.Ke 12 orang itu bukan orang biasa, mereka adalah model-model tampan dan cantik jelita, kedatangan mereka secara bergelombang ke kantor polisi ini karena jadi saksi, sekaligus katanya korban dari…Mami Ela.7 orang pria tampan dan salah satunya Langga, serta 5 orang model cantik jelita terpaksa menutupi wajahnya dengan tangan, agar tak tersorot kamera.Langga yang mengenakan masker dan topi ternyata paling di sorot, wajahnya yang sangat mirip aktor terkenal tanah air membuat banyak orang penasaran.“Apess…mati dah aku kali ini…!” batin Langga sambil jalan menunduk masuk ke ruang pemeriksaan.Hampir 7 jam mereka di periksa, jelang pukul 5 sore, mereka pun keluar dari ruang pemeriksaan.Langga kini di kejar puluhan wartawanan saat berusaha menuju ke mobilnya. “Mas Langga komennya mas, benarkah kamu sudah lama jadi gi
Langga lama terduduk di belakang setir mobilnya, selembar surat dari rektorat barusan diterimanya.Langga di pecat sebagai mahasiswa di Kampus Merah Putih! Kesalahannya dianggap fatal, karena terlibat sebagai salah satu mahasiswa open BO.Langga hanya bisa tersenyum pahit, ancaman terhadap Langga bila berani menolak menemui si Tante Erna di villa nya, benar-benar di buktikan wanita jahat ini.Langga nekat menolak melayani Tante Erna, dia benar-benar kapok dengan perlakuan dari wanita setengah tua ini.Dan seminggu kemudian, Tanter Erna melaksanakan ancamannya, Langga menerima konsekwensi berat, dikeluarkan dari kampus.Padahal sebelumnya dia sudah di panggil dan hanya di beri surat peringatan, tak di nyana hari ini SP 1 sudah berubah jadi SP 3, alias di berhentikan dengan tidak hormat sebagai mahasiswa.Tapi yang membuatnya benar-benar hampir tak percaya, Rebecca Anggraini ternyata anak kandung Tante Erna!“Tak ku sangka…Becca anak wanita jahat ini!” batin Langga masih tak habis pikir
“Kita ke kampung Om ya…?”“Iya Andina, kita ke sana sekalian jalan-jalan, bawa saja baju 5 atau 7 stell yaa!”Gadis kecil yang baru 5 tahunan ini senang bukan main, apalagi saat tahu mereka akan naik pesawat pulang ke kampung Langga, di Kalimantan Timur.Andina tidak henti-henti kagum melihat pesawat-pesawat besar di bandara Soetta, apalagi saat naik pesawat yang identik dengaan logo warna hijau dan mengudara hampir 2 jam, untuk pertama kalinya.Begitu mendarat di Bandara Adjie Mohammad Sulaiman, atau yang dulu di kenal dengan nama Bandara Sepinggan Balikpapan, perjalanan masih harus di tempuh hampir 6 jam lagi jalan darat.Untung saja jalanan sangat mulus, sehingga bisa cepat sampai, tak sampai 6 jam lagi, tapi hanya 3,5 jam, karena ada jalan tol, Balikpapan-Samarinda.Langga sengaja memboking satu mobil travel dengan sewa 1,5 juta sekali antar. Andina sangat menikmati perjalanan ini, apalagi dia selama ini hanya di rumah saja.Setelah di hajar 5 mahmud-mahmud selama satu hari, Langg
“Bisa jadi Mba Lola, sayangnya mba Mira tertutup yaa, tahu-tahu hamil saja. Nggak tahu kemana bapak anak ini ngilang usai Mira Hamil. Padahal si Mira kan selalu pakai pengaman kalau terima tamu, kenapa sampai los waktu itu yaa…?”Itulah percakapan Mba Lola dan Mba Tari. Dua kupu-kupu malam yang sejak bayi ikut mengasuh Langga, selain Mba Ida.Ketiga wanita inilah yang paling sering mengasuh Langga. Sedangkan kupu-kupu malam lainnya sangat jarang menggendong Langga.Ketiga wanita ini menghormati Mira. Karena ibunda Langga ini semasa hidup di katakan idolanya di kompleks lendir dan jadi kesayangan sang mucikarinya.Hebatnya, Mira bisa memiliih sendiri tamu yang ingin memakai jasanya. Sehingga tamu-tamu Mira rata-rata hanya lelaki berkantong tebal dan memiliki wajah lumayan ganteng, yang beruntung menikmati tubuh sang idola kupu-kupu malam ini.Namun mendiang Mira juga sangat toleran dengan semua wanita di sini. Termasuk Lola, Tari
“Sebelumnya saya juga tak tahu Tante Rica. Saya hanya di minta ke sini, kalau tante tak berkenan, tak apa saya pulang lagi!” Langga kembali membungkuk sopan dan benar-benar ingin pulang.“Eee…main pulang saja, karena kamu sudah terlanjur ke sini, baiklah kamu boleh terapis saya. Tapi awas ya…yang sopan, macam-macam kamu ku laporin nanti!” dengus Tante Rica mempersilahkan Langga masuk ke rumahnya.Langga diminta dalam ke sebuah kamar dan setelah menutup pintu. Tante Rica yang masih ragu dengan Langga kini berbaring menelungkupkan badannya di kasurnya yang empuk.Langga dengan nada sopan mohon izin menyingkap kain di kaki wanita bertubuh gemoy dan berkulit putih ini.“Ya udah, lakukan saja, kaki saya pegal banget, abis traveling,” sahut Tante Rica cuek.Tante Rica ini adalah seorang pegawai swasta di sebuah bank. Dia merupakan istri simpanan seorang pejabat pemerintahan.Langga pun konsentrasi