Satu jam?Itu tidak akan cukup untuk menghitung plat baja yang diturunkan dari dua kontainer besar ditambah dia juga harus melaporkan kegiatannya secara online. Dia juga harus memastikan anak-anak bagian konsumsi untuk menghitung jumlah logistik, apakah sudah sesuai dengan anggaran belanja atau malah lebih. Kurasa, di manapun proyeknya, anggaran dan belanja tidak pernah sesuai, pasti ada lebihnya yang bisa mereka gunakan untuk kebutuhan tidak terduga."Ini laporan dari Nona Ailen Bu," ucap sari yang kemudian datang dan menyerahkan dua lembar kertas yang baru saja dia. Lembar laporan pelaksanaan proyek."Ini adalah jumlah barang yang dikirim, Ibu bisa mencocokkannya dengan arsip yang ada di file komputer, juga kertas arsip bulan ini.""Terima kasih."Tanpa membuang waktu aku langsung memeriksa laporan Ailin yang ia tulis di kolom-kolom yang tersedia.Kolom pertama di jam 07.00 pagi, dia tulis kegiatannya adalah mengisi absen kemudian melakukan apel pagi. Lalu dilanjutkan dengan bree
Meski aku sudah pulang sebelum ashar, menjemput anak-anak ke tempat les mengaji, kemudian masak makan malam dengan mereka, Mas Revan belum juga kunjung pulang.Biasanya, jika di hari biasa dia hanya berkeliaran di kantor, lelaki itu akan pulang jam 04.00 sore. Tapi sampai pukul 07.00 malam dia belum datang juga.Kuambil ponsel lalu kuhubungi kontaknya. Aku ingin tahu apakah dia masih di lokasi proyek atau malah sudah pulang ke rumah pacarnya. Lelaki itu terlalu meremehkanku dan tidak pernah takut dengan semua ultimatum yang kuberikan. Sepertinya aku harus main kasar dan benar-benar memberi dia syok terapi yang akan membuatnya ingat seumur hidup."Kau di mana?""Di lokasi, mencoba menemukan barang yang kau cari!"Seperti biasa ucapannya selalu kasar, tidak pernah ada lembut lembutnya atau minimal intonasi suara biasa saja. "Jadi kalian membongkar dan menghitung ulang!""Iya, dan aku masih bingung karena tidak menemukannya.""Kalau begitu pergilah ke pabrik dan coba kroscek lagi, ap
Aku terbangun di pagi hari, mengerjap karena mendengar kicau burung di luar sana. Biar mentari mulai terlihat dan aku ingin segera bangkit dari posisiku.Tapi sebelum benar-benar bangun aku menyadari ada sebuah tangan melingkari tubuhku, dia memelukku, tanpa sadar ia memelukku. Tubuhnya menempel padaku dan nafasnya di belakang tengkukku terasa begitu hangat. Andai dia hanya mencintaiku dan jujur tentang perasaannya, mungkin pagi ini adalah pagi terindah dalam hidupku, tapi faktanya, hubungan ini seperti keterpaksaan. Dia menjamahku saat ia birahi dan tidak punya pilihan lain selain melampiaskan denganku. Aku seperti cadangan, seperti selir yang hanya dibutuhkan untuk melayani. Aku seperti pembantu yang melakukan semua tugas untuknya, tapi dia tidak pernah berterima kasih padaku. Semua jasaku seolah-olah akan terbayar dengan uang yang ia berikan, tanpa sedikitpun apresiasi dan kasih sayang. Miris sekali hidupku."Mas, ini sudah pagi." Perlahan aku mengguncang tangannya hingga ia s
Aku melanjutkan tugasku untuk memeriksa semua laporan, aku juga menerima laporan kemarin yang sudah direvisi si gundik murahan. Dia mengubah cara dan gaya bahasanya dengan bahasa yang lebih formal serta santun.Bagus, dia harus terbiasa dengan itu.Klik!Aku menekan tombol telpon kantor, dan meminta Sari untuk memanggilkan Ailin."Panggil Ailin.""Iya, Bu. Saya akan memeriksanya, apakah hari ini beliau datang ke kantor.""Suruh dia menghadap diriku karena ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan.""Siap bu."Aku menemukan kejanggalan pada gaji yang ia terima di bulan Juni, dia mendapatkan gaji 3 kali lipat dari gaji pokok utamanya. Aneh sekali padahal saat itu ia tidak sedang mengelola proyek apapun.Sebelum Ailin yang ada di lokasi proyek tiba di kantor dan menemuiku aku telah terlebih dahulu menemui Mas Revan di ruangannya.Kuletakkan bukti transaksi di depannya, dia yang sedang mengerjakan tugas di layar langsung melirikku."Ada apa ?""Kenapa kau membayar wanita ini tiga kali lipa
Pukul tiga sore, aku kembali ke rumah. Dengan diantar oleh sopir aku sampai di rumah dengan selamat.Kubuka kunci pintu lalu masuk dan melepas sepatuku. Anak-anak yang kebetulan sedang menonton di lantai dua, turun dan menyambut kedatanganku dengan riang gembira. "Bunda, bunda sudah pulang."Aku tahu mereka selalu mengharapkan sesuatu jika aku datang dari luar, kuserahkan kepada mereka sekotak donat yang ku beli di jalan tadi. Anak anakku berterima kasih dan membacanya ke atas.Kuganti pakaian lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam, meski ada asisten aku selalu menugaskan diriku untuk menyiapkan makanan bagi anggota keluarga agar mereka selalu ingat ciri khas makanan ibunya. Kuambil bahan makanan dari kulkas memotongnya lalu mulai mengolahnya menjadi makanan yang enak.*Pukul lima sore suamiku pulang, akhir-akhir ini, setelah aku mulai bekerja di kantornya dia jadi pulang lebih lambat karena begitu banyak tugas yang harus dia selesaikan, berikut juga harus memeriksa lapor
Meski wanita itu akan resign tapi aku akan mengejarnya, Aku tidak akan melepaskannya dengan mudah karena sejauh apapun wanita itu bersembunyi dia pasti akan menghubungi suamiku dan Mas Revan pasti akan mendatanginya kemudian mereka akan mengulangi dosa yang sama. Aku tak akan berhenti."Tolong biarkan saja dia pergi, jangan ganggu dia.""Kenapa tidak! Dia yang lebih dulu mengganggu suamiku dan keluargaku. Dengan sombongnya dia bilang kalau kau mencintainya dan dia pasti memenangkan hubungan ini. Dengan serakahnya dia pergi menemui anak-anak dan coba mendekati mereka. Dia wanita lancang yang ingin sekali kutampar. Andai ada orang yang ingin dia mati, akulah yang berada di daftar paling atas.""Ya Allah...""Jadi kau mengajakku duduk baik-baik seperti ini hanya untuk membela pacarmu?" Aku kembali mengulang pertanyaanku, mukena yang kupakai setelah sehabis salat magrib belum kulepas, seharusnya aku tidak perlu marah-marah."Tidak, bukan itu. Aku juga ingin membicarakan tentang keluarga
Rutinitasku selalu sama setiap pagi, bangun pagi dan salat subuh kemudian membersihkan kamarku lalu turun menyiapkan sarapan. Jika sudah selesai memasak maka aku akan membangunkan anak-anak lalu memandikan mereka dan membantu mereka merapikan seragam.Kami akan sarapan bersama lalu berpencar menuju aktivitas masing-masing. Suamiku berangkat dari pagi ke kantornya karena ada rapat internal antara auditor dan akuntan yang lagi lagi membahas tentang proyek dan korupsi, penyelewengan dana yang berhasil kuungkap. Dalam seminggu aku banyak sekali menemukan kejanggalan dan berhasil mengungkap semuanya. Aku berhasil menyingkirkan orang-orang yang tidak jujur dan para pegawai korup. Tapi hanya satu yang belum benar-benar tuntas, perkara si pelacur yang yang terus menempel pada suamiku. "Kau mau berangkat denganku?" Tawar suamiku sebelum pergi aku hanya memandang wajahnya menatap Apakah ia benar-benar tulus atau hanya formalitas saja menawarkan di depan anak-anak. Aku tersenyum lalu mengge
Entah kenapa tidak ada yang berani melawan perkataanku, usai mengancam seperti itu semua orang terdiam dan menundukkan kepalanya.Rapat pun berakhir, suamiku meminta untuk rapat dihentikan agar tidak semakin rusuh dengan pertengkaran dan perdebatan. Setelah orang-orang pergi, ras Mas Revan meminta asisten pribadinya untuk membayar seseorang agar tetap mengawasi mereka. Dia juga meminta agar orang-orang yang protes tadi untuk diawasi transaksi keuanganya, siapa tahu mereka memindahkan uang yang sudah mereka curi ke dalam bentuk aset lain. "Rupanya, kau mulai terpengaruh dengan tindakanku dan melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan," ucapku pada suamiku."Ya, aku akan mendukung semua tindakan yang akan melindungi perusahaan," ucapnya yang pada akhirnya mengalah."Lalu kenapa wanita itu masih ada di sini?" tanyaku. Wanita berpakaian celana panjang dengan blazer hitam itu nampak terintimidasi dengan penampilanku yang lebih anggun dan elegan darinya. Aku menggunakan rok span cok