Endah memperhatikan dengan saksama hampir tak berkedip kedua orang di depan dan di sampingnya. Hampir dua pertemuan ia ikut serta, tetapi tidak satu pun dari pertemuan tersebut yang penuh arti.
Tidak ada obrolan rahasia. Adit hanya banyak menceritakan proses kedekatannya dengan Sena. Hingga sempat tadi Endah menyindir.
“Kalau kamu memang begitu menyukai Sena, kenapa bisa setega itu padanya?” Endah menelengkan kepala sedikit saat menyampaikan hal tersebut, tentu saja dengan maksud mengejek.
Adit melemparkan tatapan keji sedikit sebelum kembali tengelam dengan obrolan seru bersama Monik. Dua orang dengan pikiran kalau tindakan mereka tidak pernah salah sedang berkumpul kini. Ia sendiri tidak paham kenapa bisa ikut duduk di sana.
Minuman pesanan yang sudah datang beserta dengan kentang goreng. Selain itu Endah juga memesan salad sayuran. Walau berkonsentrasi dengan diktat di tangan, tak dipungkiri jika ia bisa mendengar apa saja yang sedan
Sena menatap heran pada Reno di taman yang tertawa-tawa. Ia tidak tahu siapa yang tengah mengobrol dengan Reno. Sebab orang yang sedang berbicara dengan Reno membelakanginya.Siapa? tanya Sena dalam hati.Ia mengabaikan panggilan Rayna, meninggalkan asistennya itu bersama Pak Sarmin begitu saja dan mendekati bukit kecil tempat Reno duduk.Semakin dekat, Sena bisa melihat jika yang yang sedang mengobrol dengan Reno adalah seorang gadis. Ia mendadak kesal kini. Langkahnya tiba-tiba terhenti dan keinginan untuk berbalik ke tempat Rayna muncul. Saat hal tersebut dilakukan, hatinya mulai menamai diri Sena pengecut. Lantas, ia kembali berbalik dan meneruskan langkahnya menuju ke tempat Reno.Reno yang memang menghadap ke jalan setapak yang dilalui Sena langsung menyadari kedatangan gadis tersebut. Matanya terpaku selama beberapa saat dan wajahnya mendadak khawatir.Gadis yang membelakangi sena kini juga menoleh begitu ia dekat.“Sen
Kerongkongan Endah terasa sakit, seperti tercekik. Saat ia membuka mata hanya kegelapan yang terlihat olehnya. Ia meraba, merasakan berada di dinginnya lantai yang kasar. Perlahan Ia beringsut, mengeser tubuhnya ke sisi kepala untuk mengetahui sedang berada di mana dirinya sekarang. Tanganya menyentuh sudut tegak yang bertemu dengan lantai. Dinding? Ia bergumam pelan dalam hati. Kembali dipaksakan diri beringsut pelan dan menyandarkan tubuh di dinding tersebut. Kepalanya masih pusing sejak terjaga. Aku ada di parkiran tadi. Lalu …. Endah tersentak. Ia ingat Adit menaparnya dengan sekuat tenaga, ia membentur mobil dan kemudian pingsan. Setelah itu samar-samar ia mendengar suara Monik. Ia mulai bertanya di mana ia sekarang berada. Karena mulai takut dengan apa yang bisa dilakukan Adit, Endah berdiri dan meraba-raba mencari jalan keluar. Berkali-kali kakinya membentur sesuatu. Tiba-tiba sinar muncul menyerobot dari kotak
“Karena sudah tidak ada lagi yang menganggu, kita akan mulai rencana, kita.” Gadis itu duduk di kursi ruang tamu Adit sambil tersenyum.Adit hanya mengedikkan bahu untuk memberitahu jika dirinya mendengarkan. Ia sebenarnya sudah tidak sabar lagi.***Teman sekelas Endah datang ke gedung fakultas Reno. Mereka menunggu dari pukul Sembilan pagi, hingga Reno keluar pukul 12 siang.“Ren!” teriak salah satu dari kumpulan orang tersebut sambil tergesa mendekat.Reno memindai orang tersebut sambil mengenali. Ia tahu lelaki yang mendekat bukan salah satu dari mahasiswa yang satu jurusan dengannya.“Ya?” tanya keheranan.Satu per satu laki-laki dan perempuan yang menunggunya mendekat, membuat bentuk setengah lingkaran saat berdiri di dekat Reno. Ada dua perempuan dan tiga lelaki yang kini berdiri.“Kalian siapa?” tanya Reno.Ia butuh informasi lebih lanjut tentang orang-orang ini. Se
Di dalam tas Endah sama sekali tidak ditemukan ponsel. Tentu saja Adit sudah menggeluarkan semua itu. Walaupun sudah tahu kenyataan tersebut bahkan sebelum memeriksa, ia tetap sejak menggeluarkan semua. Dari dalam tasnya ia menemukan permen yang tangkainya bisa bersinar, ada tiga buah. Lalu pulpen, buku, roti, dan sebotol air mineral.Untuk roti dan air mineral, Endah harus benar-benar berhemat. Ia tak terlalu yakin sudah berapa lama waktu terlewat. Ia merasa sudah cukup lama. Selama itu Adit cuma muncul sekali melemparkan sesuatu yang setelah diraba cukup lama adalah nasi bungkus.Saat Endah sedang memikirkan langkah selanjutnya. Persegi panjang yang sama kemudian bercahaya. Diiringi sinar lain yang menyilaukan Endah sesaat. Ia mengerjap-ngerjap menyesuaikan pandangannya. Ruangan tempat ia tersekap terang kini.“Kamu jahat sekali pada kawan baikku, Dit.”Endah mengenali suara perempuan yang tiba-tiba didengarnya itu. Ia mendogakkan kepala unt
Tidak sulit menemukan kekasih Endah. Sebab pemuda bernama Dino itu menampakan dirinya di depan kafe tempat Endah dan Monik sering nongkrong. Begitu Monik turun dari mobil pemuda itu langsung menghampiri. “Kamu temannya Endah, kan?” Monik melirik sedikit dan terus berjalan. Ia melewati begitu saja dengan Adit mengekor di belakang. Tangan kekar Dino menyambar pergelangan tangan Monik. Gadis itu dengan segera menepisnya. Ekspresinya mengatakan betapa jijik dirinya mendapatkan perlakuan ini. Dengan cepat Dino mengatasi keterkejutannya atas ekspresi Monik. “Kalian sering kulihat bersama.” Ia melirik ke arah Adit. “Belakangan dengan dia juga.” “Lalu?” “Kamu pasti tahu dia di mana, kan? Beritahu aku!” tegas Dino. Ia memandang tepat ke mata Monik dan Adit. Monik mengeluh, menyibak poninya dan berjalan menjauh. Namun, ia sempat mendekati Adit dan berbisik, menyuruh teman seperjuangannya itu untuk membereskan semuanya. “K
Endah menemukan benda itu di dalam sebuah kardus tanpa sengaja. Ia menyebutnya sebagai hadiah dari Tuhan. Karena benda yang ditemukan bisa menjadi alat untuk meloloskan diri dari penyekapan ini. Ia harus keluar dan memperingatkan Reno. Entah apa rencana Monik dan Adit yang sedang berjalan, ‘memperingatkan’ akan membuat Reno waspada.Namun, ia tidak menemukan kemajuan di dalam kegelapan. Walau matanya sudah beradaptasi dengan gelap gudang, tetapi berusaha menjebol pintu dengan garpu tetap saja sulit. Delapan sekrup yang harus dilepaskan menjadi jumlah yang banyak kini.Ibu jari dan telunjuk yang dipakai untuk memelintir garpu sebagai alat pemutas terasa ngilu. Akhirnya garpu yang tak diketahui bentuknya tetapi memiliki besi yang cukup tebal tersebut jatuh ke lantai. Endah baru menyelesaikan sebuah sekrup saja dan masih separuh jalan dengan yang lainnya.Jika aku bisa menanggalkan gagang pintu ini, ada kemungkinan mencopot semuanya dan kabur,
Seluruh tubuhnya sakit. Ia bisa merasakan seluruh tubuhnya berdenyut. Ia ingat setiap tempat yang ditendang oleh Adit, terasa berdenyut dan nyeri. Endah berusaha mengangkat tubuhnya, tetapi dengan cepat ia terjatuh lagi.Apa yang harus aku lakukan? Endah bertanya dalam hati.Ia memejamkan matanya kembali dan segera direnggut ke dalam kegelapan dan mimpi buruk. Selama itu ia gelisah, merintih lirih dan memohon ampun. Saat terjaga lagi, ruangan tempatnya berbaring masih sama. Bahkan posisi tubuhnya begitu juga. Sekarang tubuhnya terasa lumayan bertenaga kini.Saat ia duduk untuk kedua kalinya, kepala endah tidak lagi pusing. Ia bisa melihat dengan jelas semua. Ruangan tidak lagi berombang-ambing di matanya.Ada sebuah ranjang di tengah kamar. Di depannya sebuah meja dan kursi tersusun rapi. Sebuah lemari buku ada di sisi lainnya. Lemari buku itu kosong dan terlihat berdebu.Ini bukan tempat sebelumnya, batin Endah.Di tempat
Kenapa malah ke rumah? Sena berujar panik setelah menuruni tangga dan mendengar suara Reno sedang bicara dengan mamanya. Ia masih belum siap bertemu dengan pemuda tersebut sekarang. Kepala Sena celingak-celinguk dan tidak menemukan sebuah lubang untuk bersembunyi. Ia berharap jadi tokoh Alice dalam dongeng dan meminum cairan pengecil. “Lho, Sena … kenapa di sini?” Ratih muncul. Suara Reno di ruang tamu juga menghilang. Sena membuka matanya sebelah untuk mengintip dan lega melihat hanya sang mama yang berdiri menatapnya keheranan. Rasa heran yang muncul di hati Ratih juga tak lama bersemayam, dengan segera ia tahu apa yang terjadi pada putrinya dan tersenyum kecil. Masa pubertas yang harusnya dirasakan Sena saat SMA cukup lama tertunda karena kasus bullying. Sekarang melihat sang anak panik tanpa sebab, menjadi hiburan tersendiri buat Ratih. “Reno jemput kamu. Kamu ada jadwal kampus, kan hari ini? Nanti jam sebelas di jemput Pak Sarmin