Aku sungguh tak menyangka akan mendapatkan teror mengerikan seperti ini. Kukira masalahku selesai setelah melaporkan kelakuan bejat Dani pada polisi. Tapi ternyata tidak. Sepertinya ada orang yang dengki padaku. Entah karena masalah Dani atau pun karena masalah lainnya. Saat aku kembali dari kamar mandi, bangkai ular itu sudah tak ada, dibuang oleh Bapak. Kembali semua menerka-nerka siapa dalang dibalik semua ini. "Pasti ini ulah mamanya Pak Dani. Dia pasti dendam pada Bu Shania, karena Bu Shania mengusirny tanpa ampun saat itu!" tebak Dewi sambil tangannya tetap sibuk membalas pesan-pesan customer."Bisa jadi juga ini ulah pesaing kita, kamu tahu brand baru di instagram itu? Dia sering merebut customer kita. Kalau gak salah kan ownernya teman sekolah Bu Shania juga," timpal Ica, adminku yang lain.Ya, memang ada kompetitorku yang juga merupakan teman sekolahku dulu, Fani namanya. Dia terang-terangan selalu ingin mengalahkanku. Bahkan kadang ia melakukan hal licik seperti merebut c
[Apa kamu kenal dengan Risa? Gadis dalam video tersebut?] tanya mama melaui pesan.[Ya aku mengenal wanita bernama Risa. Dia adalah mantan karyawanku,] jawabku. Walau aku tak yakin Risa lah pelakunya.[Ah ... pantas saja. Kalian pasti bersekongkol untuk memerasku! Ayo antarkan aku bertemu dengannya!][Apa Mama sudah memiliki uang 500 juta tersebut? Jika sudah aku akan pertemukan kalian.] [Jangan macam-macam Shania, bagaimana mungkin mama memiliki uang sebanyak itu? ][Kalau begitu biarkan saja video itu viral, lagi pula sama saja 'kan, toh Mas Dani sudah mendekam dipenjara karena kasus serupa.][Gila kamu! Tega aib suamimu tersebar!][Seharusnya Mama berpikir bahwa yang gila itu Mas Dani, sampai karyawan istrinya sendiri dia embat!] murkaku, kesal karena lagi-lagi Mama malah memakiku.[Shania!][Silahkan, selesaikan saja urusan Mama, jika ada uang silahkan berikan. Jika tak ada biarkan video itu tersebar. Aku tak rugi sama sekali!][Shania, jika video itu tersebar bagaimana nasib Dan
Aku memilih segera pulang ke rumah tanpa minta dijemput oleh Bapak. Semua orang nampak aneh melihat kedatanganku. Tatapan mereka penuh tanya."Ada apa? Ada yang salah dengan penampilanku?" tanyaku kebingungan pada Salsa."No..., gak ada sih, cuman..., kaka bilang mau ke salon tapi penampilan kaka malah kusam sekali. Padahal kami di sini sudah tak sabar ingin melihat perubahan kaka setelah dari salon," ungkap Salsa sembari terkekeh, menertawaiku. "Kakak ke salon mana sih, sampai jadi kusam dan kucel kayak gitu?"Sial, aku tak memikirkan ini sebelumnya. Nampaknya aku tak lihai dalam berbohong karena malah seperti ini jadinya."Jadi ... kakak sebenarnya pergi kemana tadi?" selidik Salsa penasaran."Tadi ... salonnya penuh, jadinya kakak ngadem aja di taman. Refreshing," jawabku sekenanya."Selama itu? Kakak tahu, Bapak begitu khawatir, untung saja di sini banyak kerjaan jadi aku bisa mengalihkannya,""Jangan bilang-bilang Bapak dan Ibu, ya! Semoga saja mereka tidak curiga," pintaku pada
Tanpa mengindahkan pesan dari mama mertua, aku berjalan masuk ke rumah yang barusan Mira masuki. Mengurungkan niatku untuk pulang.Semoga saja aku bisa menemukan sebuah petunjuk di dalam sana.Beruntung, kulihat pintu ruang tamu terbuka cukup lebar. Ternyata gadis mirip Risa tadi tadi tidak menutup pintunya. Dan percakapan di dalam pun terdengar."Besok, jika semua selesai, kita harus segera bawa dia ke dokter. Jika tidak kondisinya akan semakin parah." Aku mengenali suara tersebut sebagai suara Mira."Aku tak tahu apakah semuanya akan sesuai rencana atau tidak. Tapi... aku sudah memasrahkan semuanya. Biarlah saja, aku sudah lelah," timpal yang lainnya. Jika aku tak salah, itu memang suara Risa, berarti benar dia ada di dalam sana."Apa ..., sudah sejauh ini dan kamu menyerah? Lalu, jika kamu menyerah bagaimana dengan adik-adikmu? Bagaimana dengan Riki? Apa kamu mau dia menderita terus? Apa kamu mau melihatnya kesakitan terus seperti ini?""Mati buatnya lebih baik, dia tak akan kesakit
Tak lama Mira dan Risa saling berbisik berdua. Entah apa yang dibicarakannya.[Aku menghubungi polisi, Shania. Pemeras itu akan tertangkap! Biar saja jika video itu tetap viral, yang penting pemeras itu jera.] Sebuah pesan masuk ke ponselku. Tentunya mama mertua yang mengirimkannya.Tadi Risa mengatakan soal polisi, apa ini ada hubungannya dengan pesan dari Mama mertua?"Ada apa Risa, Mira?" tanyaku pura-pura tak tahu.Mereka melirikku sekilas lalu kembali mengabaikanku."Apa karena kasus pemerasan itu?" tanyaku langsung ingin tahu respons mereka.Seketika mereka menghentikan pembicaraannya yang entah apa itu. Menatapku seperti yang tak percaya."Aku tahu semuanya, kalian yang melakukan pemerasan pada Ibunya Dani, kan?"Kulihat mereka makin terbelalak."Jadi kau memasang harga 500 juta, untuk sebuah video es*k-es*k yang kau perankan sendiri? Apa tidak terlalu mahal, Risa?" umpatku.Risa dan Mir
Setelah Risa dan Mira dipolisikan seminggu yang lalu, hidupku makin terasa lega. Tak ada lagi teror-teror yang datang, aku pun mulai kembali fokus pada bisnisku. Akhirnya aku dan Salsa merekrut beberapa pegawai baru agar pekerjaan lebih efektif lagi. Apalagi kehamilanku kini makin terasa berat, sehingga tak bisa turun langsung secara maksimal.Mual kerap kali datang, badanku pun sering terasa lemah karena makanan yang masuk hanya sedikit. Baru aku mengerti beratnya perjuangan seorang Ibu. Bahkan saat hamil pun tidak mudah menjalaninya.Kadang aku berpikir, mungkin akan menyenangkan jika menjalani kehamilan yang berat ini dengan dukungan penuh suami tercinta. Tapi, yang terjadi padaku malah kesendirian, kesepian, juga rasa sakit hati yang tak mudah untuk dienyahkan begitu saja.Ah ... tapi kini rasanya tak ada waktu untuk sekedar meratapi nasib, aku harus bangkit berdiri. Kini bersama Salsa aku harus bisa menghidupi keluargaku. Juga ada beberapa karyawan yang menggantungkan hidupnya p
Betapa jantungku berdetak kencang ketika kutemukan kartu berobat dari sebuah klinik bidan. Disana tercatat jelas riwayat kehamilan yang sama dengan yang kumiliki. Dari data tersebut tertulis bahwa kandungan Salsa berusia lima bulan. Sungguh aku tak percaya bahwa semua kecurigaanku benar adanya. Salsa hamil, dan ia menyembunyikannya dariku. Mungkin dari ibu dan bapak juga. Lalu dengan siapa dia hamil sebenarnya?"Kakak, apa yang kakak lakukan di sini?" Tiba-tiba saja Salsa sudah datang dan memergokiku berada di kamarnya. Ia melihat kertas yang tengah kupegang. Dengan kasar Salsa merebut kertas tersebut dan meremasnya."Jangan ikut campur urusanku. Pergi sana dari kamarku!" usirnya keras. Nafasnya naik turun penuh emosi. Entah siapa yang seharusnya marah kini. Karena aku pun begitu murka pada dirinya yang telah menyembunyikan semua dan juga telah berlaku tidak senonoh."Salsa, katakan padaku siapa yang telah menghamili
"Maaf"Itulah yang dikatakannya saat aku mengunjunginya di penjara sehari setelah kejadian pagi itu Setelah mengetahui kebusukan Dani terhadap Salsa, kami sekeluarga merasa hancur berkeping-keping. Tak ada lagi matahari dalam rumah, yang ada hanyalah mendung.Salsa bilang semua terjadi karena ia mencintainya. Mencintai lelaki yang kebetulan menjadi istri kakaknya itu. Hingga dengan bodohnya ia mau saja menyerahkan segalanya pada lelaki berengs3k tak tahu diri."Aku tak tahu Salsa hamil, Shania! Dia tak pernah mengatakannya. Maafkan aku. Aku sama sekali tak bermaksud membuatnya hamil," ucapnya lagi. Sambil menunduk, memainkan jari-jemarinya.Mendengar permintan maafnya barusan malah membuat aku makin kesal. Tak bermaksud membuatnya hamil, tapi hanya mau memanfaatkan Salsa untuk kesenangannya sendiri saja. "Apa kamu sakit, Dani? Apa kamu kira semua wanita adalah mainan yang bisa kamu pakai kapan pun kamu mau?" lirihku, entah kenapa rasanya terus saja sakit. Tak bisa lagi kutahan air m